Mohon tunggu...
Anjas Wahyu AS
Anjas Wahyu AS Mohon Tunggu... Penulis - Paling suka minum susu-susu an

Cukup suka berbagi informasi, tips maupun diskusi yang tengah hangat dibicarakan di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Fan Fiction] Joker: The Other Side (#4)

9 Oktober 2024   22:14 Diperbarui: 9 Oktober 2024   22:51 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jari jemari David menari-nari diatas tombol-tombol mesin ketiknya. Dia mulai merangkai kata demi kata demi menutupi borok dari Thomas Wayne sekali lagi. Janji-janji palsu yang "harus" dia sematkan di artikel berita yang ia tulis makin membuat David serasa ingin membanting mesin tik di depan mukanya.

Sembari dia menahan amarahnya, Reutte datang sambil membawa sebuah tas hitam cukup besar bersamanya.

"Oops, nampaknya kali ini aku yang terlambat ya David hahaha" gelak tawa Reutte.

Reutte pun duduk dan melihat David yang masih sibuk dengan menulis berita yang ada.

"Kapan kita akan berhenti untuk menjilat pantat si Wayne brengsek itu ya David?"

David menggelengkan kepala. Dirinya pun juga kerap menanyakan hal yang sama pada dirinya.

"Kita dibayar tidak sebegitunya mahal untuk terus-terusan menutupi kebobrokan kota ini. Walikota saat ini pun juga rasanya tidak berhenti untuk meminta-minta dana kepada Wayne Enterprises. Padahal sudah jelas, semua kebobrokan ini, tikus liar, sampah berceceran, kemiskinan merajalela serta kriminalitas yang tidak ada tanda-tanda menurunnya adalah imbas dari pemkot Gotham yang masih bergantung pada Wayne, David."

David terdiam, namun dalam hati dia mengiyakan semua perkataan kawannya tersebut. Bayaran yang tidak seberapa itu kadang membuatnya lepas kendali dan putus asa. Dia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri dengan hasil seperti ini. Dia masih harus menghidupi orang tuanya di kampung jauh dari Gotham pula.

Adalah benar cita-cita David untuk menjadi seorang jurnalis yang meliput segala berita yang ada untuk disampaikan pada masyarakat. Sebagai ujung tombak kritik kepada pemerintahan agar bisa lebih baik lagi. Namun, kenyataan sungguh berbeda dari idealisme David.

"Wayne adalah musuh kita David. Sedari lama., dan nampaknya kita tidak sendirian..."

Ucapan Reutte tersebut menarik perhatian David. Matanya melirik ke arah kacamata Reutte.

Reutte membuka tas miliknya, dan mengeluarkan beberapa lembar pamflet. Reutte menyerahkan beberapa lembar kertas kepada David.

David menerima kertas tersebut dan mulai membacanya perlahan.

Kata demi kata, kalimat demi kalimat David baca dengan baik-baik.

Sebuah pertemuan gelap. Pertemuan yang akan membawa halaman baru untuk Gotham.

David yang cukup kebingungan menanyakan pada Reutte apa maksud dari semua ini.

"David, kematian tiga pegawai Wayne Investment hari ini, telah membangunkan jeritan beberapa kelompok masyarakat yang sudah lelah dan muak dengan apa yang pemkot Gotham telah perbuat."

David menelan ludah. Dia terdiam, sangat terpaku pada Reutte dan perkataannya.

"Apa yang telah terjadi pada ketiga orang tersebut, bukanlah sebuah bencana. Tapi, hal tersebut adalah sebuah wake up call bahwa segala ketimpangan, kebobrokan kota Gotham ini adalah imbas dari budaya korup dari pemkot Gotham dan Wayne Enterprises."

Kata-kata Reutte seketika mencerahkan David. Seolah-olah dia sedang menerima wahyu.

"Wayne dan pemkot saat inilah yang membuat ketimpangan itu ada, mereka tidak adil, mereka memakan harta yang sepatutnya menjadi hak dari banyak masyarakat di Gotham. Dan kejadian pembunuhan tiga orang itu, adalah bentuk frustrasi dan perlawanan dari masyarakat Gotham."

Reutte menggenggam tangannya. Dia begitu antusias menjelaskan semuanya pada David.

"Ini semua berkat badut itu, David. Aku tidak tahu siapa dia, atau orang macam apa dia, tapi yang jelas dia adalah kunci dari gerakan ini, David. Aku ingin kau datang bersamaku ke pertemuan ini, dan aku yakin kau akan menyukainya."

David mengangguk, dia begitu tergerak dengan kata-kata David. David merasa dia sedang melihat secercah harapan di hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun