[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Sumber: Kompas.com"][/caption]
“Sejumput kekuasaan lebih penting dari segudang idealisme.”(Mahfud MD saat diwawancarai di Mata Najwa, Metro TV, 16/4/2013)
Berkaca pada pemikiran ulama NU, Mahfud memaparkan bahwa politisi harus realistis dalam persaingan politik. Beberapa hari setelah mengucapkan itu, Mahfud tertangkap basah bertemu dengan Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie. Dengan terang-terangan saat itu mantan ketua Mahkamah Konstitusi menyebut bahwa dirinya “cocok dengan Pak Ical.”
Tak hanya itu, Mahfud baru-baru ini juga melempat statement menarik. “Kemunduran umat Islam itu selalu merasa besar padahal kecil (realitanya),” ucapnya di Mata Najwa.
Seperti kita ketahui parpol berbasis Islam seperti PKB diketahui merapat pada partai nasionalis PDI-P, sedangkan PPP mendekat pada Gerindra. Ucapan ini dilemparkan kala banyak suara yang menyayangkan beberapa Partai Islam yang memilih berkoalisi dengan partai nasionalis ketimbang membentuk poros tengah yang tengah digarap Amien Rais.
Belum ada keputusan sikap yang resmi soal formasi capres-cawapres Golkar, tapi menarik untuk mencermati manuver politik seorang Mahfud. Hingga kini, ia masih menjadi bakal capres PKB bersama Jusuf Kalla dan Rhoma Irama, meski realitanya hal tersebut mustahil kecuali wacana koalisi Partai Islam tergenapi. Entah bagaimana nasib hubungan Mahfud dengan Cak Imin yang sepertinya sudah keburu jatuh hati pada PDI-P.
Sosok ARB dari segi rekam jejak kelam pasca isu lumpur Lapindo yang hingga kini perkara ganti rugi masih dipersengketakan. Terlebih lagi sejak Nasdem merapat pada PDI-P, berita-berita di Metro TV kini semakin gencar menyorot keretakan internal dalam Golkar. Terakhir ARB diminta untuk mundur sebagai capres setelah adanya ketidakpuasan di Forum Silahturahmi DPD II Golkar. Tak heran bila badai puting beliung internal PPP suatu saat akan mampir menggoyang kekokohan “pohon beringin.”
[caption id="attachment_320787" align="alignnone" width="461" caption="Sumber: Metro TV"]
Tapi Mahfud MD mungkin punya “matematika” sendiri hingga mau menyempatkan diri bertemu dengan ARB. Golkar tak peduli seburuk apapun image dan kasus yang mendera, mereka selalu memiliki kestabilan politik yang luar biasa. Di Pileg 2004 dan 2009, Golkar tetap berjaya dengan meraup suara terbanyak pertama dan kedua di dua era, meski kerap diasosiasikan sebagai penerus Orde Baru.
Selama Orde Baru ada semacam istilah yang beredar di kalangan orang awam. PPP disebut sebagai Rumah Umat Islam. PDI disebut sebagai Partai Wong Cilik. Lalu bagaimana dengan Golkar? Si pohon beringin dikenal sebagai “Partai Intelektual.” The best minds of the nation were there. Bahkan kader-kader terbaiknya seperti Surya Paloh, Prabowo dan Wiranto sanggup mendirikan Partai sendiri serta mampu exist ketimbang puluhan partai-partai yang muncul mendadak (dan lenyap mendadak juga) pasca reformasi 1999.
[caption id="" align="alignnone" width="614" caption="Inikah Koalisi Golkar Raya: Golkar-Hanura-Nasdem-Gerindra? (SP Photo/Jurnasyanto Sukarno)"]
Soal isu “dosa lama” kader Golkar bagaikan tak tersentuh. Hingga kini mungkin cuma majalah Tempo yang berani bicara soal pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo mengenai “penculikan Tim Mawar.” Wiranto pun terlihat adem ayem dan tidak ada yang mempertanyakan keterlibatan pelanggaran HAM di Timor Leste, meski ia pribadi menyatakan siap bertanggung jawab apabila masa lalunya diungkit.
Tapi toh...elektabilitas kedua Partai itu cukup tinggi. Gerindra pimpinan Prabowo mampu menembus 3 besar dan Hanura, setidaknya masuk ambang batas Parlemen dengan total 5.1% menurut Quick Count Litbang Kompas. Adapun Nasdem yang baru pertama kali berkiprah di Pemilu juga mendapat suara yang lumayan juga. (6.71%)
Soal korupsi pasca reformasi, kader partai siapa yang mampu membangun dinasti selama 2 periode di Banten?
Eh apa? Korupsi Al Quran juga? Lupa....Lupa...Lupa...Lupa lagi kasusnya. (Mendendang lagu band “Kuburan” sejenak)
Dan Mahfud MD akan bergabung dengan Partai “Golongan Intelek” seperti ini? Tak hanya kecerdasannya dalam bermanuver politik, integritas Mahfud akan kembali diuji apabila ARB sampai menjadi Presiden.
