Mohon tunggu...
anjas wulansari
anjas wulansari Mohon Tunggu... -

Ibu sederhana yang ingin mengabadikan masa indah bersama anak-anaknya

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

SEPERTI SIAPA YA? (Untuk para orang tua baru, orang tua lama dan calon orang tua)

14 Oktober 2010   05:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kakak, maemnya diselesaikan dulu…baru bercerita” ujarku mengingatkan Sakha

“Iya, Bu” Sigap Sakha menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya dan bercerita lagi dengan seru.

“Tadi to, Bu..di sekolahan, dengerin to Bu…bla…bla…bla…”

“Ya, tapi itu mulutnya kosong..disuap dulu nasinya” tegurku lagi

“O, ya” dan “ Bla…bla…bla…Sakha kembali asyik menceritakan pengalamannya hari ini.

“Mhm…banyak amat sih ngomongnya” Bisikku pelan pada suamiku.

“Kayak siapa?” Suamiku melirik sambil tersenyum

“Kayak Bapak lah…Ibu kan pendiam” Jawabku sambil mengedip-ngedipkan mata.

Dilain waktu jika ada tingkahanak-anak yang baru seringkali pertanyaan

“seperti siapa ?” muncul.

Kalau hal yang ‘bagus’, aku dan suami biasanya sambil bercanda saling meng-klaim itu sebagai “seperti aku waktu kecil”

Dan jika perilaku itu bersifatsebaliknya, kami saling tuduh itu sebagai

“Itu seperti kamu waktu kecil !”(Misalnya saat Akhsan mengulum semua permen vitaminnya kemudian memasukkannya kembali ke dalam botol 'hanya' karena tak mau kakak dan teman-temannya meminta bagian)

Tanya sana-sini, ternyata beberapa teman sesama pasangan muda mengalami hal yang sama. Ada satu cerita menarik,sepasang teman yang baru mempunyai satu anak,‘segitunya’ mendiskusikan tentang “meniru siapa?’, sampai-sampai, di ujung diskusi biasanya mereka menelepon ibu masing-masing untuk menanyakan kebenaran masa lalu mereka.

Hehe…., tidak terbayangkan jika perilaku ketiga anak kami harus kami konfirmasikan kepada pihak ketiga, berapa waktu dan pulsa yang dibutuhkan untuk itu?

Kalau kemiripan fisik, tak bisa ditolak…akan lebih mudah mengidentifikasi.

Banyak yang mengatakan Sakha dan Abbad mirip Bapaknya, sedangkan si tengah Akhsan sangat mirip dengan aku, ibunya.

Meskipun penilaian setiap orang tidak sama, ada juga yang kenal aku sejak kecil mengatakan Sakha mirip sekali denganku waktu kecil (wajahnya, mungilnya, lincahnya, cerewetnya, ’ngeyelnya’ dan ‘sok tua’-nya hehehe).

Dari salah satu artikel di Kompasiana yang dibacakan suami untukku “Karena intensitas hubungan, sepasang suami dan istri ada kecenderungan untuk saling memiripkan diri, baik dari sifat maupun fisik”

(mohon maaf ya…karena cerita suamiku sebelum aku jadi kompasianer jadi tak tertelusur siapa yang menuliskan hal ini - meski aku sudah coba searching dengan kata kunci yang mirip-mirip)

Pernah aku dan suami sengaja bercermin bersama saling memperhatikan wajah dan ternyata,kami punya banyak persamaan, utamanya di bentuk tulang pipi, jadilah aku, suami dan tiga anak, sekeluarga bertema“ suku pipi tembem”.

Sekarang, ketika anak-anak mulai menunjukkan karakternya, aku pikir pertanyaan mirip siapa tak perlu diseriusi. Anak bukanlah replikasi dari orang tuanya

Tak dipungkiri gen pembawa sifat orang tua dimiliki tiap anak, tetapi bagaimanapun anak adalah pribadi unik yang berbeda dari orang tuanya.

Jika kebetulan ada beberapa hal yang sama, tentu saja karena saat anak masih kecil orang tua menjadi role model yang paling dekat, dikenal dan (mungkin) dikagumi anak-anak.

Nanti, ketika anak semakin dewasa, berinteraksi dengan lebih banyak orang, menjelajahi lingkungan yang lebih besar, menghadapi persoalan dan tantangan yang sesuai dengan jamannya.

Bisa jadi pertanyaan “Seperti siapa?” tak kan terlalu sering tarlontar.

Mungkin yang harus lebih sering didiskusikan para orang tua adalah, apa yang semestinya dilakukan orang tua untuk menyiapkan anaknya menghadapi masa depan mereka.

Menyiapkan anak-anak menjadi manusia yang tangguh menghadapi persoalan, tak gentar dengan tantangan, sabar menjalani cobaan, beryukur di segala keadaan.

Dan yang pasti,LEBIH BAIK DARI ORANG TUANYA, Semoga !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun