Mohon tunggu...
Anjali Nurizki Putri
Anjali Nurizki Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Stay a mistery, it's better.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

I Just Wanna Be An Ordinary People

12 November 2020   20:48 Diperbarui: 12 November 2020   21:23 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Anjali. Keinginanku hanya ingin menjadi biasa saja. Ya, menjadi seseorang yang luput dari jangkauan pujian dan tepukan sorak kagum orang-orang lain di sekitarnya. Disaat orang orang di sekitarku sedang mempersiapkan diri dan menyibukan diri dengan belajar, les, masuk organisasi dan mengikuti lomba agar populer atau karena ingin masuk Perguruan Tinggi Negri Favorit yang mereka cita cita kan. Aku menyibukkan diri dengan tidak menjadi apa apa. Aneh bukan? Menjadi biasa-biasa dan bukan siapa-siapa bukanlah suatu masalah. Aku hanya remaja yang tidak memiliki ambisi, itu saja. 

Bukannya aku tidak melakukannya, Belajar? Tentu saja, ingin menjadi biasa saja bukan berarti menjadikanku orang yang abai dengan pelajaran. Masuk peringkat 10 besar saja sudah cukup bagiku. Les? Orangtua ku tak punya cukup biaya untuk aku mengikuti les yang harganya selangit itu hanya akan menambah beban mereka. Organisasi? Ya aku mengikutinya, hanya ada satu ekstrakulikuler yang aku sukai. Lomba? Ini adalah salah satu hal yang tidak pernah terlintas difikiranku. Aku saja ingin menjadi biasa saja untuk apa aku mengikuti lomba?. 

Tujuanku hanya satu menjadi biasa saja dengan tidak mencolok berteman dengan sedikit orang, menghindari hal hal yang membuatku pusing dan tidak mencari masalah. Cukup sederhana bukan?.


Tahun pertama di SMA...


Orangtuaku tidak pernah menuntutku menjadi seseorang yang mereka inginkan. Aku dibebaskan untuk memilih apa yang aku mau dan bertanggung jawab akan hal itu. Tapi kenapa ini malah semakin membebaniku. Bagaimana kalau itu tidak sesuai apa yang mereka harapkan?.


Dimalam itu ibuku bertanya. "Li, kalau udah sekolah mau kuliah atau langsung kerja aja?."


Ayahku menanggapinya dengan menjawab. "Ya kalau mau kuliah harus disiapin dari sekarang, ikut organisasi kek, lomba, atau seminar sama cari tau dari teh Intan tuh dapet beasiswa kuliah di UPI."


Teh Intan adalah sepupuku yang sangat pintar, ia terkenal dengan nilai ulangannya yang selalu mendapat 100 sempurna. Hal itu selalu mendapat pujian dari keluarga besar ayahku. Aku selalu berfikir kenapa ada orang yang otaknya encer seperti itu?.


Aku seperti pikat kehilangan mata menanggapinya karna aku masih kelas 10 pada waktu itu. Aku baru saja beradaptasi memasuki SMA dan dengan berat berpisah dengan sahabatku di SMP dan pertanyaan ini selalu menggangu ku sejak masuk SMA bagai duri dalam daging. Apa memasuki SMA seberat ini? Ahhh aku tidak ingin menjadi dewasa secepat ini. Apa rencanaku selanjutnya? Kuliah? Kerja? Apa yang aku inginkan? Itu pertanyaan yang berat untuk ku.


Tahun kedua di SMA...


Kelas 11 bukanlah hal yang buruk. Dalam film film remaja yang sering ku tonton mereka akan menemukan jati diri mereka pada masa ini. Masa paling seru yang tak akan pernah terlupakan saat SMA.


Pada saat dimana sudah saatnya mengganti jabatan yang lama dengan yang baru, Sang ketua eskul memberitahu siapa saja calon ketua eskul selanjutnya.


"Selanjutnya adalah.. Anjali." Ucapnya.
Anggota yang lain riuh bertepuk tangan. Hah? Aku tidak pernah menduga. Apa ini benar benar terjadi? Akhirnya, aku maju kedepan dengan kecil hati.


Selanjutnya, pemilihan pun dilakukan aku memang tidak terpilih sebagai ketua tapi tetap saja aku menjadi inti atau orang penting dalam ektrakulikuler ini. Satu hal yang aku hindari terjadi.


Dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa yang diadakan untuk inti disetiap ekstrakulikuler disekolahku ada pembiacara dan pemateri yang menjelaskan tentang organisasi, bagaimaha cara kita menjadi pemimpin dan apa rencana kita selanjutnya sebagai generasi muda. Benar kata Ayah yang sudah banyak makan garam, bertemu dengan pembicara pembicara hebat ini membuat hatiku tergerak dan termotivasi untuk menyusun rencana masa depanku dan aku juga mulai sadar kalau aku harus bersungguh sungguh karna aku mempunyai tanggung jawab dalam organisasi.


Hari hari pun berlalu, di awal tahun 2020 ekstrakulikuler ku selalu mengikuti lomba ini setiap tahunnya. Hal yang aku hindari terjadi lagi. Aku ditunjuk untuk mengikuti lomba poetry reading. Apalagi ini? Apa yang harus aku lakukan?.


