Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Petani Pakistan Berada dalam Kesulitan Besar Akibat Meningkatnya Biaya Produksi dan Impor Pangan

2 Juli 2024   16:20 Diperbarui: 2 Juli 2024   16:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Veeramalla Anjaiah

Para petani di Pakistan sedang menghadapi kesulitan keuangan karena meningkatnya biaya produksi dan berkurangnya hasil panen mereka. Yang turut menyebabkan kesengsaraan mereka adalah kebijakan pemerintah Pakistan mengenai impor pangan, kurangnya pasokan bahan pangan dan dampak buruk perubahan iklim, lapor kantor berita The Kheema.

Alam juga tidak bersahabat dengan para petani. Hujan yang terlalu dini akan merusak hasil panen. Kenaikan harga produk minyak bumi, listrik, tenaga kerja dan mesin pertanian yang belum pernah terjadi sebelumnya juga memberikan dampak buruk bagi para petani.

"Biaya produksi telah meningkat 100 hingga 150 persen dalam 12 hingga 18 bulan terakhir," lapor The Kheema melaporkan mengutip Dewan Sindh Abadghar (SAB), sebuah organisasi pertanian.

Menurut surat kabar Dawn, tahun lalu para buruh mengenakan biaya sebesar Rs 1.000 di Pakistan untuk satu hari, namun sekarang upah harian mereka telah meningkat menjadi Rs 1.500, katanya, seraya menambahkan bahwa 'sekaleng oli mesin' untuk traktor yang tersedia di pasar hingga harga Rs 4.500 pada musim sebelumnya juga meroket menjadi Rs 5.500. Selain itu, filter oli baru harganya Rs 950, bukan Rs 150 di tahun lalu.

Raja Zainul Abideen, seorang petani Pakistan, mengatakan kepada Dawn bahwa para petani kecil sangat terpukul akibat meningkatnya biaya pertanian. Ia mengatakan bahwa pemilik lahan kecil tidak mampu membeli pupuk urea, DAP, atau mengolah tanahnya lima kali agar lahannya layak untuk disemai akibat inflasi.

Tahun lalu di bulan Mei, tingkat inflasi di Pakistan berada pada angka 38 persen.

Karena kenaikan biaya bahan bakar dan sewa traktor, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan lahan mereka dengan baik, sehingga berdampak buruk pada hasil panen.

Harga urea pun ikut meroket. Misalnya, satu karung pupuk DAP seberat 50 kg berharga Rs 7.000 pada tahun 2022 sementara pada tahun 2023 menjadi Rs 15.000-16.000.

Menurut Pakistan Kissan Ittehad (PKI), sebuah serikat petani, biaya produksi meningkat dua kali lipat dalam satu tahun sementara harga tanaman utama seperti gandum, jagung dan kapas turun rata-rata 25 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun