Ini kisah tentang kebiasaan A dan kebiasaan B, yang kemudian dikombinasikan….tidak menjadi kebiasaan AB, melainkan menjadi C.
Kebiasaan A :
Di rumah kami, seringkali setelah mengucapkan kalimat ada kata yang di-spell (eja huruf). Kebiasaan yang muncul begitu saja. Selain untuk memberikan tekanan pada kata yang di-eja, juga melancarkan anak-anak membaca kata. Kebiasaan yang muncul ketika Sakha mulai belajar membaca.
Sebagai contoh :
Akhsan : “Ibu, tolong buatkan susu, S-U-S-U”
Ibu : “Oke, setelah Ibu selesai goreng telur, T-E-L-U-R”
Kebiasaan B:
Di rumah kami, biasa saling memanggil dengan beberapa jenis panggilan, menyesuaikan dengan suasana hati dan suasana sekitar.
Sebagai contoh :
Radat biasa dipanggil Bapak, Babe, Mas Radat, Om Radat (kalo pas di Magelang), Pakdhe Radat (kalo pas di Klaten)
Anjas biasa dipanggil Ibu, Ustadzah Anjas (kalo pas ngajari anak-anak), Bulik Anjas (kalo pas di Magelang), Budhe Anjas (kalo pas di Klaten)
Sakha biasa dipanggil Kakak (oleh Ibu, Bapak dan adik-adiknya), Mbak Sakha (oleh teman dan tetangga), Fathiya (dipanggil Ibu kalo pas lagi lelet dan berlama-lama), Cah ayu anak sholeh (kalo lagi dirayu Ibu)
Akhsan biasa dipanggil Mas Akhsan (oleh Ibu, Bapak, Abbad dan teman-teman), Raan Akhsan (kalo Ibu lagi keluar tanduknya hehehe), Anak ganteng (kalo lagi dirayu Ibu)
Abbad biasa dipanggil Abbad oleh seluruh anggota keluarga, dipanggil ade oleh Ibu (meski Bapak kurang setuju panggilan ini)
Kebiasaan A dan B ini digabungkan oleh Akhsan (dengan kemampuan mengeja yang belum selancar kakaknya)
Akhsan memanggil bapaknya begini :
“ Be….Babe….B-A-B”
Pesan moral hari ini : Dua atau lebih hal yang baik ketika digabung dan dikombinasikan tanpa penguasaan teknis yang memadai bisa jadi akan jauh dari tujuan mulia sebelumnya.
Anda punya pengalaman lain yang sejenis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H