Oleh Veeramalla Anjaiah
Sehubungan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan untuk meningkatkan perilaku ramah lingkungan, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Indonesia menyelenggarakan diskusi publik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada hari Jumat (14 Juni 2024).
Di tanggal 5 Juni setiap tahunnya, kita merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Ditegakkan oleh PBB pada tahun 1972, Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah acara lingkungan hidup internasional terbesar dengan jutaan orang yang turut berpartisipasi di seluruh dunia. Hari spesial ini telah berkembang menjadi platform global terkemuka untuk mempromosikan kesadaran lingkungan.
Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius terkait tingkat konsumsi plastik yang sangat tinggi. Tingginya tingkat konsumsi plastik di Indonesia, ditambah dengan masih kurangnya perilaku ramah lingkungan yang akan menyebabkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, kata CSEAS dalam siaran persnya.
Diskusi publik yang bertajuk "Behavioural Economics: Using 'Nudge' for Promoting Pro-environmental Behaviours" Â ini diprakarsai oleh CSEAS. Diskusi ini sebenarnya merupakan bagian dari Proyek Kerjasama ASEAN-Norwegia mengenai Pembangunan Kapasitas Regional untuk Mengurangi Polusi Plastik (ASEANO) Tahap 2, yang telah bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN.
Dalam menghadapi permasalahan plastik, diperlukan pendekatan khusus "Nudge" untuk mendorong perubahan perilaku individu tanpa adanya pembatasan terhadap kebebasannya.
"Di Indonesia, populasi konsumen kelas menengah memiliki daya beli yang relatif tinggi, menurut data sensus tahun 2020, mencapai sekitar 36,6 persen dari total penduduk Indonesia yang berusia 15-34 tahun, yang diprediksi akan terus meningkat. Perilaku yang lebih bertanggung jawab dari setiap individu merupakan salah satu solusi yang diperlukan untuk mencapai konsumsi berkelanjutan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang, baik saat ini maupun di masa depan," ujar Direktur Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Dra. Jo Kumala Dewi dalam pidato pembukaannya.
Dorongan adalah yang paling relevan untuk perubahan perilaku.
"Teori dorongan [nudge] masih sangat relevan sebagai alat untuk perubahan perilaku. Mengintegrasikan teori dorongan ke dalam inisiatif keberlanjutan untuk mempromosikan pilihan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, tetapi juga melibatkan generasi muda untuk menjadi agen perubahan yang proaktif dalam membangun masa depan yang berkelanjutan," ujar Wakil Dekan Bidang Akademik FEB UIN Syarif Hidayatullah Zuhairan Yunmi Yunan, Ph.D.
Bagaimana cara untuk mengadopsi konsep "Nudge" dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?