Jakarta dan Palembang ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan Asian Games2018. Â Namun ada yang berbeda diantara kedua kota itu. Tanpa bermaksud membandingkan, nampak masyarakat Kota Palembang lebih antusias dalam menyambut pesta olah raga empat tahunan bagi negara-negara Asia tersebut.Â
Mereka memahami bahwa kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 bukan urusan pemerintah Indonesia semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua warga kota. Untuk mewujudkannya, sebanyak 72 kampung yang tersebar di 18 kecamatan di seluruh Kota Palembang bersolek diri menjadi kampung bertemakan Asian Games.
Uniknya, banyak diantara kampung tersebut merupakan kawasan yang kurang dilirik. Terjepit oleh permukiman modern dan lorong-lorong sempit membuat orang-orang dari luar tak mau datang ke sana tanpa alasan yang kuat.  Namun sekarang banyak perubahan terjadi. Bahkan beberapa kampung yang awalnya terlihat kumuh, ikut pula berbenah demi menyemarakkan Asian Games 2018.Â
Mereka ikut berlomba bersama kampung-kampung lainnya. Â Kreativitas para warga ditumpahkan dalam bentuk grafiti dan mural melalui goresan cat warna-warni pada tembok-tembok pagar rumah, lapangan olah raga, gang-gang dan jalanan kampung.
Tak hanya menampilkan keindahan mural dan logo Asian Games 2018, kampung yang terletak di Gang Masjid RT 18, Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang ini juga memanfaatkan barang bekas, seperti ban mobil dan panci bekas dalam membuat maskot Asian Games 2018. Bhin-bhin, Atung, dan Kaka terlihat makin menggemaskan dalam balutan bahan daur ulang. Selain menonjolkan nuansa Asian Games 2018, kreasi ini juga menyuarakan semangat warga untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan kota.
Bila sebelumnya aktivitas ini terbatas pada upaya kerja sama dalam membantu orang lain yang kesusahan, membersihkan lingkungan atau membangun infrastruktur kampung, Sikaroban menemukan relevansinya kembali saat Palembang didaulat menyelenggarakan Asian Games ke-18. Masyarakat kota ini berhasil menghidupkan tradisi ini kembali. Warga kampung rela patungan untuk membeli cat, kuas, dan peralatan lain. Setelah semuanya lengkap, mereka bahu-membahu mendandani kampungnya dengan cantik.
'Tenaga berlebih' mereka akhirnya diarahkan untuk aktivitas bersama yang lebih positif dalam rangka menghias kampung. Memang hal ini belum berdampak jangka panjang dalam menghilangkan kebiasaan tawuran tersebut. Tetapi setidaknya, upaya ini merupakan langkah awal untuk menanamkan kebiasaan kerja sama dengan elemen masyarakat lainnya. Bukan baku hantam yang meresahkan semua warga kota.
Aspek ekonomi juga dinilai menjanjikan dengan keberadaan kampung Asian Gamestersebut. Sejak ramai diberitakan di media massa, tak sedikit orang berkunjung ke sana untuk menikmati keindahan lukisan mural bertemakan Asian Games 2018. Gambar-gambar yang unik dijadikan latar belakang untuk berswafoto. Karena kunjungan ini, masyarakat setempat dapat mendulang rejeki dengan menjajakan aneka penganan dan minuman bagi wisatawan. Kabar baiknya, pemerintah kota juga akan mengajak para atlet dari berbagai negara menyambangi kampung-kampung Asian Games. Inisiatif ini berpotensi menumbuhkan ekonomi warga melalui berbagai kegiatan yang dapat dikemas secara apik.