Mohon tunggu...
Anjani Mas
Anjani Mas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Filsafat Komunikasi dalam Perspektif Ilmu Studi Kasus Branding "Gemoy" Capres Prabowo Subianto

29 November 2023   13:57 Diperbarui: 29 November 2023   14:19 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

LATAR BELAKANG

Indonesia saat ini tengah menyambut tahun politik. Kita tahu bahwa tahun 2024 adalah pesta demokrasi besar, yaitu penentuan atau pemilihan Presiden dan Wakil yang akan memimpin Indonesia 5 tahun kedepan. Dalam mempersiapkan pemilihan seperti itu, sangat umum kita ketahui masing-masing kandidat mempersiapkan 'pertandingan politik' mengingat calon pemimpin biasanya lebih dari satu. Masing-masing berlomba-lomba untuk memenangkan pemilu.

Mereka berusaha untuk menarik perhatian pemilih untuk memilih mereka. Sebagai bentuk atau praktek demokrasi, suara pemilih tentu menentukan kemenangan. Singkatnya, semakin banyak suara atau dukungan yang didapat, maka ia akan memenangkan pemilu. Dengan demikian, selanjutnya si pemenang akan mendapatkan kursi kekuasaan dalam pemerintahan.

Kampanye politik dimaknai sebagai kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas, maka seorang kandidat perlu memiliki strategi dan perencanaan yang matang. Para calon yang ikut serta dalam pemilu tentunya memiliki cara kampanye yang berbeda dengan calon lainnya. Kampanye politik menjadi sangat penting dalam memperkenalkan kandidat kepada Masyarakat, dengan tujuan untuk memenangkan pemilu tertentu, maka setiap calon perlu mempertimbangkan strategi dan planning yang matang. Strategi dan perencanaan ini sangat penting karena menentukan kemenangan calon dalam proses pemilu.

Branding merupakan upaya untuk membentuk citra dan personalitas pemimpin bahkan dapat membantu kandidat untuk mengubah dan memelihara reputasi serta dukungan. Sedangkan political branding itu sendiri merupakan suatu strategi untuk membangun suatu citra politik menurut Marshment dalam (Sandra, 2013). Media sosial adalah cara yang terbaik dan termudah untuk menumbuhkan identitas pribadi, membangun reputasi, dan menjadi terlihat dalam industri tertentu. Personal branding yang dilakukan oleh politisi di media sosial akan membentuk persepsi masyarakat akan dirinya dan memudahkan bagi para politisi untuk melakukan komunikasi politik.

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo dan Gibran seringkali menuai sorotan publik. Pada pemilu kali ini, sang calon Presiden Prabowo melakukan rebranding. Karena latar belakang sebelumnya adalah seorang yang berasal dari militer, kali ini Prabowo menunjukkan kepribadian yang lebih santai, bertingkah lucu, dan seringkali berjoget pada kesempatan tertentu. Hal itulah yang membuat dirinya kini dijuluki sebagai sosok yang "Gemoy".

Munculnya julukan tersebut lantas sangat mudah diingat oleh para kaum muda dan hal itu juga ternyata sangat berpengaruh bagi citra Prabowo. Populernya kata gemoi ini sendiri memberikan efek elektoral yang signifikan kepada Prabowo. Atau semakin populernya julukan gemoy untuk Prabowo itu cerminan semakin Prabowo disukai, terutama di kalangan milenial.

 

MANFAAT

  • Berikut ini beberapa manfaat branding politik bagi politikus, yaitu:
  • Menciptakan citra positif.
  • Memperkuat dukungan politik.
  • Meningkatkan opini publik.
  • Meningkatkan mobilisasi dukungan.
  • Membedakan satu politisi dengan politisi lainnya.
  • Membangun kepercayaan antara politisi dan konstituennya,
  • Politisi dapat menyampaikan pesan yang lebih jelas tentang visi dan misi politiknya.
  • Membangun kepercayaan pemilih serta meningkatkan elektabilitas.
  • Membantu membangun identitas yang konsisten untuk partai politik.

