Mohon tunggu...
Anjas Prasetiyo
Anjas Prasetiyo Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar dari Anda Semua

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Island of Hope, Wisata Asyik di Kepulauan Seribu

13 September 2015   12:56 Diperbarui: 14 September 2015   00:40 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelajahan pulau hari itu ditutup dengan kunjungan ke Pulau Bulat. Dinamakan demikian karena bentuknya yang memang bulat. Pulau ini rindang dirimbuni pepohonan besar, sehingga cocok sebagai tempat tetirah. Kata Pak Green, bangunan kosong yang masih  berdiri di sana merupakan bekas villa Mbak Tutut, putri Pak Harto. Karna sudah tidak dipakai lagi, bangunan itu terbengkalai. Tapi itu yang bukan menjadi atraksi di pulau ini. Pulau Bulat menjadi sunset viewing yang paling direkomendasikan sekaligus menjadi tempat istirahat para wisatawan setelah seharian menjelajah pulau-pulau. Di sini, juga terdapat kolam alami dengan ombak tenang yang dapat direnangi pengunjung sembari menyaksikan matahari terbenam.

Kunjungan ke Pulau Panjang di keesokan harinya menjadi penutup Tur Pulau Seribu kami. Pulau ini unik karena dibentengi oleh terumbu karang yang tumbuh di perairan dangkal di sekitar pulau. Sayang Pak Green tidak memberikan informasi lengkap tentang hal ini. Akibatnya, saat berenang menuju pulau, tubuh kami tertusuk karang. Tak mudah, membebaskan diri dari ’ladang ranjau karang’ ini karena arus yang cukup deras menghajar kami. Dalam upaya ini, kami tak sengaja menginjak karang. Rasa bersalah sempat membuat perjuangan kami untuk sampai ke pantai menjadi lebih berat.

Rupanya, kami harus menempuh rute memutar untuk sampai ke bibir pulau dengan selamat tanpa merusak terumbu karang. ”Waah..kok nggak dari tadi sih dikasih tahu,” gumam saya sembari berenang. Sinyal memilih kembali ke perahu karena ill-feel melihatnya banyaknya bulu babi mengendap di terumbu karang. Sedangkan Nea tinggal di atas perahu karena ’kedatangan tamu’ mendadak. Untuk kunjungan ke pulau terakhir ini, kami dibatasi waktu mengingat siangnya kami harus kembali ke Jakarta. Di tengah teror waktu, aktivitas apalagi yang bisa kami lakukan di sana selain berfoto-foto. Untuk itu,  saya rela dikubur hidup-hidup dengan pasir untuk difoto.

Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun