Oleh Veeramalla Anjaiah
Jumlah yang mencengangkan sebesar AS$23 miliar per tahun terkuras keluar dari Pakistan akibat pasar gelap dan penyelundupan, lapor surat kabar The Express Tribune.
Menurut laporan ACE Money Transfer, sebuah perusahaan yang berbasis di Inggris, operasi rahasia, yang mencakup perdagangan mata uang di pasar gelap, penyelundupan minyak, penyelundupan emas dan pengendalian impor, berdampak buruk pada stabilitas ekonomi Pakistan.
Hal ini menyebabkan distorsi nilai tukar mata uang, sehingga menyebabkan devaluasi mata uang, yang pada gilirannya dapat memicu inflasi karena harga barang impor menjadi lebih mahal. Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut melemahkan efektivitas kebijakan moneter dan mengikis kepercayaan terhadap sistem keuangan.
"Hal ini tidak hanya menyebabkan hilangnya pendapatan pemerintah tetapi juga memicu ekonomi bayangan, sehingga lebih sulit untuk melacak dan mengatur kegiatan ekonomi," jelas laporan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pakistan mengalami fluktuasi nilai tukar mata uang yang signifikan, sehingga semakin memperparah tantangan perekonomiannya. Tindakan keras terhadap aktivitas terlarang ini telah menstabilkan suku bunga antar bank di Rs 282,62 per dolar. Para ahli menekankan bahwa komitmen teguh untuk memberantas penyelundupan di sektor-sektor utama sangat penting bagi pemulihan ekonomi Pakistan.
"Bagian terpenting adalah tata kelola, jika tata kelola ditingkatkan, hal ini akan mengarah pada perbaikan lingkungan keuangan dan ekonomi secara keseluruhan serta membawa stabilitas pada pasar keuangan kita serta membantu pertumbuhan ekonomi dan keuangan negara," kata Chief Executive Officer grup perusahaan ACE Rashid Ashraf kepada The Express Tribune.
Ashraf menekankan perlunya teknik dan teknologi pengawasan canggih untuk mengamankan perbatasan fisik serta titik persimpangan Pakistan.
"Kami memiliki perbatasan yang panjang dengan Iran dan Afghanistan serta perbatasan laut dengan negara-negara Teluk. Penyelundupan dolar fisik dan minyak harus dikendalikan secara efektif untuk mencegah keluarnya mata uang asing," tutur Ashraf kepada The Express Tribune.
Menurut surat kabar Daily Times, Bank Negara Pakistan melaporkan bahwa cadangan devisa negara secara keseluruhan berjumlah $13.079,1 juta. Tingkat cadangan devisa Pakistan telah mengalami tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir akibat sejumlah faktor yang berkontribusi seperti defisit fiskal, ketidakseimbangan perdagangan, belanja pemerintah yang tidak tepat, berkurangnya pengiriman uang dari warga negara Pakistan di luar negeri, peningkatan kewajiban utang dan inefisiensi dalam organisasi sektor publik.
Meskipun pembatasan impor pada awalnya diterapkan untuk menjaga devisa negara, namun terkadang pembatasan tersebut secara tidak sengaja meningkatkan pertumbuhan jaringan informal dan transaksi pasar gelap ilegal. Tidak hanya itu, kesenjangan antara nilai tukar antar bank dan pasar terbuka telah menciptakan peluang arbitrase, yang menarik ekspatriat Pakistan untuk menggunakan jalur pengiriman uang tidak resmi, sehingga meningkatkan tekanan pada posisi cadangan devisa negara tersebut.
"Meskipun terdapat kerangka kerja untuk mengatasi tantangan terkait penipisan cadangan devisa, inti dari solusi ini berakar pada penegakan efektif dan realisasi kebijakan serta undang-undang yang ada, yang terhambat oleh berbagai masalah mendasar yang dihadapi oleh negara ini," papar Ashraf kepada Daily Times.
"Uang gelap yang masuk ke Pakistan melalui jalur ilegal, kini telah menangkap sejumlah besar pengiriman uang yang sebenarnya bisa masuk ke negara itu melalui jalur yang sah. Tingginya permintaan uang gelap di negara ini, yang didorong oleh motif-motif seperti penghindaran pajak, korupsi dan kegiatan ilegal, terus mendorong aliran dana terlarang melalui saluran-saluran tidak resmi ini."
Menurut laporan ACE Money Transfer, Pakistan mengalami kerugian sekitar $150 juta per bulan karena penyelundupan dolar, yang mencapai puncaknya pada angka tahunan yang mengkhawatirkan yaitu sekitar $2 miliar per tahun.
Demikian pula, laporan tersebut menyatakan bahwa minyak selundupan dari Iran kini menguasai pangsa pasar yang signifikan, diperkirakan mencapai lebih dari 30 persen pasar diesel Pakistan. Sekitar 10 juta liter solar dan 2 juta liter bensin diselundupkan setiap harinya ke Pakistan dari Iran. Penyelundupan solar ini akhirnya merugikan pemerintah lebih dari $1 miliar setiap tahunnya.
Penyelundupan emas menimbulkan tantangan lain. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa, dari nilai pasar emas yang signifikan sebesar Rs 2,2 triliun ($7,1 miliar), hanya 1,32 persen atau Rs 29 miliar yang secara resmi diumumkan kepada otoritas pajak. Laporan yang dilaporkan ini disebabkan oleh penyelundupan tahunan sekitar 80 ton emas ke dalam negeri dari total konsumsi tahunan sebesar 160 ton. Dengan regularisasi, pasar ini dapat menyumbang minimal $500 juta per tahun terhadap pendapatan pemerintah.
Ashraf juga menyoroti masalah penting lainnya dimana pembayaran impor ke Pakistan dilakukan dari Uni Emirat Arab (UEA). Perusahaan yang berbasis di UEA memfasilitasi pembayaran dari UEA ke negara lain, seperti China, atas nama perusahaan dan importir Pakistan. Ia menyoroti perlunya pemerintah Pakistan dan Bank Negara Pakistan untuk berkolaborasi dengan mitra mereka di UEA demi mengendalikan praktik ini. Ashraf menjelaskan, jika pembayaran ini dilakukan di dalam wilayah Pakistan, maka akan berkontribusi terhadap cadangan devisa negara.
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H