KAJIAN PUSTAKA

  • Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang membahas mengenai tujuan dari ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia menggunakan ilmu pengetahuan tersebut. Hakikat yang dicapai dalam aksiologi sendiri adalah hakikat dari manfaat ilmu pengetahuan itu sendiri. Objek kajian dalam dari aksologi sendiri adalh menyangkut masalah nilai dari kegunaan ilmu itu sendiri karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai -- nilai budaya dan juga nilai moral, sehingga pemanfaatan dari imu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi juga dapat disebut sebagai teori mengenai baik dan buruk atau tata cara dan tujuan (Salam, 1997).

  • Epistimologi

Epistimologi merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membahas mengenai hakikat ilmu pengetahuan, pengandaian -- pengandaian, dasar -- dasar, serta pertanggung jawaban dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indra dengan berbagai metode, diantaranya: metode induktif, metode deduktif metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis (Surajiyo, 2005).

  • Ontologi

Ontologi merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membahas mengenai hakikat hidup manusia dengan mempelajari sistuasi atau keadaan berdasarkan fakta dan realitas yang ada. Ontologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari suatu hakikat berdasarkan logika yang membahas teori yang telah ada tentang suatu yang ada (Satria, 2016).

  • Branding

Branding merupakan upaya untuk membentuk citra dan personalitas pemimpin bahkan dapat membantu kandidat untuk mengubah dan memelihara reputasi serta dukungan. Sedangkan political branding itu sendiri merupakan suatu strategi untuk membangun suatu citra politik menurut Marshment dalam (Sandra, 2013).

PEMBAHASAN

Aksiologi

Dalam konteks branding "Gemoy" pada calon Presiden Prabowo Subianto, aspek aksiologi dalam filsafat komunikasi menyoroti nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui citra tersebut. Aksiologi berfokus pada penelitian nilai dan evaluasi terhadap nilai-nilai tersebut, yang dalam konteks politik, dapat mencerminkan upaya untuk membangun citra dan persepsi positif di mata pemilih. Branding "Gemoy" dapat diartikan sebagai suatu simbol atau istilah yang mencerminkan karakter atau nilai-nilai tertentu yang diinginkan atau diidentifikasi oleh calon Presiden Prabowo Subianto. Dalam hal ini, kata "Gemoy" mungkin menciptakan konotasi keberanian, kegagahan, atau kekuatan, dan hal ini dapat menjadi landasan dalam merumuskan pesan-pesan kampanye.

Dalam perspektif aksiologi, setiap kata atau simbol yang dipilih untuk branding memiliki konotasi nilai yang bersifat subjektif. Misalnya, jika "Gemoy" dikaitkan dengan keberanian, maka kampanye dapat berfokus pada narasi kepemimpinan yang kuat, kemampuan menghadapi tantangan, dan keputusan-keputusan tegas yang dianggap menggambarkan nilai-nilai tersebut. Namun, penting untuk diingat bahwa persepsi nilai dapat bervariasi di antara pemilih. Beberapa orang mungkin melihat "Gemoy" sebagai sifat positif yang diinginkan dalam seorang pemimpin, sementara orang lain mungkin mengasosiasikannya dengan sikap otoriter atau kurangnya fleksibilitas. Oleh karena itu, strategi komunikasi harus mempertimbangkan keragaman persepsi nilai di kalangan pemilih.

Dalam rangka mencapai kesuksesan branding "Gemoy" dari sudut pandang aksiologi, kampanye harus memastikan bahwa nilai-nilai yang ingin disampaikan secara konsisten mencerminkan karakteristik positif yang diinginkan dalam sosok calon Presiden Prabowo Subianto. Ini melibatkan pemilihan kata, citra visual, dan narasi yang sejalan dengan nilai-nilai tersebut, sekaligus memahami dinamika nilai-nilai dalam masyarakat yang menjadi target pemilih. Dalam perspektif filsafat ilmu, aksiologi membahas tentang nilai-nilai, dan penerapan konsep ini pada branding "Gemoy" Capres Prabowo Subianto dapat dilihat sebagai sebuah usaha untuk mengkomunikasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

