Barusan saya membaca artikel mengenai commuting dan efeknya terhadap manusia. Di artikel tersebut, dikatakan bahwa waktu yang digunakan untuk pulang dan pergi kerja berbanding terbalik dengan job satisfaction anda, atau dalam bahasa Indonesianya, kepuasan kerja.Â
Dikatakan bahwa 20 menit tambahan waktu untuk commute tiap hari mengurangi 19% kepuasan kerja. Bukan hanya itu, efek lainnya adalah perasaan kesepian, stress dan gelisah.
Lalu, saya teringat dengan beberapa pengalaman saya commuting.
Saya tinggal di Bekasi dan sejak SMP saya harus pulang-pergi ke Jakarta. Sekolah saya berada di Jakarta pusat, jalan salemba raya. Berangkat antara pukul 5.00 dan 5.15 sangatlah wajar bagi saya di umur 12 tahun saat itu.Â
Bangun pagi pukul 4.00 dan mandi dengan mata setengah terbuka setengah tertutup sangatlah wajar. Untungnya, saya berangkat dengan orang tua yang juga harus melawan sang waktu untuk menghindari kemacetan.Â
Bisa dikatakan saya selalu sampai di sekolah pukul 6.00 dan biasanya saya dan ayah saya tidur lagi di mobil atau mencari sarapan di sekitar. Jam 6.15 ayah saya lanjut ke kantornya.Â
Tetapi dengan realita kehidupan Jakarta, saya bukan orang pertama yang sampai di sekolah. Banyak sekali murid lain yang tiba jam yang kurang lebih sama.Â
Di sisi lain, kami yang sampai di sekolah pukul 6.15 punya banyak waktu untuk menyalin PR sebelum bel pelajaran pertama berbunyi. Hihi..
Bekasi -- Jakarta (Kerja)