Ideologi memang penting dalam berkoalisi dan membangun kerja sama politik. Namun tanpa kesempatan, semua itu sia-sia. Mahfud mungkin sadar, bahwa kalaupun PKB mengajukan cawapres untuk disandingkan dengan Parpol lainnya...orang itu belum tentu dirinya.
Membaca “Tendangan Pisang” Cak Imin
Muhaimin Iskandar salah satu politisi unik. Ia tiba-tiba mengumpulkan orang seperti Rhoma Irama, Jusuf Kalla dan Mahfud MD tentunya bukan sebuah kebetulan. Rhoma populer di kalangan pecinta musik dangdut, dan terutama mereka yang tidak terlalu melek politik. Ucapan SARA yang menyinggung agama dan etnis saat Pilkada, menjadi blunder di kalangan moderat sekuler namun menjadi sumber dukungan di kalangan garis keras.
Mahfud MD dikenal sebagai ahli hukum dan rekam jejaknya yang bersih saat memimpin MK, membuat ia populer bahkan di kalangan sekuler. Namun komentarnya saat mengatakan bahwa orang Ateis memiliki hak warga negara yang sama...dapat menjadi batu sandungan untuk mendulang suara di kalangan Islam fundamentalis.
Jusuf Kalla terlihat lebih realistis dan sekarang sedang digaungkan media menjadi kandidat terkuat Jokowi. JK bisa dikatakan perpaduan antara Mahfud MD dan Rhoma. Ia sempat mengundang kontroversi saat berbicara topik menyinggung SARA dengan mengklaim toleransi terhadap 300 Aliran Kristen di Indonesia ...namun pandangan-pandangan nasionalis serta konsep pasar bebas yang dijual beliau, membuat ia menjadi semacam “pilihan tengah nan aman” untuk dijual Cak Imin ketimbang Mahfud MD. Ya benar...beliau sangat pro investasi asing dan juga ada indikasi mendukung eksistensi Freeport.
“Yang dimaksud merdeka adalah bila hak-haknya tidak ditentukan orang lain. Investasi atau modal mungkin dimiliki asing, tapi peraturan main tetap ditentukan negara. Di dunia ini bagaimanapun teknologi harus masuk. Solusinya tumbuhkan kewirausahaan dan majukan aset-aset nasional,” ucap JK saat menyambangi KJRI Sydney, Australia (13/11/2013), seperti dilansir OZindo Magazine.
Saat diminta pendapatnya oleh Najwa Shihab mengenai performa sang mantan Wapres, Mahfud cukup blak-blakan menyebut JK sebagai tokoh yang “terlalu interventif." Jabatan RI-2 harusnya menjadi penopang, bukan inisiator.
“Pak JK terlalu interventif, kalau Boediono terlalu lemah,” ulasnya saat membandingkan dua Wapres dari era yang berbeda.
Entah sengaja atau tidak, tapi ketiga pria yang direkrut Muhaimin merepresentasikan setiap golongan di Indonesia...entah mereka itu sekuler, moderat atau fundamentalis. Tak ayal, baru-baru ini, Waketum PAN, Drajat Wibowo di Metro TV menyindir Cak Imin sebagai ahlinya “tendangan pisang politik.”
PAN dan Amien Rais, selama ini dipercaya sebagai pihak yang merasa dirugikan ketika melihat manuver PKB yang notabene Partai Islam dengan perolehan suara terbanyak, “membelot” pada kaum nasionalis. Akibatnya wacana Koalisi “Indonesia Raya” semakin mengecil.
Eh, dan belum juga menutup kemungkinan ada twist dimana Cak Imin tahu-tahu malah mencalonkan dirinya sendiri.PKB tidak memiliki sistem jelas seperti Konvensi Partai Demokrat dalam menentukan kandidat Capres-nya. (atau juga Cawapres-nya).
Mahfud punya segudang alasan untuk realistis dan bergerak independen dalam mengatasi ketidakpastian politik disekitarnya. Selain rekam jejak yang baik, ia disebut sebagai penerus Gus Dur dari segi ideologi maupun nilai-nilai pluralitasnya. Tak banyak tokoh Partai Islam yang dapat menarik hati semua golongan pasca Gus Dur.
Katakanlah ARB terpilih menjadi Presiden. Lalu Mahfud jadi cawapres-nya. Apakah ia akan meniru JK yang “interventif” ataukah Boediono...yang digambarkan Mahfud dengan “Yes Man Attitude?”
Anda Mungkin Tertarik Baca:
2. Ada di DPT, Punya Surat C6, Tapi Masih Diminta KTP. Masalah Buat Anda?
3. Jusuf Kalla: Agama Kristen Ada 300, Islam Cuma Satu. Kurang Toleran Apa Indonesia?
4. Mau Korupsi Tuntas Dalam Setahun? Pilih Kader PKS ini Jadi Presiden!
5. Pendeta XXX: Saya Malu Jadi Kristen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H