“Hari ini rapat ya??” Kata Ketua umum sebuah komunitas.
“Dimana??” Kataku menjawab,
“Di tempat biasa ruang meeting lantai 4.”
Rapat atau koordinasi untuk membahas sesuatu hal menyangkut perkembangan komunitas dulu memang hanya bisa dilakukan dengan tatap muka dalam ruangan tertentu. Kejadian ini mungkin juga pernah anda alami dalam suatu organisasi ataupun komunitas. Namun tidak dalam era digital seperti sekarang. Kini untuk berdiskusi lebih fleksibel karena sekarang sudah ada media sosial sebagai tempat diskusi secara virtual tanpa bertatap muka
Hal inilah yang mendasari saya untuk ikut berdiskusi menimba ilmu dalam sebuah acara nangkring kompasiana bertajuk “Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial”. Kesempatan untuk refreshing sembari nangkring usai berjibaku dengan skripsi akhirnya terwujud juga pada acara diskusi kali ini. Ketertarikan saya mengunjungi acara ini, lebih karena ada dua kata yang cukup menyentil pada tema acara yakni Komunitas dan Media Sosial. Sebuah kata yang sangat akrab bagi kehidupan mahasiswa dan aktivis organisasi kampus yang ingin terus belajar berorganisasi. Harapan saya tentu pengetahuan saya terkait dengan peran media sosial terhadap suatu komunitas akan meningkat. Oleh karena itu meskipun hari sabtu tanggal 1 Oktober 2016 yang biasa digunakan kebanyakan orang istirahat ataupun family time. Saya sempatkan untuk mengunjungi acara yang berlangsung di menara danamon jalan H.R Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.
Sampai di menara danamon ternyata hari masih terlalu pagi. Perkiraan perjalanan macet seperti suasana ibukota biasanya. Tidak terlihat pada sabtu pagi itu. Arus lalu lintas dari cempaka putih menuju jalan H.R Rasuna Said terlihat lengang. Alhasil sampai di depan menara bank danamon jam masih menunjukkan pukul 09.00. Padahal acara mulai pada jam 10.00.
Sambil menikmati lalu lalang kendaraan di depan gedung danamon. Sekilas terlihat betapa megahnya menara bank danamon yang kabarnya baru diresmikan 1 bulan yang lalu. Tidak menunda waktu akhirnya saya langsung masuk ke dalam gedung menara danamon yang sedari tadi nampak beberapa mobil sedang keluar masuk ke gedung sambil diperiksa oleh beberapa security yang bertugas tepat di depan gedung. Pengamanan gedung ini terlihat ketat dengan pintu pemeriksaan x ray lengkap dengan petugasnya. Wah, mantap nih sudah agak lega dan tidak perlu khawatir tentangsafety di gedung menara danamon. 2 orang paruh baya terlihat menyambut di tempat receptionist usai saya melewati pemeriksaan petugas di pintu masuk.
“Boleh minta tanda pengenalnya pak?” Kata seorang paruh baya itu kepada saya sambil berdiri di samping standing banner bertuliskan nangkring kompasiana. Saya berikan KTP untuk kemudian ditukarkan dengan tanda visitors gedung menara danamon. Saya segerakan langkah kaki menuju lantai 22. Terlihat suasana masih sepi, dari 50 kompasianer yang terdaftar hanya ada 3 orang yang sudah standby sambil duduk manis memainkan gadgetnya.
Istimewanya di lantai 22 ini terdapat sebuah sky garden yang memperlihatkan panorama indah Jakarta beserta gedung pencakar langit. Tidak menyianyiakan kesempatan. Saya langsung hunting foto sembari menikmati hidangan pengganjal perut yang sudah disediakan. Satu per satu kompasianer saya lihat dari sky garden di luar ruangan mulai menunjukkan batang hidungnya. Kompasianer yang biasa berkomunikasi via media sosial dan jarang untuk bertatap muka. Langsung bercengkrama sambil menikmati sajian yang telah disediakan. Memang komunitas macam penulis blog di kompasiana jarang sekali untuk bertatap muka. Obrolan biasa kita lakukan melalui facebook, whatapss grup maupun media sosial lain.
Komunitas di era digital seperti sekarang sudah mengalami pergeseran. Pergeseran komunitas pada Era konventional dulu dan era teknologi pada masa sekarang sangat kentara terlihat. Seperti pengalaman saya bahwa dulu untuk berinteraksi dengan suatu komunitas atau organisasi kita harus jauh-jauh pergi ke kantor sekretariat komunitas itu. Sekarang dengan adanya media sosial tinggal mention di media sosial kita bisa mendapat arahan secara cepat dan mudah. Oleh sebab itu semua organisasi baik yang bersifat profit maupun non profit sudah wajib hukumnya untuk memiliki sosial.
Pertanyaannya sekarang apa korelasi komunitas, media sosial dan dunia perbankan?? Sekarang mari kita kembali ke kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang ingin selalu berkumpul dan berkomunitas. Komunikasi melalui tatap muka sudah mulai berkurang pada generasi milenial sekarang. Semua kegiatan sudah menggunakan media sosial, pesan ojek, pesan makanan, bahkan pesan tukang pijat pun kini sudah menggunakan bantuan media sosial. Sebelum dan bangun tidur kini semua orang mencari gadgetya. Fenomena ini menegaskan bahwa media sosial kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan tidak terkecuali dunia perbankan.
