Mohon tunggu...
Anjeli Pramudita Efendi
Anjeli Pramudita Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi|23107030021 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tetaplah menulis walaupun gak pernah dapat artikel utama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebiasaan Merantau Masyarakat Minangkabau

18 April 2024   22:54 Diperbarui: 18 April 2024   23:12 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Migrasi adalah sebuah tradisi yang sudah sangat umum dalam masyarakat di Indonesia. Hampir semua orang di berbagai provinsi jika sudah dewasa Akan berpindah ke negeri lain dengan tujuan adalah untuk meningkatkan taraf hidup agar menjadi lebih baik. 

Migrasi didefinisikan sebagai perpindahan tempat tinggal seseorang atau kelompok secara permanen atau relatif permanen atau dalam jangka waktu tertentu dengan menempuh jarak minimal tertentu berpindah dari satu unit geografis ke Unit geografis lainnya.

Diantara kebiasaan migrasi yang pada akhirnya berubah menjadi sebuah budaya yang disebut dengan Merantau. Biasanya alasan utama orang merantau adalah untuk meraih atau mencapai kesuksesan yang membutuhkan keberanian agar lebih percaya diri dan mandiri sehingga memotivasi atau mendorong orang untuk meninggalkan kampung halamannya. 

Tradisi Merantau bukan hanya semata untuk meraih keberhasilan pribadi akan tetapi sebagai wujud untuk membangun kampung halaman. Sehingga di dalamnya terdapat nilai ikatan sosial.

Masyarakat Minangkabau semenjak zaman dahulu dikenal sebagai masyarakat perantau tradisi ini seperti menjadi sebuah atau semacam kewajiban bagi mereka yang mulai beranjak usia dewasa. 

Oleh sebab itu ada sebuah nilai yang terbangun di dalam kultur budaya Minangkabau bahwa Merantau adalah bagian dari tanda kecintaan seseorang terhadap kampung halamannya sebagaimana yang tertuang dalam petatah petitih Minang yaitu " sayang jo anak dilacuik i, sayang jo kampuang di tinggakan, ujan ameh di nagari urang, ujan batu di nagari awak, kampuang halaman di bantu juo".

Ungkapan ini menggambarkan bahwa pemikiran yang dibangun oleh masyarakat Minangkabau adalah bahwa Merantau merupakan bagian dari usaha untuk membangun kembali kampung halaman. 

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka orang Minang Kabau di rantau orang memiliki motivasi yang lebih untuk memperbaiki kehidupan mereka Titik maka tidak mengherankan bahwa ikatan sosial yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau sangat kuat sekali.

Masyarakat Minangkabau sesungguhnya adalah tipikal masyarakat penjelajah yang mesti mencari pengalaman hidup dengan Merantau. Tidak mengherankan jika seandainya masyarakat Minangkabau tersebar kemana-mana di seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai di luar negeri. 

Keberhasilan orang Minangkabau banyak diraih ketika berada di perantauan bahkan hingga mereka menetap di tanah rantau. Bahkan sejak dulu Mereka telah pergi merantau ke berbagai daerah di Indonesia seperti di Jawa Sulawesi Semenanjung Malaysia dan berbagai negeri lainnya.

Suku Minang yang merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia ini berasal dari provinsi Sumatera Barat dan sekitarnya seperti daerah Riau Jambi Bengkulu dan sekitarnya. Suku Minang memiliki tradisi Merantau yang sudah berlangsung sejak batas wilayah Minangkabau seluas luak nan tigo. 

Masyarakat Minangkabau Merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik proses mencari kehidupan yang lebih baik tidak lepas dari perjuangan yang dilakukan oleh para perantau yang berpisah dengan tanah kelahirannya menuju daerah lain. Kondisi demikian sampai menginspirasi masrul memuja menciptakan lagu berbahasa Minang dengan judul Kelok Ampek Ampek.

Masyarakat Minangkabau terkenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang memiliki kesetiaan pada kampung halamannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Minangkabau yang melakukan kegiatan perantauan dengan tujuan untuk membangun kampung halaman atau negeri di Ranah Minang. 

Selain itu kesetiaannya pada ranah Minangkabau juga dapat dibuktikan dengan cara masih dijalankannya tradisi yang berlaku di kampung halamannya dan kemudian dilakukan di tanah rantau.

Sistem pendidikan yang mulai maju di Minangkabau banyak melahirkan aktivis yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan di Indonesia khususnya di daerah Sumatera Barat Selain itu, banyak politisi Indonesia yang berpengaruh dari Minangkabau dan menjadi salah satu motor perjuangan kemerdekaan mereka berbeda dalam organisasi, ada yang sosialis sekuler bahkan komunis. Namun mereka tidak melepaskan nilai-nilai yang diajarkan dari budaya Minangkabau.

Merantau bukan hanya mengenai upaya untuk memperbaiki kehidupan agar menjadi lebih baik namun di dalamnya ada proses pertumbuhan psikologis yang sedang berlangsung pada diri seseorang. 

Di mana di dalam masa Merantau seseorang akan bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah lain yang berbeda-beda Titik maka di sinilah sesungguhnya terjadi proses pembentukan karakter kepribadian seseorang dalam menyikapi hal tersebut. Maka dengan banyaknya hal atau pengalaman yang didapat maka banyak pulalah pelajaran hidup yang diperoleh untuk menjalani kehidupan.

