Di tengah gempuran musik modern yang semakin membuming, kesenian religi Islam "Hadroh" masih bertahan dan terus eksis hingga saat ini. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Desa Sukaraja, Kecamatan Buay madang, Kabupaten Oku Timur, tepatnya di Pondok pesantren Sukaraja bagian dalam. Di sana, terdapat sebuah grup seni Hadroh yang saat ini sedang berjalan di bawah pimpina Beliau Agus Haris Muzakki sebagai presiden Masbro Hadroh serta pengasuh pondok pesantren Nurul Huda khususnya Asrama Putra.
Hadroh merupakan jenis nyanyian sholawat Nabi yang dikemas dalam bentuk kesenian. Kesenian ini terdiri dari alat musik tradisional seperti rebana, tifa, bass, tam/tum dan keplak yang dipadukan dengan vokal dan gerakan-gerakan yang khas. Hadroh biasanya dipentaskan dalam acara-acara keagamaan, seperti pernikahan, haul, dan acara peringatan hari besar Islam.
Di pondok pesantren Nurul huda sudah mulai melemah mengenai seni  yang satu ini. Muaz syafi'i dan rekannya yusril ihza mahendra selaku mahasiswa KKN Nurul Huda Sukaraja kini mengembangkan kembali seni tersebut, khususnya di pondok Nurul Huda Sukaraja dengan cara mengisi jadwal untuk latihan hadroh tiap selesai melakuan kegiatan lainnya yang ada di pondok.Â
Selain latihan harian, dia juga mewajibkan para santri untuk ambil bagian dalam menerapkan dan memainkan alat seni tersebut tiap melakukan rutinan malam juma'at dalam rangka pembacaan istighozah dan maulid Nabi. Dengan tujuan membangun mental dan ke lancaran para santrri dalam memainkan alat tersebut.
Muaz dan Yusril  yang berada di Asrama  pondok pesantren tersebut menjelaskan bahwa Hadroh adalah salah satu bentuk kebudayaan Islam yang sangat penting. Ia berharap agar kesenian ini tetap lestari dan terus dikembangkan. Menurut dia, Hadroh mampu membawa pesan-pesan agama kepada masyarakat dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Gus Haris Muzakki juga menambahkan bahwa Hadroh dapat menjadi sarana dakwah yang sangat efektif. Dalam acara-acara keagamaan, Hadroh mampu mengundang khusyuk dan kekhusyukan pada diri para jamaah, serta membantu menguatkan iman dan taqwa. Selain itu, Hadroh juga dapat menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi antar sesama umat Islam.
Meski terus eksis dan banyak digemari, kesenian Hadroh tidak luput dari tantangan. Di era modern seperti sekarang, Banyak remaja yang lebih memilih musik modern daripada Hadroh. Oleh karena itu, muaz dan yusril terus berusaha untuk mengenalkan kesenian ini kepada para santri sehingga Hadroh tetap lestari dan terus dikembangkan di masa yang akan datang.
Di tengah kekhawatiran akan terkikisnya kesenian tradisional akibat pengaruh budaya asing, Hadroh mampu menjadi harapan baru bagi penggemar kesenian Islam. Sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, Hadroh harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga.
Di tengah gempuran musik modern yang semakin membuming, kesenian religi Islam "Hadroh" masih bertahan dan terus eksis hingga saat ini. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Desa Sukaraja, Kecamatan Buay madang, Kabupaten Oku Timur, tepatnya di Pondok pesantren Sukaraja bagian dalam. Di sana, terdapat sebuah grup seni Hadroh yang saat ini sedang berjalan di bawah pimpina Beliau Agus Haris Muzakki sebagai presiden Masbro Hadroh serta pengasuh pondok pesantren Nurul Huda khususnya Asrama Putra.
Hadroh merupakan jenis nyanyian sholawat Nabi yang dikemas dalam bentuk kesenian. Kesenian ini terdiri dari alat musik tradisional seperti rebana, tifa, bass, tam/tum dan keplak yang dipadukan dengan vokal dan gerakan-gerakan yang khas. Hadroh biasanya dipentaskan dalam acara-acara keagamaan, seperti pernikahan, haul, dan acara peringatan hari besar Islam.
Di pondok pesantren Nurul huda sudah mulai melemah mengenai seni  yang satu ini. Muaz syafi'i dan rekannya yusril ihza mahendra selaku mahasiswa KKN Nurul Huda Sukaraja kini mengembangkan kembali seni tersebut, khususnya di pondok Nurul Huda Sukaraja dengan cara mengisi jadwal untuk latihan hadroh tiap selesai melakuan kegiatan lainnya yang ada di pondok. Selain latihan harian, dia juga mewajibkan para santri untuk ambil bagian dalam menerapkan dan memainkan alat seni tersebut tiap melakukan rutinan malam juma'at dalam rangka pembacaan istighozah dan maulid Nabi. Dengan tujuan membangun mental dan ke lancaran para santrri dalam memainkan alat tersebut.
Muaz dan Yusril  yang berada di Asrama  pondok pesantren tersebut menjelaskan bahwa Hadroh adalah salah satu bentuk kebudayaan Islam yang sangat penting. Ia berharap agar kesenian ini tetap lestari dan terus dikembangkan. Menurut dia, Hadroh mampu membawa pesan-pesan agama kepada masyarakat dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Gus Haris Muzakki juga menambahkan bahwa Hadroh dapat menjadi sarana dakwah yang sangat efektif. Dalam acara-acara keagamaan, Hadroh mampu mengundang khusyuk dan kekhusyukan pada diri para jamaah, serta membantu menguatkan iman dan taqwa. Selain itu, Hadroh juga dapat menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi antar sesama umat Islam.
Meski terus eksis dan banyak digemari, kesenian Hadroh tidak luput dari tantangan. Di era modern seperti sekarang, Banyak remaja yang lebih memilih musik modern daripada Hadroh. Oleh karena itu, muaz dan yusril terus berusaha untuk mengenalkan kesenian ini kepada para santri sehingga Hadroh tetap lestari dan terus dikembangkan di masa yang akan datang.
Di tengah kekhawatiran akan terkikisnya kesenian tradisional akibat pengaruh budaya asing, Hadroh mampu menjadi harapan baru bagi penggemar kesenian Islam. Sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, Hadroh harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H