Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perang Gaza saat Ini Memperlihatkan Standar Ganda Pakistan terhadap Masalah Palestina

2 Mei 2024   19:56 Diperbarui: 2 Mei 2024   19:57 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkinkah ini hasil introspeksi yang cermat dari pihak Pakistan? Di Pakistan, di mana protes anti-Barat merupakan hal yang rutin, protes terhadap Israel belum terlihat. Belum ada pengumuman mengenai unjuk rasa 'Matilah Israel', yang biasa terjadi di masa lalu. Namun demikian, reaksi terukur terhadap kekejaman di Gaza membuat orang berspekulasi tentang kemungkinan Islamabad suatu hari nanti menormalisasi hubungan dengan Israel," tulis Nadia Abdel, seorang jurnalis, baru-baru ini di Al Arabiya Post.

Zia-ul-Haq (kanan) dengan tentara Pakistan & Yordania di September Hitam 1970, dimana 25,000 orang Palestina terbunuh. | Sumber: sanskritimagazine.com
Zia-ul-Haq (kanan) dengan tentara Pakistan & Yordania di September Hitam 1970, dimana 25,000 orang Palestina terbunuh. | Sumber: sanskritimagazine.com

Di masa lalu, Pakistan melakukan hal yang mengejutkan. Brigadir Zia-ul-Haq dari Pakistan berpartisipasi dalam operasi "September Hitam" yang terkenal bersama dengan pasukan Yordania, saat mereka membantai 25.000 warga Palestina. Kemudian sebagai Presiden, Zia mengarahkan Inter Services Intelligence (ISI) untuk menjalin kontak dengan Mossad Israel, dan di bawah naungan serta kedok intrik yang memfasilitasi perang mujahidin Afghanistan melawan Soviet pada tahun 1980an.

"Islamabad telah memilih kebijakan ganda saat menghadapi Israel. Di masyarakat jelas ada kebencian terhadap hal itu. Pakistan biasanya tidak berbicara secara resmi mengenai kontak atau hubungan apa pun dengan negara Yahudi. Secara publik dan resmi, masyarakat Pakistan terus membicarakan perjuangan Palestina. Namun, Islamabad sadar bahwa keterikatan resminya pada religiusitas juga sudah mulai ketinggalan jaman karena banyak negara Arab telah mulai menormalisasi hubungan dengan Israel. Kini persoalan pengakuan Israel bukanlah hal yang tabu di masyarakat Pakistan," ujar Nadia.

Dalam "Beyond the Veil, Maret 2000", Profesor Kumaraswamy, dalam penelitian di bawah bimbingan Jaffee Center for Strategic Studies, mengatakan bahwa Pakistan dan Israel memiliki kesepahaman mengenai masalah keamanan penting, termasuk masalah nuklir. Selama jihad Afghanistan, Pakistan dan Israel berada di pihak yang sama, Israel membantu Pakistan di PBB untuk mendapatkan suara bagi resolusi Afghanistan dan dalam beberapa kesempatan Israel memberikan senjata kepada mujahidin melalui pihak ketiga.

Namun perdebatan terbuka mengenai isu pengakuan ini dimulai dengan pernyataan mantan penguasa Pakistan Pervez Musharraf yang mendesak bangsanya untuk mempertimbangkan pengakuan Israel.

Pada bulan Mei 2022, Presiden Israel saat itu Isaac Herzog mengonfirmasi pertemuan dengan delegasi Pakistan tetapi tidak mengungkapkan identitas anggota delegasi tersebut. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa pertemuan dengan delegasi Pakistan "sangat disambut baik" dan ia pun terkejut karena belum pernah ada delegasi Pakistan yang mengunjungi Israel sebelumnya.

Uni Emirat Arab dan Bahrain menormalisasi hubungan mereka dengan Israel pada September 2020 dengan menandatangani Perjanjian Damai Abraham di Washington. Tekanan meningkat terhadap Pakistan dari sekutu dekatnya di kawasan Teluk untuk mengakui Israel. Pakistan, yang memiliki hubungan kerja sama multifaset dengan semua negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), kini menghadapi dilema, karena Pakistan sudah lama mempunyai posisi dalam isu Palestina dalam memandang kebijakannya terhadap Israel.

Menurut situs Voice of America, sebuah perdebatan kadang-kadang muncul di saluran televisi arus utama nasional Pakistan, surat kabar dan platform media sosial mengenai apakah negara Asia Selatan tersebut harus mempertimbangkan kembali pendiriannya terhadap Israel. Kedua negara telah mengadakan pertemuan rahasia mengenai isu-isu terkait keamanan sejak menteri luar negeri mereka bertemu secara terbuka di tahun 2005.

Dalam berita yang mengejutkan, saluran berita WION baru-baru ini melaporkan bahwa Pakistan memasok peluru 155 mm ke Israel, yang menggunakannya untuk melawan Hamas.

"Sebuah akun di X, sebelumnya Twitter, mengutip data pelacak penerbangan yang mengklaim bahwa sebuah pesawat Angkatan Udara Inggris terbang dari Bahrain ke pangkalan Nur Khan di Rawalpindi Pakistan, dan mencapai pangkalan sekutu di Siprus melalui Oman. Pangkalan Akrotiri Angkatan Udara Kerajaan Inggris di Siprus telah muncul sebagai pusat militer internasional untuk memasok amunisi ke Israel di tengah perang dengan Hamas," lapor WION.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun