Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Protes Besar-besaran Muncul di Pelabuhan Gwadar yang Dikuasai China

17 Agustus 2024   18:17 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Balochistan melakukan protes terhadap pemerintah Pakistan di pelabuhan Gwadar. | Sumber: BYC Facebook

"Terakhir, kami tegaskan kepada negara dan seluruh lembaganya untuk segera membebaskan seluruh rekan yang ditangkap termasuk pimpinan kami tanpa ragu-ragu, memulihkan jaringan internet dan seluler di seluruh Makran termasuk Gwadar dan di seluruh wilayah Balochistan. Singkirkan sepenuhnya hambatan di depan semua konvoi kami yang dihentikan di bawah todongan senjata secara paksa," lapor Al Arabiya mengutip pernyataan BYC.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh BYC lebih lanjut menyebutkan bahwa "Jika negara dan lembaga-lembaganya masih tidak mengubah perilaku teroris dan represif mereka, maka kami akan menutup seluruh Balochistan termasuk ibu kota Quetta untuk waktu yang tidak terbatas dan jika terjadi insiden yang tidak diinginkan selama periode ini, maka semua tanggung jawab akan berada di tangan negara dan akan dibebankan pada lembaga-lembaganya."

Mahrang Baloch, pemimpin BYC, mengatakan kepada DW bahwa mereka mengorganisir "gerakan melawan genosida Baloch", dan menuduh pihak berwenang Pakistan melakukan ribuan penghilangan paksa dan pembunuhan di luar proses hukum.

"China atau negara lain mana pun yang berinvestasi di Balochistan terlibat langsung dalam genosida di Baloch. Penghilangan paksa dan pemindahan paksa di wilayah pesisir Makran sangatlah besar. Mereka menjarah sumber daya kami tanpa memberi keuntungan bagi Baloch setempat," lapor DW mengutip perkataan Mahrang.

Menurut jurnalis terkemuka Pakistan Hamid Mir sebelumnya telah menyampaikan keprihatinannya, sambil memperingatkan bahwa penangkapan para pemimpin dan pengunjuk rasa Baloch tidak akan membuahkan hasil yang positif.

Dalam postingan di X, Hamid Mir berkata, "Sammi dan Sabiha selalu bersuara menentang penghilangan paksa. Sekarang mereka hilang. Polisi mengatakan mereka adalah anggota FC [Frontier Corps] dan FC tidak mengakui penangkapan mereka."

"Hilangnya ayah mereka tidak pernah membuahkan hasil positif dan hilangnya perempuan-perempuan ini akan semakin merugikan negara," kata jurnalis tersebut.

Sebelumnya, BYC mendesak PBB dan organisasi hak asasi manusia internasional untuk memperhatikan penangkapan para pengunjuk rasa damai yang dilakukan pasukan Pakistan.

Kemarahan tersebut memicu sentimen separatis, dengan Balochistan menyaksikan setidaknya lima gerakan pemberontakan sejak pembentukan Pakistan pada tahun 1947, menurut laporan.

Gelombang pemberontakan terbaru dimulai pada awal tahun 2000-an untuk menuntut bagian yang lebih besar dari sumber daya provinsi dan bahkan menyerukan kemerdekaan penuh, lapor situs berita Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan Pakistan sejak itu telah melancarkan tindakan keras terhadap pemberontakan tersebut, yang menewaskan ribuan orang dalam dua dekade terakhir.

Kota pelabuhan Gwadar, karena keunggulan ekonominya, telah menjadi sarang kekerasan oleh kelompok bersenjata dan separatis, yang terakhir terjadi pada Maret 2024, ketika delapan pria mencoba memasuki kompleks Otoritas Pelabuhan Gwadar (GPA) sebelum mereka ditembak mati oleh petugas keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun