Mohon tunggu...
AN Khusna
AN Khusna Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga

Berkarya lewat nyala aksara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bela Negara, Proxy War, dan Jurnal Harian

5 Oktober 2020   17:17 Diperbarui: 5 Oktober 2020   17:21 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bela Negara adalah pelatihan berbasis kemiliteran yang pernah saya ikuti selama lima hari di bulan Oktober 2014. Bersama dengan rombongan mahasiswa lintas jurusan yang berjumlah 200an, baik dari Unimma dan Untidar, lekas berangkat menuju markas Yonzipur 4/TK Ambarawa dengan menaiki truk militer TNI. Setibanya di sana, kami disambut dengan berbagai yel-yel yang gegap gempita oleh para prajurit TNI. Setelah itu, satu per satu peserta melakukan tes kesehatan guna memastikan kondisi mereka sehat selama menjalani proses pelatihan tersebut.

Para peserta mendapatkan sambutan sekaligus pengarahan secara singkat dari Komandan Batalyon (Danyon), mengenai kegiatan apa saja yang hendak dilakukan selama lima hari berada di markas TNI itu. Seberes mengambil tas dan beberapa perbekalan, antara peserta laki-laki dan perempuan secara terpisah di antar oleh kakak pemandu menuju barak atau penginapan sebesar aula dengan tempat tidur berupa dragbar yang sudah tertata. Kemudian, masing-masing dari kami mendapatkan satu kaos doreng yang harus dipakai selama lima hari berturut-turut tanpa boleh ganti, kecuali saat melaksanakan ibadah salat fardu.

Semenjak hari pertama hingga terakhir, peraturan ketat ala militer diberlakukan. Meski singkat masa pelatihan itu, namun cukup menempa diri kami agar senantiasa disiplin dan berjiwa korsa terhadap sesama.

Proxy War adalah salah satu materi dalam kelas yang kami terima, yang mana materi tersebut disampaikan langsung oleh Danyon Zipur 4. Bagi saya, materi proxy war baru pertama kali saya dengar. Proxy war atau perang proksi atau perang tanpa bentuk merupakan perang yang menggunakan pihak ketiga, sebagai salah satu alatnya berupa teknologi modern.

Jika biasanya perang terjadi antarkedua negara, namun melalui proxy war, pihak mana pun bisa menggunakan 'senjata' tak kasat mata untuk menyerangnya. Seperti penyebaran berita palsu (fake news) yang sengaja disemai oleh pihak ketiga, sehingga peluang terjadinya perpecahan antarwarga dalam satu negara akan mudah tersulut. Bisa juga dengan pengedaran obat-obatan terlarang dan konten pornografi yang juga dilakukan secara masif, sehingga suatu negara memiliki generasi muda yang lemah karena kecanduan zat adiktif tersebut.

Peran serta masyarakat untuk menangkal bahaya laten proxy war adalah dengan selalu selektif dan berpikir kritis terhadap berbagai jenis berita yang beredar bebas lewat saluran media massa dan sosial. Masyarakat juga perlu diajak untuk tidak lelah mengedukasi diri dan lingkungannya terhadap isu-isu yang memiliki potensi perbecahan di kalangan masyarakat. Karena, akan selalu muncul devide et impera gaya baru dari masa ke masa. Sehingga, bersikap waspada dan saling jaga adalah tugas bersama.

Selepas kegiatan harian selesai, sebelum para peserta beranjak ke tidur malamnya. Kami diharuskan menuliskan jurnal harian pada lembaran-lembaran kertas A4, untuk mengalirkan rasa selama sehari berkegiatan serta menuliskan harapan-harapan bagi kemajuan negara tercinta, Indonesia.

Salah satu harapan yang masih saya ingat ketika saya tulis kala itu, adalah tentang wajah pendidikan anak usia dini (PAUD) di masa mendatang. PAUD merupakan pendidikan fundamental setelah lingkup keluarga. Di dalam PAUD terdapat sejumlah lembaga pendidikan yang bernaung, seperti kelompok bermain (playgroup), taman kanak-kanak (kindergarten), tempat penitipan anak (daycare), dan satuan pendidikan sejenis lainnya.

Masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan akses yang setara untuk mengenyam pendidikan dasar semenjak usia dini. Terutama di wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) yang mana mutu oendidikan masih sangat jauh dari kata layak. Oleh karena itu, memajukan pendidikan Indonesia adalah pekerjaan rumah yang mesti secara gotong-royong kita sokong. Agar senyum terkembang di setiap anak-anak Indonesia, di manapun mereka tinggal.

Saya bersyukur pernah mengikuti pelatihan bela negara, karenanya saya juga bisa belajar menembak dengan menggunakan senjata tipe SS-1. Yang bisa jadi, itu pengalaman sekali seumur hidup bagi saya.

Akhir kata, Dirgahayu TNI ke-75 "Sinergi untuk Negeri" dan Selamat Hari Guru Sedunia "Guru: Memimpin dalam Krisis, Menata kembali Masa Depan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun