Ingin bisa lagi menulis puisi. Sebab, di haribaannya
membumi kata sapa sendiri. Tanpa apa-apa. Tanpa apa-apa.
Bersama puisi, pernah kita sama memuja belahan dada-Nya
dan menikmati susu surgawi yang mengalir ikhlas penuh belas. Meski
tangan-tangan kita terlalu lelah dengan hasrat untuk menjabat,
menadah doa, apalagi berterima kasih.
Pun musim telah berputar-berganti. Lelaki yang dulu begitu
jumawa dengan kursinya juga telah melipat dagu
dan asyik menimang cucu juga istri baru. Tapi tak kutemu
baris-bait puisi mengerling lucu di imaji tanpa pintu.
Hingga kau terbujur ngilu di peraduan tanpa haru
puisi-puisiku. sementara, Tuhan masih setuju;
mempuisikan kita.
Di antara malaikat-malaikat-Nya,
juga iblis dajal-Nya.
_____________
Trowulan, 0.11 WIB, 29 November 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H