Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Awak PIA Menghilang di Kanada? Privatisasi PIA akan Dilakukan pada Bulan Agustus

6 Juli 2024   09:52 Diperbarui: 6 Juli 2024   10:08 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhail Mukhtar, seorang anggota serikat pekerja, mengatakan kepada DW dua contoh PIA yang mengamankan pesawat dari Sri Lanka dengan harga selangit.

Ia mengatakan bahwa ketika sebuah maskapai penerbangan swasta menyewa pesawat seharga $4.500 per jam, PIA mendapatkannya dengan harga $7.500 per jam.

"Kami mendapatkan dua pesawat dengan kecepatan seperti ini dan menimbulkan kerugian sekitar 17 hingga 18 miliar rupee akibat hal ini," tutur Mukhtar kepada DW.

Mukhtar menambahkan, PIA juga membeli mesin yang sangat mahal, yang akhirnya juga menimbulkan kerusakan.

Melibatkan kontraktor eksternal untuk menangani katering dan pemeliharaan mengakibatkan kerugian besar bagi PIA.

Menurut seorang pensiunan pegawai PIA, gaji eksekutif yang besar, kronisme dan tidak dibayarnya iuran kepada PIA oleh departemen pemerintah lainnya juga menambah kesengsaraan keuangan maskapai tersebut.

Qais Aslam, seorang pakar yang berbasis di Lahore, mengatakan pemilik maskapai penerbangan swasta yang memiliki koneksi politik "yang bermaksud untuk meluncurkan maskapai penerbangan mereka sendiri" diangkat menjadi eksekutif di PIA.

"Akibatnya, PIA menolak dan maskapai penerbangan mereka sendiri kini profitable," kata Aslam kepada DW.

Karena privatisasi PIA milik negara bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memenuhi target fiskal, maka harus ada transparansi dalam prosesnya.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun