Mohon tunggu...
Ray Ankers
Ray Ankers Mohon Tunggu... -

ini adalah sebuah karya dari kami http://facebook.com/ankerscrazy

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Give Me Your Smile Before Late... (Ankers Crazy Gank)

1 Agustus 2010   15:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

“Sayang, maaf aku terlambat.” Seru Dejan sambil memarkir motornya di halaman rumah Cahaya.
“Iya gak papa kok, aku juga baru ajah keluar dari rumah.” Balasnya dengan sikap yang ramah.
Cahaya saat itu terlihat sangat anggun dan cantik sekali memakai gaun wanra putih yang serasi dengan warna kulitnya yang juga putih.
“Kamu cantik banget.” Dejan terkagum.
“Baru tahu ya kalau aku Cantik???” Tanya Cahaya dengan pede.
“Udah dari dulu sayang…” Seru Dejan sambil mencubit hidung Cahaya.
“Kebiasaan nih kamu, sakit tauk.” Cahaya mengusap hidungnya.
“Iya maaf, yuk kita lets go.”

Cahaya langsung naik ke atas motornya Dejan. Segeralah motor itu melaju menuju tempat yang Dejan maksud. Sepanjang jalan, Cahaya memeluk Dejan dengan erat sekali. Dejan mengusap tangannya Cahaya yang sedang memeluknya. Dan tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah danau yang cukup bersih dan juga sejuk sekali. Dejan memarkir motornya di bawah pohon yang besar. Dejan mengajak Cahaya ke pinggir danau itu, dan menaiki sebuah perahu yang terbuat dari kayu yang kuat. Dejan mendayung perahu itu ke tengah danau yang airnya cukup tenang itu.

“Sayang sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu.” Dejan membuka pembicaraan setelah lelah mendayung.
“Minta maaf tentang apa?” Tanya Cahaya heran karena tiba-tiba Dejan minta maaf begitu saja.
“Aku harus pergi dari Negara ini, walau Cuma empat tahun sayang, aku berat banget ninggalin kamu, aku di suruh sama Mama, untuk melanjutkan study S1 aku di sana.” Jelas Dejan.

Cahaya terdiam…
“Kenapa baru cerita ke aku? Kamu anggep aku kemana? Aku selalu cerita ke kamu kalau ada sesuatu yang kamu gak tahu tentang aku..!! “ Teriak Cahaya dan menangis karena berat untuk berpisah dengan Dejan.
“Untuk itu aku minta maaf sama kamu. Maafin aku sayaang, maafin aku…” seru Dejan sambil memeluk Cahaya.

“Kamu jahat… kamu jahat sayang…” tangisan Cahaya semakin menjadi-jadi.
“Maaf, aku berharap kita tidak akan terpisah walau harus menjalani Long Distance Relationship. Aku tetap berharap kamu mau jaga aku disini…” Seru Dejan sambil memegang bagian atas dadanya Cahaya. “Jaga cintaku di hatimu.” Sambungnya.
“I..iya aku akan jaga itu.” Balas Cahaya dengan nada yang berat.
“Sudah, hapus airmatamu, aku gak mau ngeliat kamu yang selalu ceria menjadi cengeng kayak gini.” Dejan menghapus airmata yang mengalir di pipinya Cahaya itu.
Cahaya berusaha mengatur tangisannya. Dan memeluk erat tubuh Dejan yang berada di depannya itu. Dejan mendayung lagi kembali ke tepian danau.
“Sayang, ku mohon jangan tangisi kepergianku, aku pergi Cuma sebentar.” Seru Dejan sesampainya di tepian danau.

“Iya, kamu lihat deh, aku udah gak nangis lagi kan.” Seru Cahaya sambil memperlihatkan wajahnya yang sembab itu.
“Iya kamu udah gak nangis lagi. Oya sayangku… Give Me Your Smile.” Seru Dejan sambil tersenyum dengan manis.
“Nanti ajah kalau sudah sampai rumah aku, aku kasih kamu lebih dari sekedar senyuman.”
“Tapi jangan sampai terlambat ngasih senyumannya, oke sayangku.”
Mereka langsung kembali pulang, seperti saat berangkat tadi. Cahaya memeluk Dejan dengan erat. Sesekali ia mengatakan aku sayang sama kamu Dejan. Dan di balas ucapan itu dengan Dejan.
“Sayang, walau apapun yang terjadi saat aku gak disini lagi, kamu harus tetap tersenyum supaya senyum kamu itu menghapus semua perasaan sedih kamu. Oke sayang, kamu harus janji yah.” Seru Dejan yang sedang memacu motornya.

“Iya aku janji.” Jawabnya sambil memeluknya makin erat.
Sedang asyik-asyiknya melajukan motornya dengan kencang tiba-tiba dari depan terlihat bus yang sedang ngebut dan remnya blong, bus itu langsung menyambar motor Dejan. Cahaya terpental dan kakinya terlindas oleh roda Bus itu, sementara itu Dejan sudah terbaring lemas tak bernyawa di pinggir trotoar yang telah di penuhi oleh darah yang masih segar berasal dari mulut dan hidung Dejan.
Dengan menahan sakitnya, Cahaya merangkak ke arah Dejan yang sudah tak bernyawa itu. Cahaya menangis sedih. Menjerit tak karuan. Langit tiba-tiba langsung ikut menangis. Hujan yang sangat deras itu mengalirkan darah segar dari pinggir trotoar itu menuju sebuah saluran air.

“DEJAAAAAANNNN.” Teriak Cahaya sekuat tenaga.
“KENAPA KALIAN CUMA MEMANDANG, APA KALIAN SENANG MELIHAT SEMUA INI, HAH, KALIAN MANUSIA BUKAN??? CEPAT TOLONG KAMI.” Teriak Cahaya yang jengkel melihat semua orang yang berkerumun tanpa membantu.

Semua orang langsung membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat. Disana Cahaya hanya bisa menangis sedih. Cahaya telah mendapatkan pengobatan yang hasilnya tidak memuaskan, karena kakinya tidak dapat berdiri dengan tegak lagi dan harus setia bersama kursi roda yang akan menjadi teman setianya.
“Ini semua karena kamu, anak saya meninggal secara tragis.” Seru Ibunya Dejan.
“Ini semua sudah tadir Bu.” Seru sang Dokter untuk menenangkan mereka berdua.
Cahaya mamutar kursi rodanya dan meninggalkan ruangan itu. Ia menuju sebuah taman dan ia melihat bunga mawar yang mekar dengan indah. Airmatanya kembali jatuh mambasahi pipinya. Tak sanggup ia menerimanya.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun