Semua yang mungkin terlihat sulit, bukan berarti mustahil
Tepat pada 20 Januari 2020, virus baru Covid-19 mulai menjadi perhatian masyarakat dunia. Berbagai negara mengeluarkan kebijakan untuk social distancing dan bahkan menerapkan lockdown di beberapa wilayah yang termasuk ke zona tidak aman dari Covid-19. Wabah ini pun menyebabkan perekonomian Indonesia jatuh cukup dalam hingga masuk masa krisis. Resesi ekonomi pun membayang di depan mata.
Masyarakat dipaksa memutar otak untuk mendapatkan penghasilan, salah satu alternatif yaitu digital marketing dengan memanfaatkan sosial media. Praktik digital marketing dapat terlihat dari banyaknya akun online shop atau bisnis online yang bermunculan.Â
Dilansir dari cnnindonesia.com, berdasarkan data situs agregator belanja online, iPrice, total pengunjung e-commerce local, Tokopedia, mencapai 157 juta orang pada Januari-Maret 2022. Tokopedia menjadi e-commerce yang paling diminati di Indonesia sepanjang kuartal I 2022.
Sementara Shopee, e-commerce asal Singapura, berada di urutan kedua terbanyak dikunjungi di Indonesia yang diikuti oleh Lazada, Bukalapak dan Orami.Â
Hal ini membuktikan adanya tren bisnis online di Indonesia. Bisnis online adalah usaha kegiatan perdagangan yang pendapatan penghasilannya dari penjualan secara online dan pemasarannya mengandalkan internet. Bisnis ini didominasi oleh kalangan anak muda, terutama mahasiswa.Â
Kita dapat melihat realitanya pada mahasiswa yang menjalankan bisnis online di beberapa universitas, khususnya Universitas Airlangga. Misalnya, akun facebook @unairstore dan akun instagram @unair.store menyediakan wadah bagi yang ingin membeli barang ikon Universitas Airlangga.
Alasan dan Pertimbangan
Ada beberapa alasan bisnis online terlihat menarik bagi mahasiswa. Pertama, untuk memulai suatu bisnis online hanya membutuhkan modal yang relatif minim.Â
Kebanyakan orang takut untuk menggeluti sebuah bisnis karena perlu mengeluarkan modal yang cukup besar. Memulai bisnis online dapat menjadi pilihan yang tepat. Kedua, adanya jangkauan akses yang luas dan kemudahan dalam melakukan promosi.Â
Hal ini didukung oleh teknologi internet yang canggih, baik melalui media sosial maupun situs-situs marketplace. Ketiga, bisnis online memiliki risiko yang tidak terlalu signifikan. Risiko seperti kebakaran toko dan pencurian material dapat terhindari. Terakhir, margin keuntungan yang didapatkan lebih besar.Â
Pembisnis usaha online tidak perlu membayar biaya-biaya tetap yang biasanya muncul ketika berbisnis offline, seperti biaya sewa gedung, upah karyawan, dan biaya utilitas lainnya.
Bisnis online juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, barang yang dijual secara fisik terkadang tidak sesuai dengan gambar. Biasanya hal tersebut yang membuat pembeli kecewa karena ketidaksesuaian gambar dengan produk yang diterima. Kedua, adanya dependensi yang tinggi pada internet dan smart device.Â
Hal ini mengakibatkan peluang kasus-kasus penipuan, kecurangan pembayaran, dan pencurian online semakin tinggi. Ketiga, terdapat ongkos kirim yang perlu dibayarkan.Â
Biaya kirim yang telah ditentukan bisa lebih mahal daripada nominal barang yang dibeli. Selain itu terdapat risiko keamanan produk yang kurang terjamin yang dapat mengurangi mutu produk. Faktor-faktor tersebut menjadi hal yang harus dipertimbangkan dalam bisnis online.
Bagaimana Cara Memulai?
Titik tersulit adalah bagaimana cara memulai bisnis online dan aspek tersebut harus mampu dilewati oleh seorang pembisnis baru. Memikirkan bagaimana agar dapat mengidentifikasi target yang tepat mengalokasikan sumber daya secara efisien, mengumpulkan pelanggan setia, dan memanfaatkan laba untuk ekspansi bisnis adalah tantangan yang berat.Â
Pemikiran seperti itu membuat beberapa pembisnis menyerah karena takut bisnisnya gagal. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang harus dapat bersinergi dengan baik.
Berbagai tips dapat diterapkan mahasiswa. Pertama, menyakinkan diri, apabila masih setengah hati saat mulai membangun bisnis, akan jauh lebih mudah dijatuhkan oleh keadaan. Selanjutnya, mempersiapkan model bisnis dan berpikir "Out of The Box".Â
Misalnya, dengan menentukan anak muda sebagai target dan media sosial sebagai pemasaran merupakan langkah tepat. Bedasarkan statistik, pengguna media sosial paling banyak berusia 18-34 tahun. Memilih tampilan desain produk yang menekankan pada keindahan visual. Spesifikasi dan gambar produk yang diunggah harus unik, jelas, dan menarik.
Sebagian besar bisnis online dimulai tanpa perencanaan yang matang, sehingga tidak bertahan lama. Dari hal itu, mahasiswa dapat membuat laporan atau catatan dari transaksi bisnis secara rutin.
 Laporan berfungsi untuk melakukan analisis perencanaan finansial dan mengetahui apakah operasi bisnis sudah dijalankan secara efektif dan efisien. Laporan yang dibuat tidak harus kompleks dan lengkap, tetapi persisten.Â
Contoh implementasinya dapat membuat laporan arus kas secara sederhana dengan menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Terakhir, memiliki mindset positif merupakan hal yang mendasar bagi pemula bisnis online. Saat ingin memulai, hindarilah kondisi dan sikap yang membuat enggan untuk berbisnis.Â
Misalnya, malu untuk melakukan promosi. Mulailah bersikap ramah, hal ini dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi nilai tambah bagi kualitas produk yang dijual. Komunikasi yang baik mampu menciptakan semangat kolaborasi dengan berbagai mitra, baik kepada klien maupun penyuplai.
Memulai apalagi menjalankan bisnis itu tidaklah mudah. Butuh waktu yang cukup lama untuk memiliki pelanggan setia. Orang-orang yang tekun atau berjuang secara konsisten tentu memperoleh hasil yang memuaskan di kemudian hari. Oleh karena itu, dibutuhkan semangat dan dedikasi yang tinggi.Â
Dengan demikian, memulai bisnis online tidak begitu sulit diterapkan bagi generasi milenial, khususnya mahasiswa. Kuncinya adalah sabar, pantang menyerah, dan sungguh-sungguh menjalankan bisnis online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H