Banyak ahli meragukan masa depan India setelah kemerdekaan, dan para pengamat Barat memperkirakan India akan mengalami fragmentasi dan kegagalan sebagai negara demokrasi. Mereka mencemooh gagasan mengadakan pemilu bagi jutaan orang yang buta huruf. Namun, di hadapan skeptisisme dan prediksi yang buruk, perjalanan India dari kemerdekaan menuju demokrasi yang berkembang merupakan bukti dari ketahanannya.
Ada sebuah kritik terhadap demokrasi India dari lembaga-lembaga Barat.
"India tidak lagi menonjol sebagai model demokrasi. Negara yang dulunya dikagumi karena komitmennya terhadap pluralisme, kini peringkat demokrasi globalnya merosot. Pada tahun 2020, negara ini turun dari peringkat 27 menjadi peringkat 53 dalam Indeks Demokrasi The Economist Intelligence Unit dan organisasi seperti Freedom House dan Varieties of Democracy Institute [V-Dem] mempertanyakan apakah negara ini masih bisa disebut demokrasi," tulis Shashi Tharoor, seorang politisi India, dalam sebuah artikel di surat kabar The Japan Times beberapa waktu lalu.
Meskipun kita mengakui bahwa demokrasi di India tidaklah sempurna, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat jalan damai yang ditempuh India untuk menjadi bangsa dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pemilu India yang akan datang menawarkan peluang besar bagi hampir 1 miliar orang untuk mengembalikan negara mereka menuju kemakmuran, pembangunan, demokrasi dan kejayaan.
***
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.