Buya Hamka menyebutkan bahwa adat Minangkabau mempunyai undang-undang hukum dan adat. Mempunyai cupak dan gantang, mempunyai dasar filsafat yang dapat dikorek dan diselidiki secara ilmiah.

Tradisi Merantau pada masyarakat Minangkabau pada dasarnya berangkat dari falsafah hidup yang dipegang semenjak lama yakni " alam takambang jadi guru". 

Makna dari falsafah ini adalah bahwa orang Minang Kabau diajak untuk belajar dari peristiwa dan pengalaman yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari alam dalam pengertian ini biasanya salah satunya dimaknai sebagai bentuk pengalaman hidup. Dan salah satu upaya dari memperkaya pengalaman hidup adalah dengan cara Merantau ke negeri orang.

Orang Minangkabau semenjak zaman dahulu memang dikenal sebagai masyarakat penjelajah. Bahkan ada sebuah pandangan miring jika seandainya ada laki-laki muda yang tidak mencoba mencari penghidupan ke negeri orang maka kemudian lahirlah istilah bujang gadih untuk menyindir orang-orang semacam ini.

Setidaknya ada beberapa alasan yang mengharuskan orang Minangkabau Merantau ke negeri orang diantaranya:

Faktor ekonomi

Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat pedagang. Secara umum masyarakat pedagang yang berasal dari Minangkabau ini tersebar di mana-mana salah satu contohnya adalah rumah makan Padang. 

Sebetulnya ada sebuah nilai yang mendasari Mengapa ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa orang Minang khususnya laki-laki merantau ke negeri lain. 

Salah satu halnya adalah bahwa di Minangkabau kaum laki-laki sama sekali tidak memiliki hak kepemilikan atas harta pusaka tinggi. Sementara di sisi lain Mereka memiliki tanggung jawab terhadap keluarga dan anak kemenakannya titik keadaan inilah yang mengharuskan laki-laki Minangkabau untuk mencari penghidupan di negeri lain untuk memikul tanggung jawab tersebut.

"Karenaa sudahh kebiasan orang minang suka merantau. Bisa dibilang adu nasib nya dirantau.soalnya didaerah sendiri pun lapangan pekerjaan nya gak seluas di daerah orang bisa dibilang biar banyak wawasan dan bisa menerapkan ilmu tersebut di kampung" ungkap uud salah satu bekerja yang berasal dari padang, Sumatera Barat.

Kuatnya jiwa pedagang bagi orang Minangkabau kemudian menghasilkan tradisi lain dalam bentuk maota di lapau. Kegiatan ini biasanya menjadi kegiatan diskusi atau forum masyarakat. 

Tak dapat dipungkiri bahwa ini mempererat interaksi sosial hal ini juga dapat menjadi sarana bagi orang Minang untuk berbicara, bernegosiasi, beradu nasib, beradu argumentasi dan berdebat.

Faktor pendidikan

Hal lain yang mendorong orang Minangkabau Merantau kehendaki orang lain adalah adanya keinginan untuk mencari ilmu pengetahuan. Tidak heran bahwa kemudian melahirkan tokoh-tokoh nasional yang disegani seperti Muhammad Hatta, Buya Hamka dan Sutan Syahrir. Semangat mencari ilmu masyarakat Minangkabau didasari dari falsafah " alam takambang jadi guru"

Dewasa ini masyarakat Minangkabau yang merantau untuk mencari ilmu bukan hanya laki-laki akan tetapi juga perempuan titik Hal ini seiring dengan perkembangan zaman yang mengharuskan hal itu terjadi. 

Dua penelitian yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Universitas Telkom Jakarta menunjukkan bahwa rasio jumlah mahasiswi dan mahasiswa Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat mengalami peningkatan hal ini dibuktikan dari data yang didapatkan dari bagian administrasi akademik.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 
Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Rea  salah satu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mengungkapkan "Orang Minang itu haus akan ilmu dan ketika mereka melihat perkembangan di luar pulau Sumatera yang jauh lebih pesat dan maju jadi orang-orang pengen mendapatkan hal itu juga atau bisa disebut juga privilege".

Berdasarkan berita yang saya lansir atau yang saya baca di vivaa.co.id. Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi, mengungkapkan bahwa jumlah perantau Minang, jika dihitung dengan mempertimbangkan keturunan dan anggota keluarga mereka, diduga lebih banyak daripada jumlah penduduk Sumatera Barat. Apabila diperhitungkan dari keturunan hingga anggota keluarga, jumlah perantau Minang yang berada di luar daerah, diperkirakan lebih besar daripada jumlah penduduk Sumatera Barat.

"Karena kalau kuliah di Jawa itu banyak universitas yang udah dikenal banyak orang atau kampus favorite, mungkin karena fasilitasnya lebih baik karena dekat dari ibukota. Terus kuliah di Jawa juga bisa bikin kita ketemu banyak orang dari berbagai daerah apalagi orang Minang itu terkenal budaya rantaunya mungkin dari kuliah kita bisa simulasi jauh dari rumah sebelum akhirnya dapat pekerjaan yang mengharuskan kita Untuk jauh dari rumah" ucap bila salah satu mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun