Tiba-tiba hati Bintang seperti tersiram dinginnya salju. Dan bau harum umbi itu begitu menggodanya. Ubi itu, ternyata menjadi sangat lezat di mulut Bintang.
“Simbah hanya menjalankan apa yang menjadi tugas Simbah. Ayo, jangan sungkan-sungkan, habiskan saja, Nak Dokter.”, kata Mbah Roso sambil tersenyum bahagia.
Bintang merasa sangat kecil di tempat ini. Sebuah Al Quran lusuh, sebuah sajadah yang hendak jebol bagian ujungnya, dan kesederhanaan dan keikhlasan Mbah Roso yang membuat orangtua itu begitu bahagia akan hidupnya. Mbah Roso mungkin adalah orang yang sangat paham akan tugasnya, dan sangat tahu bagaimana dia harus mencintai Allah. Tak tergambar sama sekali gembar-gembor tentang semua itu, karena dia menjalani, menjalani dan menjalani tanpa pernah lupa bersyukur dan bersujud.
Dan kini Bintang bertambah malu ketika dia menggerutu dalam kesepiannya.
Mangkubumen, 09 Agustus 2010
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI