Di antara wisatawan asal Bangladesh, sebagian besar kunjungannya ditujukan untuk wisata medis. Sekitar 54 persen dari seluruh pengunjung medis asing yang pergi ke India untuk berobat adalah warga Bangladesh. Arus masuk wisatawan medis dari Bangladesh telah melonjak sebesar 83 persen dalam tiga tahun terakhir sejak tahun 2018.
"Banyak pasien Bangladesh melakukan perjalanan ke India tidak hanya untuk mendapatkan prosedur yang rumit tetapi juga untuk tes patologi rutin dan memastikan diagnosis. Sejumlah besar wisatawan Bangladesh melakukan perjalanan ke India untuk mendiagnosis masalah kesehatan mereka yang merupakan prasyarat untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang tepat. Pasien sering menyebutkan bahwa meskipun beberapa teknologi medis tersedia di Bangladesh, mereka telah kehilangan kepercayaan terhadap dokter dan penggunaan teknologi tersebut," kata Bangladesh Live News.
"Rumah sakit swasta di India dengan dukungan pemerintah, menawarkan operasi invasif dan perawatan non-invasif yang kompleks dan canggih. Warga negara Bangladesh melakukan perjalanan ke India untuk berobat karena rendahnya biaya pengobatan dan pembedahan, tidak adanya masa tunggu, ketersediaan pengobatan dan keahlian medis, serta berbagai faktor lain seperti kedekatan sosial, budaya, bahasa, kepekaan agama, kondisi politik dan ekonomi."
Menurut surat kabar Daily Industry, sekitar 700.000 warga Bangladesh mencari pengobatan di luar negeri setiap tahun dan mereka menghabiskan sekitar AS$3,5 miliar untuk pengobatan di sana. Setiap pasien Bangladesh rata-rata menghabiskan $5.000 setiap tahun di negara-negara seperti India, Malaysia, Thailand dan Singapura.
Menurut Otoritas Pengembangan Investasi Bangladesh (BIDA), rata-rata pengobatan per orang di Bangladesh akan menelan biaya $54. Pada tahun 2023, ukuran sektor kesehatan Bangladesh adalah sekitar $1 miliar.
Bangladesh memiliki populasi 174,09 juta orang dan produk domestik brutonya sebesar $447,70 miliar.
Menurut Daily Industry, terdapat kurangnya kepercayaan terhadap sistem medis Bangladesh, kurangnya dokter profesional dan fasilitas yang memadai di rumah sakit.
"Sebagian besar pasien mencari pengobatan di luar negeri karena layanan khusus tidak dapat diakses secara merata di seluruh wilayah negaranya. Selain itu, pasien menghadapi tantangan seperti diagnosis yang tidak akurat, kurangnya layanan kesehatan khusus dan keluhan kelalaian dalam pengobatan," ujar Daily Industry.
Menurut studi yang dilakukan oleh Institut Ekonomi Kesehatan di Universitas Dhaka, sekitar 21 persen pasien yang mencari pengobatan di luar negeri menderita kanker, sementara 18 persen mencari pengobatan karena penyakit jantung. Alasan lainnya termasuk komplikasi reproduksi, perawatan ortopedi, gastroenterologi, perawatan hati, ginjal, mata, telinga dan neurologis.
Beberapa waktu lalu, ada makalah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Frontiers yang berbasis di Swiss tentang pasien Bangladesh di rumah sakit India. Menurut jurnal tersebut, rumah sakit di India menerima sekitar 450.000 pasien Bangladesh setiap tahunnya. Makalah ini mengutip faktor-faktor seperti peningkatan biaya pengobatan, prosedur yang panjang, dan kurangnya akses terhadap pengobatan sebagai alasan di balik pasien mencari perawatan medis di luar negeri.