Mohon tunggu...
Anjo Hadi
Anjo Hadi Mohon Tunggu... profesional -

"Politikus itu banyak. Tapi Negarawan itu sedikit."\r\n\r\nOnce worked as a journalist for OZIndo (Indonesian-speaking magazine in Australia) and Indomedia Australia.\r\n\r\nFollow me: https://twitter.com/AnjoHadi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pendeta XXX: Saya Malu Jadi Orang Kristen

29 Maret 2014   07:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13960270391652599292

[caption id="attachment_317581" align="aligncenter" width="623" caption="Sumber: www.craiggross.com"][/caption]

Seorang pendeta menyatakan bahwa ia malu menjadi orang Kristen. Namun yang dimaksud adalah keprihatinannya terhadap rekan seagama yang menentang keras pemutaran film Noah di Amerika Serikat.

“Sungguh memalukan untuk berada di agama (Kristen) yang sama dengan mereka yang selalu merasa dirinya benar. Ketika mereka merasa digeser sedikit, mereka malah menutup dan menjauhkan diri dari orang lain,” ujarnya pada Foxnews.com.

Pendeta tersebut adalah Craig Gross. Ia adalah senior pastor dan pendiri gereja XXX. Sebuah pelayanan yang berfokus pada pemulihan orang yang kecanduan akut terhadap pornografi dan mereka yang struggle untuk keluar dari industri pornografi.

I know...nama gerejanya terdengar lezat untuk dibuat topik dan debat tersendiri, namun kita tidak berada disini untuk hal tersebut. (Link Website gereja ada disini bagi kalian yang cukup kepo....). Pastor Craig adalah salah satu pendukung penayangan film Noah. Ia adalah sedikit dari pemuka agama Kristen yang mengetahui seluk beluk produksi dan insider naskah dialog jauh sebelum hingar bingar iklan film Noah ditayangkan.

Lho kok bisa? Rupanya anaknya yang bernama Nolan terlibat sebagai aktor. Bagi Kompasianer diluar negeri yang beruntung dapat menyaksikan film tersebut, tokoh Ham muda diperankan olehnya.

Dalam review-nya setelah menonton Noah, sedikit dari beberapa poin yang beliau sampaikan di situs resminya dalam artikel berjudul “My Review of Noah Movie as a Pastor and as a Father”:

-Film ini membuat kita berpikir (Saya tahu ini bagian yang paling dibenci orang Kristen).

-Film ini merupakan adaptasi terbaik kisah Alkitab dalam sejarah Hollywood.

-Film ini akan membawa kita kembali ke Alkitab. Saya membaca Kejadian 6:1-9 dan yah karakter “The Watchers” memang ada disana.

Craig merujuk pada kontroversi eksistensi malaikat raksasa yang tampil di film tersebut. Dalam teks Yahudi kuno atau Kitab Henokh, “The Watcher” adalah malaikat yang dilempar Tuhan dari surga dan beranak cucu dengan umat manusia.

Hasil cross-breeding ini melahirkan yang namanya ras raksasa atau pahlawan perang bernama “Nephilites” dalam Alkitab terjemahan “New Living Translation.” Adapun dalam terjemahan Indonesia, Nephilites hanya disebut sebagai “ras raksasa” saja.

Lalu bagaimana dengan Q’uran? Berbeda dengan dua kitab diatas yang saling melengkapi....Kitab umat Islam lebih memiliki independensi tersendiri. Tidak ada istilah “Fallen Angel” karena malaikat dianggap tidak bisa melawan Allah. Jadi sepertinya Darren Aranofsky memang lebih menggunakan teks Yahudi dan Kristen ketimbang Q’uran sebagai sumber utama.

Adegan lain yang dianggap kontroversial, adalah adegan dimana Nuh mabuk-mabukan anggur. Sesuatu yang ditolak oleh mainstream Islam, namun tercatat di Alkitab.

Note: Maaf karena kita baru saja mengikuti kuliah lintas agama di empat paragraph terakhir. Para pembaca tidak perlu setuju karena kepercayaan merupakan ranah pribadi masing-masing.

Phil Cooke, seorang media producer dan konsultan berbasis Kristen yang menjadi advisor film tersebut juga turut menyayangkan sikap kolot sebagian golongan Kristen.

“Umat Kristen harus berhenti melihat Hollywood sebagai musuh dan mulai keluar. Para misionaris menemukan bahwa mereka tidak dapat mengubah pikiran dengan kritik, boycott dan ancaman. Anda mengubahpikiran dengan membangun hubungan dan rasa saling percaya,” ucapnya seperti dilansir surat kabar online Telegraph.

Menarik untuk dicermati bahwa meski sang sutradara adalah seorang ateis, film ini ternyata dibuat dengan campur tangan orang Kristen juga, meski terdapat sejumlah penolakan dari agama yang sama. Pro dan kontra, lebih disalurkan pada diskusi dan konklusi terakhir diserahkan pada konsumen penonton bioskop.

Sedangkan di Indonesia, ketua LSF, Mukhlis Paeni dengan berani menyebut bahwa film Noah "tidak sesuai dengan Al Quran dan Alkitab.” Lho....bapak ini ustad atau pendeta? Kok bisa-bisanya pakar perfilman menjawab dengan barometer agama tertentu.

Mukhlis memang menjabarkan alasan mengapa film Noah bertentangan dengan iman umat Muslim dan hal itu memang “acceptable” seperti yang diungkapkan penulis diatas. Namun anehnya Mukhlis tidak menjelaskan kenapa film Noah bertentangan dengan Alkitab.

Tapi penulis berbaik sangka saja. Mungkin saja Mukhlis adalah seorang Pendeta Kristen ternama di Indonesia yang sering diundang dalam diskusi bedah Alkitab. Tapi pas hari Jumat, pak Mukhlis juga memimpin sholat jamaah di sebuah Masjid dan dikenal sebagai pakar Al-Quran se-nasional.

Jadi di kolom agama KTP-nya mungkin tertulis “KRISLAM.”

Note: Ada kalimat penutup menarik yang penulis ambil dari “si pendeta porno atau XXX” di situs resminya.

The movie (Noah) doesn’t come with a study guide for small group discussions, posters to download for your church to go buy out theaters with all your Christian friends or a companion guide to the movie. The movie is smarter than that. I believe most of my Christian friends are smarter than that as well and don’t need all those things. (Craig Gross)

Pesan ini suatu tamparan bagi negara Indonesia, seolah-olah, umat Islam dan Kristen di Indonesia masih kanak-kanak dan bodoh sehingga patut dituntun. (Meski kita mungkin dianggap “dewasa” dalam menanggapi film berbau horror dan seks yang lulus sensor).

Anda Mungkin Tertarik Baca:

1. Israel Palestina 1948 FAQ

2. Jusuf Kalla: Agama Kristen Ada 300 Aliran Disini. Islam Cuma Satu. Kurang Toleran Apa Indonesia?

3. Semoga Crimea Tidak Jadi PAPUA Kedua

4. Wacana KRI Usman Harun Lebih Rugikan Indonesia

5. Belajar Dari Macau, Tak Selamanya Nasionalisasi Jadi Solusi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun