Mohon tunggu...
Anjani Dwi Apriliana
Anjani Dwi Apriliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Sejarah Unnes

apa aja suka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Masa Revolusi Fisik: Pertempuran Palagan Ambarawa 1945

28 November 2021   19:42 Diperbarui: 28 November 2021   19:45 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal itu menimbulkan amarah bangsa Indonesia, karena setelah diketahui bahwa kedatangan Sekutu yang diboncengi NICA tidak hanya untuk membebaskan para tawanan perang saja, mereka juga secara terang-terangan ingin kembali menegakkan kekuasaannya di Indonesia. Hal tersebut membuat kemarahan bangsa Indonesia memanas, serta membuat rakyat Indonesia menentang kepada Sekutu dan NICA untuk melakukan perlawanan.

Insiden pertempuran di Ambarawa, tidak lepas dari konflik bersenjata pasukan Sekutu di Magelang. Pada tanggal 26 Oktober 1945, terjadi sebuah konflik di Magelang dimana saat itu pasukan tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti para Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta membuat keresahan dan kekacauan di wilayah tersebut. Hal itu membuat rakyat Magelang marah karena kekacauan yang dilakukan pasukan Sekutu sangat mengganggu kenyamanan warga sekitar dan dianggap sebagai ancaman bagi kedaulatan bangsa Indonesia. 

Akhirnya secara serentak rakyat Magelang bertindak untuk melakukan boikot dan pengepungan dibeberapa titik di wilayah Magelang terhadap pasukan Sekutu. Rakyat Magelang juga dibantu oleh TKR Resimen Magelang yang berada di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini, dimana mereka juga mengepung pasukan Sekutu dari segala arah.  

Pengepungan atau blokade yang terjadi di kota Magelang, membuat pasukan Sekutu pada tanggal 21 November 1945 secara diam-diam mundur dan meninggalkan Magelang, kemudian beraalih ke arah Ambarawa tepatnya menuju benteng Ambarawa. Kemunduran pasukan Sekutu dari kota Magelang ke arah Ambarawa itu diikuti oleh para resimen wilayah Jawa Tengah dan pasukan Angkatan Muda dengan melakukan pengejaran terhadap pasukan Sekutu hingga meluas sampai ke wilayah pedalaman Ambarawa.

Di wilayah pedalaman Ambarawa, pasukan Sekutu melakukan teror kepada rakyat dan juga melakukan pengeboman yang bertujuan untuk mengancam posisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pasukan tentara Sekutu saat itu juga mencoba untuk menduduki dua desa di Ambarawa. Namun, hal itu langsung ditentang oleh rakyat Ambarawa, dengan semangat perjuangan kemudian rakyat Ambarawa bersatu dengan para TKR untuk melakukan perlawanan terhadap Sekutu. 

Dengan cepat rakyat Ambarawa dan TKR melakukan perlawanaan terhadap Sekutu di medan perang untuk mempertahankan wilayah Indonesia. Perlawanan pasukan Indonesia saat itu berada di bawah pimpinan Letkol Isdiman, namun dalam pertempuran tersebut Beliau gugur terlebih dahulu. Gugurnya Letkol Isdiman kemudian dilanjutkan oleh Letkol Soedirman.

Soedirman yang saat itu menjadi pemimpin pasukan Indonesia mengatakan dengan tegas bahwa secepat mungkin Indonesia harus mengusir Sekutu dari Ambarawa. Hal itu dikarenakan Sekutu memiliki strategi yang licik, dimana ia akan menjadikan kota Ambarawa sebagai salah satu dasar kekuatan untuk merebut wilayah Jawa Tengah. Perlawanan terus berlanjut hingga pada tanggal 12 Desember 1945, akhirnya pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berhasil mengepung pasukan Sekutu di benteng Willem. 

Dalam pertempuran ini Soedirman menggunakan taktik "Supit Urang", diamana pasukan Indonesia tersebar di seluruh sudut Ambarawa dan secara serentak mereka mengeluarkan tembakan peluru,dentuman meriam, dan segala senjatanya yang dipenuhi suara riuh. Serangan dari pasukan Indonesia kemudian dibalas oleh pasukan Sekutu yang dilakukan dengan serangan dadakan secara kalang kabut. 

Dengan semangat juang rakyat dan pasukan TKR akhirnya berhasil memperoleh kemenangan dalam melawan pasukan Sekutu. Pertempuran tersebut berlangsung selama empat hari empat malam, dimana kota Ambarawa di kepung oleh para pasukan Indonesia yang berlangsung pada tanggal 12 hingga 15 Desember 1945. Pertempuran tersebut dikenal sebagai peristiwa "Pertempuran Palagan Ambarawa".

Taktik Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa "Supit Urang"

Setelah Letkol Isdiman gugur di medan perang, kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman yang menjadi pemimpin dalam pasukan Indonesia dalam melawan Sekutu. Perlawanan yang berlangsung di Ambarawa telah mengorbankan Letkol Isdiman gugur karena pasukan Sekutu yang banyak serta persenjataan dan kekuatan militer yang dibawa Sekutu saat itu juga lebih modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun