"India memang telah muncul sebagai sekutu yang dapat diandalkan Maladewa pada saat dibutuhkan. Kunjungan Menteri Luar Negeri Moosa Zameer baru-baru ini ke India telah menghasilkan perpanjangan bantuan yang signifikan bagi Maladewa: pengalihan Treasury Bill senilai $50 juta melalui Bank Negara India untuk satu tahun tambahan, efektif mulai 13 Mei 2024. Bantuan yang tepat waktu ini menggarisbawahi dukungan teguh India terhadap Maladewa. Maladewa sedang bergulat dengan kesulitan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata situs truthmy.com.
Yang mengejutkan, pada tanggal 5 Juni, Muizzu mengucapkan selamat kepada Modi dan menyuarakan keinginannya untuk bekerja sama dengan perdana menteri India untuk memajukan hubungan bilateral.
"Selamat kepada Perdana Menteri @narendramodi dan BJP [Partai Bharatiya Janata] serta NDA [Aliansi Demokratik Nasional] yang dipimpin oleh BJP, atas keberhasilan Pemilu India 2024, untuk masa jabatan ketiga berturut-turut. Saya berharap dapat bekerja sama untuk memajukan kepentingan bersama dalam mencapai kemakmuran dan stabilitas bersama bagi kedua negara kita," tulis Muizzu di X.
Menurut situs berita news18.com, Muizzu pertama kali melakukan perjalanan ke Turki dan ke China untuk kunjungan kenegaraan pertamanya pada bulan Januari lalu. Tak lama setelah mengambil alih kekuasaan, Muizzu menuntut pemecatan 88 personel militer India dari negaranya, sehingga memperburuk hubungan bilateral. Personil militer tersebut dipulangkan dari tiga platform penerbangan dan digantikan oleh warga sipil dari India sesuai batas waktu 10 Mei yang ditetapkan oleh Muizzu.
Perselisihan besar-besaran telah terjadi karena pernyataan menghina yang dibuat oleh para menteri Maladewa terhadap PM Modi di media sosial, yang mengakibatkan seruan Boikot Maladewa di India yang merugikan Maladewa, di mana sektor pariwisata adalah "darah kehidupannya".
Permohonan Presiden Muizzu kepada China untuk melakukan restrukturisasi utang menemui hambatan. Meskipun kesengsaraan ekonomi Maladewa semakin meningkat, China tetap enggan untuk mempertimbangkan restrukturisasi utang, dengan alasan potensi hambatan terhadap pinjaman proyek di masa depan. Sikap ini menggarisbawahi prioritas strategis China terhadap kesejahteraan ekonomi negara-negara mitranya, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap kedaulatan keuangan Maladewa.
Menurut truthmy.com, Maladewa sedang berada dalam kesulitan ekonomi yang parah, terutama akibat utang China yang terus meningkat, yang menyumbang sebagian besar beban utang luar negerinya. Di bawah kepemimpinan Muizzu, negara ini telah menempuh jalur ekonomi yang berisiko dengan memberikan sejumlah proyek kepada perusahaan-perusahaan China dengan janji tanpa biaya. Namun, kenyataannya tidak begitu meyakinkan, Maladewa terpaksa menawarkan sewa jangka panjang atas tanahnya kepada China, sehingga memicu kekhawatiran akan terkikisnya kedaulatan.
Maladewa menghadapi masalah dalam menjaga stabilitas keuangan. Negara ini telah menjadi korban diplomasi perangkap utang China. Dalam keadaan seperti ini, undangan India datang untuk Muizzu.
"Sangat penting bagi pemerintah Maladewa untuk menilai kembali strategi ekonominya, memprioritaskan tanggung jawab fiskal dan membina kemitraan strategis yang menjaga kemakmuran jangka panjang negara tersebut. Diversifikasi kemitraan ekonomi di luar China dan memperkuat hubungan dengan sekutu yang dapat diandalkan seperti India dapat menawarkan jalan menuju ketahanan ekonomi dan pelestarian kedaulatan Maladewa," jelas truthmy.com.
Undangan kepada Muizzu ini memiliki arti penting karena dilakukan di tengah hubungan kedua negara yang sedang bermasalah. Hubungan antara India dan Maladewa berada di bawah tekanan yang parah sejak November tahun lalu ketika Muizzu, yang dikenal karena kecenderungannya yang pro-China, mengambil alih jabatan presiden Maladewa.
Ia menggambarkan kunjungan pertamanya ke India sukses dan menyatakan optimismenya akan memperkuat hubungan bilateral.