Siapa yang tidak mau menjadi seorang penulis, pastinya hampir semua orang mau untuk menjadi penulis. Orang yang bisa menuangkan segala keluh kesahnya ke sebuah tulisan untuk berbagi bahkan untuk memotivasi orang.
To be honest, actually aku gak akan membuat sebuah tulisan jika bukan karena dosen yang mewajibkanku membuat sebuah tulisan untuk di publish ke sebuah situs dimana situs tersebut tempat berkumpulnya semua penulis dari berbagai daerah yang mungkin saja bisa membuatku menjadi seperti penulis-penulis terkenal di luar sana. Sebuah tulisan untuk menarik viewers walaupun hanya singgah 5 detik untuk memunculkan 1 angka view, mengambil like terbanyak meskipun terpaksa untuk melikenya, atau koment terbanyak baik itu positif atau negatif. Yang penting semua serba terbanyak.
Lantas, bagaimana dengan aku yang tidak tahu menahu tentang cara menulis sedikitpun. Untuk membuat judul saja pun aku tidak tahu kata-kata apa yang harus dipakai, layaknya penulis-penulis ternama yang hanya memakai satu kata tapi bisa berarti ratusan makna atau kata-kata yang tinggi bak tingginy langit yang membuat orang beribu kali membacanya untuk mengetahui arti kata-kata tersebut.
Jika judul tidak bisa dipecahkan, lompat ke bagian lainnya yaitu tema cerita. Apakah cerita itu bergenre romantic yang membuat orang akan mengeluarkan tetesan-tetesan air mata yang seakan-akan bisa berubah menjadi berlian, atau bergenre action dengan segala adegan-adegan mengerikan seperti potong-memotong like a butcher dan darah dimana-dimana yang akan menjadi nightmare tersendiri dan membayangkan hal tersebut 7 hari 7 malam, atau juga cerita kocak yang bisa membuat orang ngakak seakan-akan mulutnya terkoyak, atau juga genre lain seperti history atau pun tentang revolusi, dan semacam lainnya. Jika pun ku lakukan cap cip cup menentukan genre apa yang kuambil,pastinya akan kuhapuskan genre history sebelum memulai, karena itu bukan bagian ku sama sekali. Seakan-akan hidup seribu tahun yang lalu ketika menceritakan itu.
Lalu, bagaimana aku memulai tulisanku? Ataukah seperti ketika aku membuat cerita pada saat SD dengan memakai embel-embel “Pada suatu hari, Pada hari minggu, Pada suatu masa”atau apalah itu? Atau juga membaca puluhan cerpen atau novel demi mendapatkan semua gambaran itu?
Dan nyatanya aku hanya bisa membuat sebuah tulisan yang berisikan tak lebih dari 10 paragraf dengan judul yang abstrak, tema yang mengambang, alur cerita yang tidak tau dimana pastinya, serta isi cerita yang sama sekali tidak diketahui apa itu pastinya.Yandg hanya dibuat tak lebih dari 1 jam, tidak seperti penulis-penulis yang menghabiskan waktu berminggu bahkan berbulan untuk membuat tulisannya. Lalu, bagaimana dengan aku? Masih pantaskan ini disebut sebuah tulisan? Lalu bagaimana tulisan yang baik itu? Semua itu tergantung ke indivdual itu sendiri bagaimana menentukannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI