Pada pertengahan tahun 2023, Bank Negara Pakistan memperkirakan negara tersebut memiliki utang luar negeri $124,5 miliar.
Menurut surat kabar Economic Times, sejak tahun 2011, utang luar negeri Pakistan meningkat hampir dua kali lipat, sementara utang dalam negeri meningkat enam kali lipat.
Menurut jurnal Eurasia Review, pendapatan devisa tahunan Pakistan dari ekspor tidak cukup untuk membayar impor. Selama tahun 2022-2023, defisit transaksi berjalan Pakistan mencapai $30,5 miliar, tidak termasuk pengiriman uang. Sekitar 90 persen dari dana tersebut ditanggung oleh pengiriman uang dari para pekerja Pakistan yang bekerja di luar negeri, dan sisanya sebagian besar berasal dari pinjaman luar negeri baru.
"Masalah dalam negeri akan menghambat peningkatan pendapatan ekspor pada tahun 2024. Misalnya, tekstil adalah ekspor utama Pakistan, namun produsen tekstil telah menutup bengkel karena kenaikan harga listrik mengurangi kemampuan mereka memproduksi untuk ekspor pada tahun 2023. Tindakan keras Badan Investigasi Federal terhadap devisa ilegal pada tahun 2023 para pedagang menstabilkan nilai tukar resmi rupee-dolar AS, namun juga mencegah pekerja asing Pakistan memulangkan pendapatan mereka melalui jalur formal," tulis Pierre van der Eng, seorang profesor dari Australian National University, dalam Eurasia Review baru-baru ini.
"Dengan kecilnya kemungkinan pendapatan ekspor meningkat, penjadwalan ulang pembayaran utang luar negeri akan menjadi tugas mendesak bagi pemerintah Pakistan setelah pemilu Februari 2024. Pemerintah harus bernegosiasi dengan banyak pemangku kepentingan yang berbeda."
Pemerintah berhutang $37,1 miliar kepada lembaga multilateral, termasuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Pemerintah Pakistan berutang lagi sebesar $7,8 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
Pemberi pinjaman terbesar bagi Pakistan adalah China, yang telah memperkenalkan Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI).
Menurut AidData, sebuah laboratorium penelitian pembangunan internasional, utang kotor kumulatif Pakistan ke China selama tahun 2000--2021 adalah $67,2 miliar.
Pakistan akan terus hidup dengan uang pinjaman selama beberapa tahun.
"Intinya parpol kita secara keseluruhan sama. Mereka berlayar dengan perahu yang sama, dan perahu itu memiliki sistem navigasi yang gagal. Semua orang berbicara tentang betapa menyenangkannya perjalanan itu, dan betapa menyenangkannya menunggu para penumpang di tempat tujuan, namun tak seorang pun berbicara tentang sistem navigasi yang gagal, yang tanpanya tidak akan ada kesenangan dalam perjalanan, tidak ada tujuan yang direncanakan dan oleh karena itu, tidak menyenangkan di tempat tujuan," komentar Dawn.