Miss selaku pembimbing selalu menyemangatiku. "Kamu punya potensi dan Miss liat itu di diri Anjali, berlatih aja terus. Tenang Miss dan yang lainnya akan bantu kok."


Itu selalu menjadi peganganku dalam ketidak percayaan diri ini. Miss, kakak kakak kelas dan teman teman yang lainnya sangat membantu aku untuk berlatih. Banyak sekali pelajaran yang dapat aku ambil dalam masa latihan ini. Rajin mengais tembolok berisi semakin aku berlatih dengan bersungguh sungguh semakin aku dapat menguasai hal ini.


1 Maret 2020, bertepatan dengan hari ulang tahun ibuku, lomba diselenggarakan.

Miss yang menjadi pembimbing kami memberi semangat sebelum semua tampil dalam lomba "Kita berdo'a dulu sebelum lombanya dimulai, tetep fokus sama apa yang udah dipelajari pada saat latihan menang atau kalah itu ga jadi masalah yang penting kita udah berusaha kalau kalah jadikan pelajaran dan pengalaman dan kalau menang jadikan itu bonus do your best, we can do it."


Kami melakukan yel yel agar lebih bersemangat "ESC do the best, be the best!." Semuah bersorak riuh.


Semua dibagi kedalam ruangan lomba nya masing masing, saat aku memasuki ruangan, aku sangat gugup bukan main keringat dingin mulai bercucuran dan semua yang ku hafal menguap semua berhamburan kemana mana. Apalagi saat aku melihat penampilan orang lain yang sangat memukau.


"Gimana Wid, I can't do it nervous banget." Bisikku pada temanku.


"No, you can do it jangan liat yang lain fokus sama diri kamu." Teman ku menyemangati ku yang terlihat gugup.


Akhirnya, giliranku. "Hello my name is Anjali from 1 Padalarang Senior High School. Today i will read some poem that the title is ... "


Semua orang bertepuk tangan saat aku sudah selesai. Para juri memberikan komentarnya. Ahh aku sangat lega sekali sudah menampilkan yang terbaik.


Saatnya pengumuman pemenang, tak kalah gugup untuk mendengarkannya. Aku tak berharap apa apa, seperti kata pembimbingku bahwa ini akan menjadi pengalaman untukku.


"Juara 2... Anjali dari SMAN 1 Padalarang." Ucap pembawa acara.


Semua pandangan tertuju padaku, pembimbingku, kakak kelasku dan teman temanku semua menyorakan bertepuk tangan dengan gembira. Hah? Hal yang tidak disangka sangka terjadi lagi padaku. Aku tidak percaya ini akan menjadi hadiah ulang tahun yang membanggakan untuk ibuku.


Setelah peristiwa peristiwa itu terlewati, aku memikirkan suatu hal. Apa yang aku sukai? Sepertinya aku menyukai hal ini, karna aku cukup memahami orang yang berbicara dalam bahasa inggris. mungkin karena sedari kecil aku dan ayahku memiliki hobi yang sama yaitu menonton film hollywood, box ofice, disney, dan film barat lainnya jadi aku sudah terbiasa mendengar mereka berbicara bahasa inggris. Aku juga suka menyanyikan lagu barat dan menerjemahkannya ke dalam bahasa indonesia agar dapat memahami apa yang aku nyanyikan. Itu alasan aku mengikuti ekstrakulikuler English Speaking Community (ESC) ini.


Tahun ketiga di SMA...


Setelah wabah covid melanda Indonesia, aku jadi lebih banyak kegiatan dirumah. Seperti biasanya, selepas magrib aku mengajari adikku mengaji iqra dan aku senang akan hal itu karna aku menyukai anak anak.


Aku mulai berfikir lagi Apa keinginanku di masa mendatang? Ini adalah masa yang penting dimana aku menentukan akan seperti apa masa depanku. Aku harus menggabungkan apa yang aku senangi dan kemauanku. "Jadi guru bahasa inggris" tiba tiba hal itu terlintas dibenakku. Anak anak dan bahasa inggris adalah dua hal yang aku sukai. Yap, sekarang aku mengetahui tujuanku dan ini menyenangkan dapat mengetahui apa minat dan bakatku dan fokus untuk meraihnya. Ternyata aku salah, menjadi biasa saja pun seharusnya bukan menjadi orang yang hilang arah.


Malam itu ibu menghampiriku dikamar "Li, gimana kalau abis sekolah langsung kerja aja, biar bisa bantu mamah kaya teteh."


Aku hanya tersenyum menanggapi itu. Kenapa setelah aku mengetahui tujuanku dan berusaha mencapainya semesta seakan tidak berpihak kepadaku. Aku tahu alasannya adalah keadaan ekonomi keluargaku sedang terpuruk karena wabah ini, mereka tak punya cukup biaya untuk menyekolahkan ku di perguruan tinggi.


Aku tidak mungkin menyerah begitu saja, aku akan belajar dengan sungguh sungguh dan mencari cara untuk kuliah dengan mencari beasiswa.


Akhirnya pengumuman SBMPTN pun dibuka dan ternyata hasilnya ...

Nama : Anjali Nurizki Putri

Kelas : XII Mipa 4

SMAN 1 Padalarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun