Perjuangan bangun pagi untuk mengejar pesawat ke Lombok akhirnya terbayar juga. Kami langsung dimanja dengan pemandangan alam yang terhampar di depan mata. Air laut sebening kristal bertepikan pasir putih berpadu indah dengan langit biru. Sempalan surga ini bernama Tanjung Aan.
Aku buru-buru melepas alas kaki. Lalu lari sekencang-kencangnya menuju pantai. Empat teman lainnya pun tak mau ketinggalan, mengikuti langkahku dengan terbirit-birit. Begitu menginjak pasir, tekstur kasar langsung menggelitik telapak kaki. Tak lama kemudian, giliran riak air laut membelai kaki dengan lembut. Memang pasir Tanjung Aan lebih kasar daripada pasir pantai pada umumnya. Oleh karena itu, banyak orang menyebut Tanjung Aan sebagai Pantai Pasir Merica.
Tanjung Aan dikelilingi dua bukit panjang dengan sebuah celah yang berada diantaranya. Celah ini menjadi pintu masuk gelombang laut yang berasal dari Samudera Hindia. Lalu gelombang tersebut pecah menjadi riak-riak air dengan ukuran lebih kecil setelah menghantam bebatuan karang. Karena ketenangan air laut ini, banyak anak kecil berani bermain-main air di sepanjang pantai. Orang tua terlihat hanya mengawasi mereka dengan duduk-duduk di bawah poho tanpa dibayangi rasa khawatir.
Untuk menikmati kecantikan Tanjung Aan, kita dapat langsung ke sana setelah mendarat di Bandar Udara Internasional Lombok. Sebaiknya sebuah mobil disewa ramai-ramai dengan teman dengan tarif Rp500.000,00. Tarif ini sudah meliputi biaya BBM dan upah sopir. Selain  meringankan biaya transportasi dengan patungan, mobil juga bisa membawa kita menyambangi pantai-pantai lain yang berlokasi di sepanjang Daerah Wisata Mandalika, seperti Pantai Kuta yang terkenal dengan tradisi Bau Nyale-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H