Mohon tunggu...
Anjarwati
Anjarwati Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang

Tidak ada yang tidak mungkin. Sesuatu yang tidak mungkin bisa jadi mungkin. Tetaplah berusaha untuk menggapai cita-cita. Dan jangan pernah takut akan perubahan yang bisa membawa kita pada sesuatu hal yang positif. Teruslah bergerak menjadi lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Agama dan Moralitas Manusia

21 Juni 2019   08:40 Diperbarui: 29 Juni 2021   08:59 5575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan Agama dan Moralitas Manusia | freepik

Agama merupakan seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia ghoib, khususnya dengan Tuhan,  mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. 

Dalam agama ada suatu keyakinan yang dianut oleh manusia untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah diyakininya sebagai respons dari manusia dalam menginterprestasikan tentang apa yang dirasakan kepada Tuhan. 

Ajaran agama bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist, yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk dan ajaran-ajaran tentang apa yang akan kita lakukan dalam bertindak. 

Baca juga: Hubungan Agama dengan Seni

Dan kita sebagai umat muslimin kita harus menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya kepada kita agar kita selamat dari api neraka. Agama sebagai sistem keyakinan yang akan mendorong atau penggerak serta pengontrol bagi kita untuk bertindak agar berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada.

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita tidak pernah lepas dari perilaku moral. Moral merupakan tata cara dalam kehidupan, adat istiadat maupun kebiasaan yang didalamnya terdapat nilai perilaku yang harus dilakukan dan dipatuhi. 

Dan dalam bertindak manusia harus bisa membedakan mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, tindakan yang baik yang akan dilakukan dalam setiap harinya dan menjadi kebiasaan.

W. Poespoprodjo mengatakan bahwa moralitas merupakan kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk dengan kata lain moralitas ini mencakup tentang baik buruknya perbuatan manusia. 

Franz Magnis Suseno juga mengatakan bahwa moralitas merupakan sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah, apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan.

Agama berkaitan erat dengan moral, dalam kita bertindak dan menyikapi suatu kejadian kita harus bisa berpegang teguh terhadap keyakinan yang kita miliki. Sebagai umat muslim kita percaya akan adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan kuasa dan kehendaknya. 

Untuk itu dalam menyikapi suatu kejadian kita harus bisa mengkombinasikan sikap moral kita. Yaitu apakah perbuatan yang kita lakukan itu benar ataukah salah.

Seperti pada masyarakat desa yang sebagian dari masyarakatnya masih percaya dengan sesuatu yang sakral, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai superior yang dalam kondisi normal hal tersebut tidak tersentuh dan bisa dihormati. 

Misalkan penemuan keris, keris dipandang sebagai sesuatu yang dianggap sakral, dan percaya didalamnya terdapat suatu kekuatan dan oleh sebagian dari masyarakat desa yang percaya akan kesakralan dari keris ini mereka akan menjaga dan mengormatinya. 

Dia percaya bahwa keris itu akan memberikan suatu kekuatan untuknya. Padahal dalam Islam kita tidak diperbolehkan percaya akan hal itu, karena semua yang ada dan yang berkuasa hanyalah Allah semata. Kita boleh saja sekedar menghormatinya, tetapi hanya satu yang kita percaya yaitu pada Allah semata.

Baca juga: Hubungan Agama dan Filsafat Menurut Al-Kindi

Ada lagi mengenai istilah "kualat" yang merupakan suatu musibah atau bencana yang terjadi terhadap diri kita karena berbuat yang kurang baik terhadap sesuatu(orang ataupun barang) yang dianggap sakral atau dalam kata lain kena tulah. 

Sebagian dari masyarakat juga percaya akan adanya kualat ini. Mereka percaya akan hal ini karena ada dari salah satu anak yang tidak patuh terhadap orangtuanya dan dia menentang perintah dari orangtuanya sehingga orang tua ini mengucapkan hal buruk yang akan menimpa anak ini dan pada kejadian ini sang anak benar menerima musibah yang tadi telah dikatakan oleh orangtuanya secara spontan. 

Contohnya pada saat itu Faela ingin pergi untuk membeli belanja di luar rumah, dan ketika itu Faela berpamitan kepada orangtuanya dan meminta izin kepada sang ibu, tetapi dari sang ibu tidak membolehkan Faela untuk pergi.  

Dan ibu berkata jika kamu ngeyel pergi dari rumah, nanti kamu akan jatuh. Tetapi pada saat itu Faela ngeyel dan dia masih bersiteguh untuk keluar. Dan pada akhirnya di perjalanan Faela tidak sengaja menabrak seorang pejalan kaki. 

Sebenarnya dia ingin menghindari pejalan kaki tersebut, dan akhirnya diapun terjatuh dari motor. Dari kejadian ini kita semakin percaya bahwa kualat terjadi. 

Dari akibat dari kita yang tidak patuh terhadap apa yang dikatakan oleh orangtua kita sehingga kita kualat dengan apa yang dikatakan oleh orangtua kita. Dan itu menjadi suatu keyakinan bahwa kualat itu ada, dan sudah terbukti dari kejadian tersebut. 

Sehingga dari kejadian tersebut sebagian dari masyarakat percaya akan adanya kualat. Dan menjadi suatu kebiasaan dari mereka, jika mereka melanggar apa yang telah dikatakan oleh orangtua kita mereka akan kena batunya. 

Dalam keseharian kita "apa yang dikatakan kedua orangtua kita dan yang keluar dari mulut orangtua kita, terutama ibu kata tersebut akan manjur" manjur dalam arti kata tersebut akan terjadi. Tetapi kejadian tersebut belum tentu disebut kualat, bisa saja suatu kebetulan. Yang biasanya masyarakat yang sering mengait-ngaitkan suatu kejadian.

Baca juga: Hubungan Agama dan Pancasila

Agama sangat erat berhubungan dengan moralitas kehidupan sehari-hari. Banyak moral masyarakat terkait dengan kepercayaan agama. Dalam moral ini sikap kita dalam bertindak yang akan menentukan baik atau buruknya perbuatan kita. 

Untuk itu dlam bertindak kita harus memperhatikan apakah tindakan kita benar atau salah. Dan kepercayaan kita hanyalah kepada Allah semata, karena Allah lah yang telah menciptakan alam semesta ini, tentang kuasa, kehendak dan tentang apa yang akan terjadi hanya Allahlah yang mengetahui. 

Kita boleh menghormati suatu dan percaya akan hal yang sakral itu, tetapi hanya sekedar percaya dan menghormati saja bukan untuk diyakini. Dan orang-orang beragama yang dianggap mampu menunjukkan sikap bermoral dan berintegritas. Semakin taat beragama, semakin bermoral lah dia. Sebaliknya semakin jauh dari agama, semakin bejat lah dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun