"Konektivitas ini memiliki potensi besar untuk mewujudkan tujuan ekonomi Nepal sekaligus menjadi jembatan yang dinamis antara dua perekonomian terbesar di Asia dan juga antara China dan Asia Selatan. Sebuah MoU telah ditandatangani antara China dan Nepal, yang memperkuat komitmen bersama terhadap BRI. Kami sepenuhnya siap untuk mengambil manfaat maksimal dari kerangka kerja sama ini," kutip Global Times dari perkataan Prachanda.
Hubungan antara Nepal dengan China sudah terjalin lama dan kuat. Hubungan Nepal-China selalu bersahabat dan ramah. Kedua negara meresmikan hubungan mereka pada 1 Agustus 1955 dengan menjalin hubungan diplomatik. Hubungan kedua negara ditandai dengan persahabatan, pengertian, saling mendukung, kerja sama dan menghormati kepekaan satu sama lain. Kedua negara mempunyai keyakinan yang tiada henti pada cita-cita Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai. Nepal memiliki perbatasan sepanjang 1.414 kilometer dengan China.
Nepal berkomitmen kuat terhadap kebijakan Satu China dan juga berkomitmen untuk tidak membiarkan tanahnya digunakan untuk aktivitas apa pun yang bertentangan dengan China.
Nepal telah mengalami defisit perdagangan yang sangat besar dengan China selama beberapa tahun. Pada tahun 2020-2021, Nepal mengimpor barang senilai NPR 233,92 miliar dari China, namun pada periode yang sama negara tersebut hanya mengekspor barang senilai NPR 1 miliar. Defisit perdagangan negara tersebut dengan China mencapai NPR 232,90 miliar, yang merupakan 14 persen dari total defisit perdagangan negara tersebut.
Menurut situs orfonline.org, ketegangan antara kedua negara memuncak setelah Nepal meratifikasi bantuan hibah Amerika senilai AS$500 juta di bawah Millennium Challenge Corporation (MCC) pada 27 Februari 2022, yang bertentangan dengan keinginan pemerintah China.
Meningkatnya pencairan hubungan China-Nepal menjadi semakin jelas ketika Menteri Luar Negeri China Wang Yi, selama kunjungannya ke Nepal pada tanggal 25-27 Maret, memperingatkan Nepal tentang campur tangan eksternal yang mengancam kepentingan inti Nepal dan China. China ingin Nepal berdiri "netral" di antara dua tetangganya, India dan China, dan tidak diseret oleh AS dan India serta membentuk front anti-China.
"Dari sudut pandang geopolitik, kebijakan luar negeri Nepal secara tradisional berkaitan dengan India dan China. Namun, meningkatnya minat Amerika Serikat terhadap kawasan ini mungkin akan menempatkan negara di kawasan Himalaya tersebut dalam tarik-ulur tiga arah. Sejalan dengan prinsip non-blok, Nepal harus secara hati-hati mengarahkan kebijakan luar negerinya sedemikian rupa sehingga hubungannya dengan China tidak akan menyebabkan negara itu terlibat dalam persaingan negara-negara besar. Sebaliknya, Nepal dapat menggunakan posisi geostrategisnya untuk memperoleh manfaat ekonomi dari ketiga negara --- India, China dan Amerika Serikat," tulis Gourab Shumher Thapa, seorang ahli, di jurnal South Asian Voices.
Nepal harus bertindak seimbang dengan India, AS dan China.
"Untuk memastikan otonomi strategisnya, Nepal harus terlibat secara politik dan ekonomi dengan ketiga negara tersebut tanpa mencoba mengadu domba satu negara dengan negara lainnya. Meskipun kemudahan akses ke laut akan memungkinkan India untuk mempertahankan supremasi di sektor perdagangan Nepal, Kathmandu harus memperluas jangkauan diplomatiknya untuk menarik FDI [investasi asing langsung] dari luar wilayah terdekatnya untuk mengurangi ketergantungan berlebihan pada tetangganya di bagian selatan," papar Thapa.
Nepal harus menjelaskan kepada India, China dan AS bahwa mereka tidak akan menerima segala manuver atau tekanan geopolitik yang tidak semestinya. Peran tradisional India sebagai aktor politik dan ekonomi penting di Nepal tidak akan berubah.
Oleh Veeramalla Anjaiah
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.