Oleh Veeramalla Anjaiah
Pakistan, salah satu negara pengirim tenaga kerja terbesar di Asia Selatan, menghadapi permasalahan migrasi ilegal yang semakin meningkat, yang diperburuk oleh tantangan ekonomi dan meningkatnya biaya produksi.
Pada bulan Juni 2023, bencana kapal di Laut Mediterania menyoroti bahaya yang dihadapi para migran ilegal, terutama pencari suaka asal Pakistan. Sebuah kapal yang membawa lebih dari 750 migran tenggelam di lepas pantai Yunani, mengakibatkan salah satu bencana pelayaran paling mematikan di Eropa. Di antara para korban terdapat lebih dari 300 warga negara Pakistan, lapor kantor berita The Khaama Press baru-baru ini.
Menurut surat kabar Greek City Times, Badan Investigasi Federal Pakistan (FIA) mengumumkan rencana untuk membentuk tim di kota-kota besar untuk memerangi perdagangan manusia. Meskipun ada upaya-upaya ini, migrasi ilegal masih terus terjadi. Dua kapal tenggelam di lepas pantai Italia setahun kemudian, mengakibatkan kematian 12 penumpang, termasuk imigran Pakistan.
Menurut laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO), per Desember 2019, lebih dari 11 juta warga Pakistan mencari pekerjaan di luar negeri melalui jalur resmi, namun jumlah pasti migran ilegal masih belum jelas.
Migrasi ilegal telah meningkat secara global dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, dipicu oleh perang yang sedang berlangsung, krisis kemanusiaan dan peristiwa terkait perubahan iklim, sebagaimana dicatat oleh surat kabar The Express Tribune. Interaksi yang kompleks dari faktor-faktor ini, serta jaringan perdagangan manusia yang tersebar lintas negara, menimbulkan tantangan yang signifikan bagi pihak berwenang.
Migrasi di Pakistan, menurut Komisi Eropa (EC), sangat terkait dengan sejarah dan perkembangan negara tersebut. Mobilitas masyarakat internal dan eksternal, yang didorong oleh budaya migrasi, telah secara signifikan mengubah susunan budaya populasi global Pakistan.
Yunani merupakan persimpangan penting bagi migrasi tidak teratur dari Pakistan ke Eropa, seperti yang disoroti oleh makalah penelitian Komisi Eropa. Badan Kerja Sama Peradilan Pidana Uni Eropa (Eurojust) yang berbasis di Den Haag melaporkan pada bulan April bahwa pihak berwenang di Rumania, Italia dan Austria membongkar jaringan kriminal yang menyelundupkan lebih dari 500 migran Pakistan, Bangladesh dan Mesir ke berbagai Negara Anggota Uni Eropa (UE). Jaringan yang aktif sejak bulan Januari 2021 ini menghasilkan setidaknya 1 juta melalui aktivitas ilegal.
Memburuknya situasi ekonomi di Pakistan telah mempercepat migrasi baik legal maupun ilegal, seperti yang dibahas dalam sebuah opini di The Express Tribune. Polarisasi politik dan krisis sosial sejak tahun 2021 telah membuat banyak generasi muda kecewa terhadap masa depan mereka, sehingga mendorong mereka untuk mencari peluang di luar negeri.
Permasalahan sosial yang sudah berlangsung lama, termasuk tingginya angka buta huruf, kurangnya kesejahteraan sosial dan terbatasnya kesempatan kerja, berkontribusi pada meningkatnya migrasi. Pandemi COVID-19 dan bencana banjir besar di tahun 2022 semakin memperburuk kesengsaraan sosial ekonomi negara tersebut serta meningkatkan kecemasan di kalangan populasi kelas pekerja.