  • Penentuan Nilai: Aksiologi akan menyoroti proses penentuan nilai-nilai yang ingin diwakili oleh istilah "Gemoy". Apakah nilai tersebut mencerminkan keberanian, kegagahan, kekuatan, atau nilai-nilai lainnya yang dianggap positif oleh kampanye.
  • Persepsi Nilai di Masyarakat: Dalam perspektif filsafat ilmu, penting untuk memahami bagaimana masyarakat mempersepsikan nilai-nilai yang disampaikan melalui branding. Apakah "Gemoy" dipahami secara seragam oleh semua pemilih atau apakah ada keragaman interpretasi nilai.
  • Efektivitas Komunikasi Nilai: Filsafat ilmu aksiologi juga dapat menilai efektivitas komunikasi nilai-nilai tersebut kepada masyarakat. Sejauh mana istilah "Gemoy" mampu merangsang pemahaman dan dukungan terhadap nilai-nilai yang ingin ditekankan oleh Capres Prabowo Subianto.
  • Relevansi Konteks Sosial: Aksiologi juga menekankan relevansi nilai-nilai dalam konteks sosial. Bagaimana nilai-nilai yang diusung oleh "Gemoy" sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada dalam masyarakat dan sejauh mana masyarakat dapat meresapi dan mengadopsi nilai-nilai tersebut.
  • Refleksi Terhadap Kepemimpinan: Dalam filsafat ilmu aksiologi, nilai-nilai yang diusung oleh branding dapat dianggap sebagai refleksi terhadap bagaimana pemimpin diharapkan bertindak. Sejauh mana "Gemoy" mencerminkan sifat-sifat yang diinginkan dalam seorang pemimpin, dan apakah masyarakat menerima hal ini sebagai indikator kepemimpinan yang kuat.
  • Dinamika Perubahan Nilai: Aksiologi juga memperhatikan dinamika perubahan nilai dalam masyarakat. Bagaimana nilai-nilai yang diusung oleh "Gemoy" dapat beradaptasi dengan perubahan nilai-nilai masyarakat seiring waktu.

Dalam keseluruhan, aksiologi membawa pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang ditekankan dalam branding "Gemoy," serta dampaknya terhadap persepsi dan penerimaan masyarakat, memberikan kontribusi pada pemahaman filsafat ilmu dalam konteks komunikasi politik.

Epistimologi

Prabowo Subianto, calon presiden Indonesia nomor urut 02 dalam Pemilu 2024, telah melakukan berbagai upaya untuk mengubah citranya menjadi lebih ramah dan bersahabat. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan branding "gemoy". Istilah "gemoy" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "lucu" atau "manis". Dalam konteks politik, istilah ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menampilkan citra yang lebih santai, menyenangkan, dan mudah diingat.

Strategi Prabowo dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah epistimologi. Epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula, sifat, dan validitas pengetahuan. Dalam konteks pembahasan ini, epistimologi dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana Prabowo mencoba untuk membentuk pengetahuan publik tentang dirinya melalui branding "gemoy". Salah satu cara Prabowo untuk membentuk pengetahuan publik tentang dirinya adalah dengan menggunakan media sosial. Prabowo aktif menggunakan berbagai platform media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Melalui media sosial, Prabowo sering membagikan konten-konten yang bersifat lucu dan menghibur.

Misalnya, pada 2022, Prabowo membagikan video parodi dirinya yang sedang menari dengan lagu "Lagu Galau". Video tersebut menjadi viral dan mendapat banyak respon positif dari warganet. Prabowo juga sering membagikan konten-konten yang menunjukkan dirinya sebagai sosok yang santai dan humoris. Selain itu, Prabowo juga sering menggunakan kata-kata dan ungkapan yang bersifat santai dan informal dalam pidato-pidatonya. Misalnya, Prabowo sering menggunakan kata-kata seperti "keren", "mantap", dan "asyik". Penggunaan kata-kata dan ungkapan tersebut bertujuan untuk membuat pidatonya lebih mudah dipahami dan diingat oleh publik.

