Namun Afghanistan membantah klaim Pakistan.
Perselisihan antara Pakistan dan Taliban tidak diragukan lagi menjadi alasan bagi langkah tegas Pakistan yang mendukung pemulangan kembali rakyat Afghanistan. Ada beberapa pertempuran lintas batas di sepanjang Jalur Durand antara personel militer Pakistan dan Afghanistan.
Selain itu, tuduhan Pakistan bahwa pemerintah Taliban menyediakan tempat berlindung yang aman bagi teroris ilegal Pakistan tidak meredakan ketegangan. Taliban telah membantah klaim ini dan mencoba untuk menengahi penyelesaian damai antara Tehreek-i-Taliban di Pakistan (TTP) dan Pakistan.
Perdana Menteri sementara Afghanistan Mullah Mohammad Hassan Akhund baru-baru ini mengatakan bahwa keputusan Pakistan untuk mengusir para pengungsi telah melanggar hukum internasional.
"Anda [Pakistan] adalah tetangga, Anda harus memikirkan masa depan," tutur Akhund kepada Al Jazeera.
Wakil Akhund, Sher Mohammad Abbas Stanikzai, memberikan tanggapan yang lebih pedas dan memperingatkan Islamabad untuk "tidak memaksa mereka bereaksi atas tindakan tersebut".
"Kami berharap pasukan keamanan dan pemerintah sipil Pakistan mengubah perilaku mereka. Reaksi warga Afghanistan secara historis diketahui seluruh dunia. Seringkali mereka tidak menunjukkan reaksi apa pun, tetapi jika mereka menunjukkannya, maka mereka akan tercatat dalam sejarah," ungkap Stanikzai kepada Al Jazeera dan jurnalis lain di Kabul beberapa waktu lalu.
Sementara itu, para analis percaya bahwa Pakistan tidak mampu untuk mengendalikan serangan TTP dan malah memutuskan untuk mengusir warga Afghanistan sebagai respons "frustasi" yang bertujuan untuk memaksa Kabul bertindak melawan kelompok bersenjata tersebut.
"Negosiasi Pakistan dengan Taliban Afghanistan telah berulang kali gagal dan rasa frustrasi ini sudah terjadi selama dua tahun. Sekarang, karena mereka tidak punya pengaruh terhadap Taliban Afghanistan, mereka menggunakan pengusiran pengungsi sebagai taktik tekanan," papar Abdul Basit, peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, kepada Al Jazeera.
Basit mengatakan tindakan mendeportasi pengungsi Afghanistan "salah secara etis dan moral" dan merupakan xenofobia.