Oleh karena itu, Bank danamon yang ingin selalu memberikan kemudahan terhadap para nasabahnya. Akhirnya bertransformasi untuk menghadapi era media sosial dengan membentuk sebuah struktur media sosial. Media sosial tidak hanya digunakan untuk berdiskusi atau rapat di kalangan internal danamon. Media sosial danamon berguna untuk berinteraksi dengan lingkungan eksternal, mengakrabkan diri dan sebagai jendela digital communication dengan masyarakat.
- My danamon yang berisi tips mengelola keuangan secara cerdas, info lifestyle sesuai kebutuhan dari individu.
- Kartu danamon berisi tentang info mengenai promo kartu kredit dan debit dari . Untuk mendapatkan info promo kartu danamon
Selanjutnya untuk bisnis banking atau keperluan usaha ada 2 fasilitas media sosial :
- danamon DSP (simpan pnjam), media sosial ini berisi tips membangun usaha mikro kecil dan menengah. Di dalamnya terdapat beberapa tips mendapatkan modal dan mengelola usaha menjadi besar.
- danamon Biz berisi tentang tips, motivasi serta produk usaha,insight mengenai market, potensi bisnis kita ke depan serta cara mengelola keuangan usaha.
Media sosial dibuat untuk koordinasi dengan mudah dan murah tidak terbatas waktu. Pagi, siang, sore bahkan mungkin tengah malam sekalipun. Adanya media sosial di sebuah perusahaan perbankan juga akan mereduksi biaya. Kita tidak perlu jauh-jauh pergi ke kantor danamon jika ada permasalahan cukup dengan sebuah smartphone dan koneksi internet solusi seputar masalah perbankan bisa segera teratasi.
Bapak iskandar zulkarnaen atau biasa disapa mas isjet sebagai sapaan akrab dari kompasianer mengaku peran media sosial sangat vital sebagai alat komunikasi dan promosi pada masa sekarang. Kompasiner sangat memerlukan media sosial sebagai alat untuk mengenalkan tulisan kepada khalayak umum. Saya yang tergabung di kompasiana menganggap sebuah tulisan di kompasiana dan media sosial seperti kendaraan dan bahan bakar. Dua hal yang saling berkaitan tidak bisa dipisahkan. Konten tulisan yang sudah dibuat untuk kemudian di share melalui media sosial sehingga akan mendatangkan pembaca.
Dari rumah besar kompasiana membentuk lagi sebuah perkumpulan yang lebih spesifik berdasarkan kesamaan hobi untuk menuangkan ide tulisan. Yang fokus dan senang makan-makan bergabung di sebuah grup media sosial KPK (kompasianer penggila kuliner), yang senang nulis olahraga bergabung di Koprol (kompasianer penggila olahraga) dan khusus kompasianer perempuan membentuk sebuah media sosial ladisiana dan masih banyak lagi perkumpulan kompasinaer lain. Jadi bisa sharing di dalam satu media sosial berdasarkan kesamaanpassion dan karakter tulisan.
Komunitas lain yang juga tidak bisa lepas dari peran media sosial yang hadir pada diskusi kali itu adalah nebengers. Sebuah komunitas yang berdiri pada 7 desember 2011 itu menerapkan konsep saling berbagi tumpangan untuk mengurangi kemacetan. Ketika Andreas Aditya selaku Founder nebengers membuka diskusi. Saya sempat teringat pada memori lama pada tahun 2008. Ketika itu motor saya masih 2 tak. Sebuah motor yang terkenal boros dengan konsumsi bahan bakar yang lumayan menguras kantong. Dengan memberi tumpangan kepada teman satu kampus bahan bakar bisa kita tanggung berdua (Waktu itu belum ada nebengers).
Saya menganggap mengendarai motor dengan jarak 10 Km dengan ataupun tanpa tumpangan biaya yang dikeluarkan juga akan tetap. Oleh karena itu tidak ada ruginya memberi tumpangan kepada teman apalagi bisa saling patungan bahan bakar. Malah lebih menghemat biaya, bukan??
Untuk interaksi antara penebeng dan pemberi tebengan biasa melaui media sosial twitter, aplikasi nebengers atau yang sudah loyal membentuk sebuah komunitas melalui whataps grup. Melalui media sosial nebengers mempertemukan para pemberi dan pencari tebengan. Semakin banyak transaksi di nebengers maka semakin banyak pula kursi kosong yang termanfaatkan. Tentu hal ini akan memberi sumbangsih terhadap pengurangan macet.
Yang menarik dan membuat saya takjub ternyata sudah ada 10 pasangan yang menikah karena bertemu via nebengers. Ini adalah bukti bahwa media sosial tidak hanya untuk berbagi informasi atau tumpangan melainkan juga berbagi hidup dalam satu cinta.
Acara ditutup oleh stand up comedian Fajar Nugra. Peserta yang semula tegang, fokus dan konsentrasi akhirnya bisa sedikit rileksasi sambil tertawa ringan menyaksikan humor yang dibawakan oleh komika yang memiliki penampilan nyentrik itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H