Passion, sebagai suatu kecenderungan yang kuat terhadap aktivitas yang disukai dan dianggap penting, sehingga individu yang memilikinya akan mampu memberikan waktu serta tenaga untuk aktivitas tersebut, terbagi atas dua tipe passion Vallerand dan Houlfort, (2003), yaitu Harmonious Passion dan Obsessive Passsion.
Harmonious passion merupakan tipe passion yang mengacu pada dorongan semangatonal, dorongan tersebut mengarahkan seseorang untuk terlibat aktif dalam aktivitass yang menjadi passion-nya secara sukarela. Sekalipun seseorang yang memiliki harmonious passion bergerak dan bertindak atas dasar sukarela dan personal, namun mereka akan tetap mampu menguasai diri untuk melakukan aktivitas yang menjadi passion-nya. Harmonious Passion berasal dari internalisasi secara otonomi suatu kegiatan menjadi identitas individu. Internalisasi yang bersifat otonomi terjadi ketika individu menerima bahwa kegiatan tersebut penting bagi dirinya tanpa adanya paksaan. (Vallerand dkk., 2003).
Internalisasi ini akan menghasilkan semangat intrinsik untuk ikut serta dalam aktivitas dan memunculkan rasa terpanggil serta dukungan untuk melakukannya. Individu tidak terpaksa untuk melakukan aktivitas, melainkan merasa memiliki kebebasan memilih untuk melakukannya. Aktivitas ini tidak mengambil alih atau menguassai identitas individu, melainkan tetap harmonis dengan aspek lain dari individu tersebut. Bentuk perilaku dalam harmonious passion antara lain adalah, alokasi waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai tanpa mengganggu kegiatan utama dalam keseharian dan adanya otonomi untuk mengatur keterlibatan dalam kegiatan yang dicintai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harmonious passion merupakan sebuah kecintaan individu terhadap suatu kegiatan, yang dilakukan oleh individu secara sukarela dalam menginvestasikan waktunya serta terdapat otonomi dari dalam diri individu untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.
Obsessive Passion merupakan passion terhadap suatu kegiatan yang dihasilkan dari internalisasi terkontrol. Internalisasi terkontrol dapat berupa tekanan intrapersonal dan atau interpersonal, seperti kebutuhan untuk diterima secara sosial, self-esteem, penghargaan, atau bahkan kesenangan melakukan aktivitas yang menjadi tidak terkendali Vallerand dkk., (2003). Peneliti lain berpendapat bahwa passion memiliki tujuh elemen inti, yaitu: 1) passion muncul pada aktivitas tertentu, 2) passion melibatkan kecintaan yang mendalam terhadap aktivitas tersebut, 3) passion terhadap hal-hal yang bermakna secara pribadi, 4) passion adalah konstruk yang dapat mesemangat seseorang, 5) passion memunculkan energi, usaha, dan ketekunan yang besar, 6) passion adalah bagian dari identitas diri, 7) passion memiliki dua bentuk yang dapat memberikan hasil yang adaptif maupun yang maladaptif.
Seseorang dengan harmonious passion akan secara sukarela terlibat dalam passionate activity yang dilakukan dan dapat secara fleksibel mengontrol aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian orang tersebut merasakan emosi positif selama terlibat dalam aktivitas tersebut. Berbeda halnya dengan obsessive passion, yaitu ketika individu terlibat dalam suatu aktivitas dengan orientasi defensif, sehingga orang tersebut tidak lagi menikmati aktivitas yang dilakukannya, serta mengalami pengalaman emosional yang negatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwaa, passion guru akan berpengaruh pada kinerja, maka setiap guru sebaiknya mengenali passion yang dimilikinya sejak dini. Ketika individu mengenal dirinya dengan baik, termasuk passion yang dimiliki, maka individu tersebut akan lebih mudah dalam karir yang akan ditekuninya pada masa yang akan datang. Dengan demikian, pemahaman mengenai passion ini penting dimiliki oleh setiap guru, khususnya untuk karirnya di masa yang akan datang masih di rasa rendah.
Safitri, (2015) berpendapat bahawa passion mengajar sebagai kecenderungan yang kuat terhadap kegiatan mengajar ketika individu tersebut melihat bahwa kegiatan mengajar penting dan membuat individu memiliki keinginan untuk menginvestasikan waktu serta energi yang dimiliki. Ketika guru memiliki passion dalam melakukan mengajar, maka akan timbul proses semangat dalam diri guru tersebut dalam mengajar. Passion guru yang merupakan kecenderungan yang kuat terhadap kegiatan mengajar dan mengajar merupakan aktivitas yang disukai oleh guru dan menjadi bagian dari identitasnya, serta individu rela meluangkan waktu dan energinya untuk melakukan aktivitas tersebut.
Passion, sebagai suatu kecenderungan yang kuat terhadap aktivitas yang disukai dan dianggap penting, sehingga individu yang memilikinya akan mampu memberikan waktu serta tenaga untuk aktivitas tersebut, terbagi atas dua tipe passion Vallerand dan Houlfort, (2003), yaitu Harmonious Passion dan Obsessive Passsion.
Kualitas yaitu kemampuan guru dalam bekerja secara sungguh sungguh dan menjadikan mengajar sebagai salah satu bagian dalam kehidupannya.
Indikator-indikator :
Memiliki keingin kuat sebagai seorang guru