Di bandara Soekarno Hatta saya langsung check in gate. Tidak perlu mencetak tiket. Cukup dengan menunjukkan kode booking atau tiket virtual di smartphone. Saya bisa langsung masuk ke dalam bandara. Barang-barang penting seperti ponsel dan dompet saya taruh di dalam saku jaket bagian dalam. Meskipun di celana ada saku tetapi saku jaket bagian dalam saya anggap lebih aman karena jauh dari jangkauan copet.
Bandara aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan akhirnya menyambut saya dengan kemegahannya. Terlihat juga ukiran khas dayak dan gambar yang instagrammeble di sisi tembok bandara. Ada yang menampilkan putri dayak ada juga yang menampilkan burung enggang dan bekantan. Aroma kultur budaya kalimantan benar-benar tercermin di bandara ini. Saya sempatkan untuk mengabadikan momen di beberapa poster budaya Kalimantan sejenak sembari menikmati perjalanan. Hal seperti ini juga menjadi sebuah hiburan di sela-sela perjalanan yang lumayan menguras tenaga.
Dulu ketika pertama kali mudik saya ditawari untuk menggunakan sebuah angkot. Ternyata saya seorang diri di dalam angkutan itu. Kagetnya setiba di tujuan saya dipatok dengan harga Rp 70.000 padahal biasanya hanya di kisaran Rp 5000, paling mahal Rp 10.000.
“Biasanya juga Rp 10.000 paling mahal bang?” kata saya kepada sopir angkot.
“Ini beda, kamu udah dianter sendirian, seharian ini saya nggak dapat penumpang. Lagian parkir di bandara itu mahal!! Kata sopir angkot itu sambil menarik uang 70.000 di tangan saya. Selain itu sopir angkot ini mengucapkan kata-kata kotor yang tidak mungkin saya paparkan di tulisan ini. cukup saya, sopir angkot dan tuhanlah yang tahu.
Kejadian ini secara tidak langsung memberi sebuah tekanan mental pada diri saya. Oleh karena itu saya jarang mau jika ditawari sopir angkot yang cenderung memaksa. Biar aman jika ditawari saya menolak halus dengan jawaban “Nunggu jemputan dari ayah bang”, kata saya kepada para penawar jasa angkot yang cenderung memaksa itu.
Dari kejadian yang saya alami itu, Sekarang saya memilih angkot yang minimal sudah ada 2 penumpangnya. Kalau penumpang angkot ramai setidaknya ada teman dalam perjalanan. Sekedar antisipasi juga supaya tidak terjadi kejadian serupa apalagi tindak kriminal lain yang lebih ekstrim. Meskipun di dalam angkot agak berdesakan yang penting jangan sampai lengah dan tetap waspada jaga barang bawaan.
Setelah menikmati perjalanan darat dan udara kini tiba saatnya menikmati perjalanan laut. Terdapat 2 pilihan untuk menyebrang dari Balikpapan menuju kabupaten tempat saya tinggal. Pilihan pertama menggunakan kapal klotok dan speed boat dan kedua dari dermaga Kariangau menggunakan kapal ferry. Biar agak santai dan tidak terlalu mahal saya jatuhkan pilihan menggunakan kapal klotok.