" asik, tempatnya bagus, estetik, penyanyinya juga suaranya bagus, tempuranya murah"
Tempura muatamuuuu, batinku.
Kalimat jogja terbuat dari rindu pulang dan angkringan seharusnya bisa membuat masyarakat jogja tergerak untuk melestarikan nilai filosofis angkringan yang semestinya. Kalau perlu kalimat itu harus dijadikan label angkringan asli. Ditempel di terpal-terpalnya. Jangan malah ditempel di tempat angkringan yang palsu. Piye tio kihhh
Untuk melestarikan filosofi angkringan, maka antara pelanggan dan pengusaha angkringan pun harus saling bekerjasama dalam menjaga dan menyepakati norma-norma yang seharusnya ada di angkringan. Seperti norma egalitarian dan norma penekanan terhadap komunikasi tatap muka.. Selain itu juga harus mempertahankan bentuk gerobak dan menu-menu yang menjadi identitas angkringan yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H