Prabowo telah berhasil menarik perhatian publik. Citra Prabowo sebagai sosok yang kaku dan serius mulai berubah menjadi sosok yang lebih ramah dan bersahabat. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa popularitas Prabowo meningkat setelah menggunakan branding "gemoy". Namun, branding "gemoy" yang digunakan oleh Prabowo juga menimbulkan beberapa kritik. Kritikus berpendapat bahwa branding tersebut merupakan upaya untuk menipu publik. Mereka menilai bahwa Prabowo tetaplah sosok yang kaku dan serius, dan bahwa branding "gemoy" hanyalah topeng yang digunakan untuk menutupi kepribadian aslinya.

Kritik tersebut dapat dijawab dengan melihat tujuan dari branding "gemoy" Prabowo. Prabowo sendiri telah mengakui bahwa branding tersebut bertujuan untuk menarik perhatian publik dan mengubah citranya. Prabowo tidak menyangkal bahwa dirinya tetaplah sosok yang serius, tetapi ia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki sisi yang santai dan menyenangkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan branding tersebut Prabowo memiliki implikasi epistimologi yang cukup signifikan. Strategi tersebut telah berhasil membentuk pengetahuan publik tentang Prabowo, meskipun masih terdapat kritik-kritik yang ditujukan kepadanya. Berikut adalah beberapa implikasi epistimologi dari strategi branding "gemoy" Prabowo:

  • Perubahan persepsi publik: dengan menggunakan branding tersebut Prabowo telah berhasil mengubah persepsi publik tentang dirinya. Citra Prabowo sebagai sosok yang kaku dan serius mulai berubah menjadi sosok yang lebih ramah dan bersahabat.
  • Penyesuaian dengan tren: Prabowo juga merupakan bentuk penyesuaian dengan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Tren penggunaan media sosial dan bahasa yang santai dan informal telah dimanfaatkan oleh Prabowo untuk membentuk citranya.
  • Pengaruh terhadap politik: dalam hal ini kata "gemoy" dapat memiliki pengaruh terhadap politik Indonesia. Jika Prabowo berhasil memenangkan pemilu, maka ia akan menjadi presiden pertama Indonesia yang menggunakan branding "gemoy". Hal ini dapat menjadi tren baru dalam politik Indonesia, di mana calon presiden akan lebih memperhatikan citranya di media sosial dan menggunakan bahasa yang santai dan informal.

Secara keseluruhan, strategi branding "gemoy" Prabowo merupakan upaya yang cukup berhasil untuk mengubah citranya. Strategi tersebut memiliki implikasi epistimologi yang cukup signifikan, di mana telah berhasil mengubah persepsi publik tentang Prabowo, menyesuaikan dengan tren yang sedang berkembang, dan dapat memiliki pengaruh terhadap politik Indonesia.

Ontologi

Ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan utama dalam filsafat yang membahas mengenai realitas atau kenyataan. Pada dasarnya ontologi membicarakan asas-asas rasional dari yang ada atau disebut kajian mengenai teori tentang "ada", karena membahas apa yang ingin diketahui dan seberapa jauh keingintahuan mengenai hal tersebut.

Kaitannya dengan branding "Gemoy" pada Calon Presiden Prabowo Subianto, istilah "Gemoy" pertama kali muncul dan diusulkan oleh para pendukung Prabowo. Kata "Gemoy" dalam branding Prabowo banyak menuai kontroversi yang berasal dari banyak pihak. Mereka menilai kata "Gemoy" hanyalah sebagai gimmick politik belaka untuk menarik suara dan simpatisan pendukung dalam Pemilu 2024. Namun, hal tersebut dibantah oleh para pendukung Prabowo. Mereka mengatakan kata "Gemoy" memiliki arti kebersamaan, kegembiraan dan semangat juang dalam meraih cita -- cita politik bersama. "Gemoy" menjadi lambang berjalannya politik secara penuh kegembiraan, gagasan dan jauh dari politik identitas. Kata "Gemoy" juga memrepresentasikan bagaimana seharusnya Pemilu dilakukan dengan penuh sukacita dan kegembiraan antar sesama pendukung Paslon lainnya.

