Pada masa pandemi baik dari civitas akademik termasuk guru dan murid dituntut untuk menguasai teknologi digital, yang mana pada akhirnya membuka tabir bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih sangat jauh.
Kesenjangan pendapatan akibat pembelajaran daring dapat dilihat ketika para siswa yang tinggal di pelosok daerah harus berjalan berkilo meter jauhnya demi mendapatkan sinyal internet agar dapat mengikuti pembelajaran daring, bahkan bagi mereka yang tempat tinggalnya tidak ada jaringan internet harus meminjam gawai tetangga atau pergi ke sekolah seminggu sekali untuk mengambil dan menyerahkan tugas sekolah.Â
Tidak hanya itu, banyak pula yang terseok-seok hanya demi membeli kuota internet agar dapat mengikuti kelas daring melalui platform yang telah tersedia secara online.Â
Kualitas guru yang berada di daerah pelosok juga masih sangat rendah dalam hal penguasaan teknologi pendidikan. Alhasil menimbulkan masalah-masalah baru seperti kekerasan pada anak di rumah, putus sekolah, bahkan pada masa pandemi banyak anak yang menikah di usia dini.Â
Masalah-masalah yang terjadi tersebut pada umumnya para siswa siswi yang mengalami hambatan besar dalam proses pembelajaran jarak jauh berlangsung.Â
Selain itu, mereka juga merupakan siswa dari masyarakat kelas menengah ke bawah yang mana berada di daerah 3T (Terdepan, terpencil, tertinggal), yang notabenenya tidak memiliki fasilitas belajar seperti laptop, gawai (handphone), komputer, WiFi, Kouta internet.Â
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu hambatan mereka dalam proses pembelajaran jarak jauh berlangsung, hal itu dikarenakan anak-anak yang tingal di daerah 3T sangat minim kemampuannya dalam membeli kuota internet. Begitu juga sulitnya untuk mengakses sinyal di tengah kondisi rumah dan lingkungan yang kurang mendukung.Â
Sehingga hal itu, cukup menyulitkan para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran jarak jauh melalui jaringan internet, dan mengakibatkan para siswa ketinggalan materi belajar yang sangat jauh. Â
Di sisi lain, siswa dari kalangan menengah ke atas kemungkinan juga tidak akan menemui kendala ataupun hambatan dalam proses pembelajaran daring berlangsung karena fasilitas belajar yang memadai, penguasaan teknologi, pendidik yang berkualitas, dan lingkungan yang mendukung.Â
Mereka dengan mudah mengikuti setiap pembelajaran dan akan berjalan melesat jauh melampaui siswa dari kalangan miskin. Kegiatan pembelajaran jarak jauh seperti ini hanya membuat gap atau jurang pendidikan ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ semakin lebar saja. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan begitu saja akan berdampak pada stagnansi bahkan turunnya kemampuan siswa.Â
Pada gilirannya mengakibatkan ketimpangan pendidikan yang akan berpengaruh pula pada masa yang akan datang.Â