Perhatian David teralihkan ke luar apartemen ketika suara-suara teriakan menggema dari jalanan. Suara kaca pecah, mobil terbakar, semua benar-benar kacau. Gotham dalam fase terburuk sepanjang sejarahnya untuk malam ini.
David yang terpesona dengan kejadian tersebut, seolah terasa terpanggil untuk ikut dalam malam yang menakjubkan ini.
Dia menutup jendela dan mulai membuka lemari bajunya. Dia ambil jaket hitam dan beanie nya. Tangannya merongsok masuk ke dalam lemari tersebut seakan-akan sedang mencari sesuatu yang sudah lama dia simpan.
Sebuah pistol. Pistol yang selama ini David simpan sebagai penebusan dosa terakhirnya, kali ini akan menjadi bukti perlawanan dirinya pada sesuatu yang dia anggap salah selama ini.
Dia masukkan pistol itu kedalam saku jaketnya, ia kenakan topeng badutnya dan pergi meninggalkan apartemennya.
Di luar situasi begitu kacau. Namun bagi David, situasi ini terasa lebih hidup daripada biasanya. Orang-orang turun ke jalan. Orang-orang yang sudah frustrasi dengan kehidupan mereka yang pelik, akhirnya pecah ruah tumpah di jalanan kota Gotham.
Orang-orang yang tidak tahu menahu mulai berlarian, mencari tempat perlindungan. Banyak dari mereka yang tidak mengenakan topeng tidak tahu menahu akan hal ini. Namun bisa jadi, mereka jugalah yang merasakan harta kotor korup dari Wayne dan Gotham.
Tak heran keapatisan orang-orang ini jugalah yang menjadikan mereka sasaran amukan dari demosntran badut malam ini. Mereka acuh tak acuh terhadap sesamanya yang hidupnya sulit. Mereka hanya diam disumpal oleh uang hasil busuk bisnis Wayne.
Tak ayal, banyak toko-toko yang tidak bersimpati pada gerakan badut ini, ikut terjarah dan bahkan memakan korban jiwa. Polisi pun tak kuasa membendung amukan massa sebesar ini.
David berjalan pelan sambil menikmati pemandangan yang mungkin takkan pernah dia lupakan. Langkah kakinya mengantarkannya pada bioskop terkenal di kota Gotham.