Hal ini bertujuan untuk menghindari politik perpecahan yang mungkin akan terjadi dari adanya perbedaan pilihan. Dengan adanya Pemilu yang penuh kegembiraan makan akan menciptakan Pemilu yang penuh kualitas, kredibel dan bermartabat untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemilu sejatinya harus dapat menjadi ajang adu gagasan dan ide para Paslon untuk menciptakan dan memajukan Indonesia bersama. Politik kegembiraan dan bermartabat sudah seharusnya diciptakan oleh setiap Paslon yang akan berlaga pada Pilpres 2024. Dengan terciptanya politik kegembiraan yang penuh dengan gagasan dan ide sebagai inovasi serta solusi bagi kemajuan Indonesia akan meminimalisir fitnah yang akan timbul nantinya.

Selain itu, Prabowo yang akan maju sebagai Capres nomor urut 2 dapat dikatakan banyaknya perubahan yang terjadi pada dirinya. Hal ini disampaikan sendiri oleh Prabowo. Prabowo yang kalah dua kali dalam Pilpres menjadikan hal tersebut sebagai alasan mengapa dirinya berubah. Kekalahan yang diterima oleh Prabowo membuat ia belajar banyak hal mengenai politik yang terjadi di Indonesia. Jika dilihat pada Pilpres sebelumnya, yaitu pada tahun 2014 dan 2019 Prabowo menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki karakteristik militer tegas, kaku, mudah tersinggung dan berapi -- api. Sebagai purnawirawan militer, terlihat dari bebrapa pernyataan Prabowo yang terlihat memarahi wartawan ketika ia baru saja selesai mencoblos.

Prabowo menyebut, bahwa wartawan tidak menuliskan dirinya sesuai fakta yang ada. Setelah kekalahan pada Pilpres 2019 Prabowo yang merupakan pimpinan Partai Gerindra menjadi oposisi pada pemerintahan Presiden Joko Widodo seringkali melontarkan kritik tajam mengenai utang dan pajak negara. Citra tegas sebagai purnawirawan militer membuat gaya bicara Prabowo memiliki kesan berapi -- api. Namun, citra tegas, kaku dan mudah marah yang ia miliki lambat laun berubah dan menjadi lembut setelah Prabowo resmi menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada pemerintahaan Joko Widodo. Citra Prabowo yang selalu berapi -- api perlahan berubah menjadi lebih tenang dalam berbagai kegiatan dan hal. Perubahan lain dari citra Prabowo yan semakin terlihat, yakni pada segi penampilan yang semakin terlihat muda pada beberapa postingannya di akun pribadi media sosial miliknya.

Dalam kesempatan lain,terlihat Prabowo yang berjoget di atas panggung dengan diiringi oleh penyanyi. Dengan perubahan -- perubahan yang terjadi pada dirinya, membuat Prabowo juga berkomitmen akan mengikuti dan meneruskan segala hal yang sudah, akan atau belum dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Salah satunya, jika Prabowo berhasil menjadi Presiden RI ia akan berusaha untuk membangun kerja sama demi kemajuan pembangunan Indonesia tanpa memandang apakah pihak tersebut lawan atau kawan. Perubahan citra Prabowo dari galak menjadi "Gemoy" dinilai sebagai upaya dalam menggaet suara anak muda dalam Pilpres 2024 setelah dua kali mengalami kegagalan. Berdasarkan hasil survei  elektabilitas Paslon Prabowo -- Gibran mengalami kenaikan dengan perolehan 36,1%. Jika merujuk data suara pemilih anak muda pada Pilpres 2024, suara anak muda menduduki posisi terbanyak mencapai 204,8 juta. Dengan dominannya suara anak muda pada Pemilu 2024 diharapkan akan menciptakan konttibusi besar yang akan menentukan bagaimana Indonesia dimasa yang akan datang.

Pertarungan Prabowo untuk menduduki kursi nomor satu di Indonesia tidak dapat lepas dari kaitan dan peranan media sosial sebagai kanal untuk mendekati target utama audiens atau pemilihnya pada Pilpres 2024. Media sosial menjadi kanal yang memegang peranan penting bagi Paslon dan partai untuk menggaet pemilih. Aktivitas para paslon di media sosial pribadinya juga akan mempengaruhi bagaimana perspektif pemilih ketika melihat mereka. Istilah "Gemoy" yang digunakan Prabowo dapat dikatakan menjadi sebuah narasi citra untuk tidak membicarakan gagasan atau ide yang berasal dan ditawarkan Prabowo kepada anak muda. Perubahan yang terjadi pada Prabowo dapat saja mengubah citra untuk mendongkrak elektabilitas bagi dirinya, namun hal ini dapat menjadi senjata yang balik menyerang dikarenakan adanya cacat sejarah yang kurang diketahui generasi muda. Selain itu, istilah "Gemoy" juga akan menutup jalannya penegakan terhadap isu penegakan hukum dan HAM di Indonesia karena tidak adanya prioritas utama yang ditegakkan negaran.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengkaburan sejarah karena narasi politik yang dilakukan hanya difokuskan pada narasi saja. Istilah "Gemoy" dan segala hal yang dilakukan Prabowo untuk merubah citra dapat dikatakan tidak cukup menjadi faktor utama bagi para pemilih untuk memberikan suaranya. Para pemilih yang semakin cerdas akan berpikir secara rasional dan logis mengenai siapa Paslon yang benar -- benar akan membawa gagasa serta ide bagi perubahan dan kemajuan Indonesia dan mengenyampingkan hal -- hal yang hanya menjadi gimmick politik saja.

KESIMPULAN

Dalam perspektif aksiologi, setiap kata atau simbol yang dipilih untuk branding memiliki konotasi nilai yang bersifat subjektif. Misalnya, jika "Gemoy" dikaitkan dengan keberanian, maka kampanye dapat berfokus pada narasi kepemimpinan yang kuat, kemampuan menghadapi tantangan, dan keputusan-keputusan tegas yang dianggap menggambarkan nilai-nilai tersebut. Dalam konteks pembahasan epistimologi, digunakan untuk menganalisis bagaimana Prabowo mencoba untuk membentuk pengetahuan publik tentang dirinya melalui branding "gemoy". Salah satu cara Prabowo untuk membentuk pengetahuan publik tentang dirinya adalah dengan menggunakan media sosial. Prabowo aktif menggunakan berbagai platform media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Melalui media sosial, Prabowo sering membagikan konten-konten yang bersifat lucu dan menghibur. Dalam persfektif ontologi dalam branding "Gemoy" pada Calon Presiden Prabowo Subianto, istilah "Gemoy" pertama kali muncul dan diusulkan oleh para pendukung Prabowo. Kata "Gemoy" dalam branding Prabowo banyak menuai kontroversi yang berasal dari banyak pihak. Mereka menilai kata "Gemoy" hanyalah sebagai gimmick politik belaka untuk menarik suara dan simpatisan pendukung dalam Pemilu 2024. Namun, hal tersebut dibantah oleh para pendukung Prabowo. Mereka mengatakan kata "Gemoy" memiliki arti kebersamaan, kegembiraan dan semangat juang dalam meraih cita -- cita politik bersama. "Gemoy" menjadi lambang berjalannya politik secara penuh kegembiraan, gagasan dan jauh dari politik identitas. Kata "Gemoy" juga memrepresentasikan bagaimana seharusnya Pemilu dilakukan dengan penuh sukacita dan kegembiraan antar sesama pendukung Paslon lainnya.

PENULIS

Anjani Mas Puspa A                     (213516516102)

Haura Lutfiyah Utami Putri     (213516516314)

Indiralara Mustika                       (213516516098)

Muhammad Habibi                      (213516516331)

Najmah Ramadhiani Sidhi        (213516516328)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun