Oleh Veeramalla Anjaiah
Afghanistan, sebuah negara di Asia Selatan, adalah negara termiskin dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita sebesar AS$611,27 dan merupakan sebuah negara yang kurang berkembang. Namun negara pegunungan yang juga tidak memiliki daratan ini sangat kaya akan sumber daya alam.
Menurut situs Afghan Diaspora Network, diperkirakan Afghanistan memiliki logam tanah langka senilai triliunan dolar, termasuk lanthanum, cerium, neodymium, dan banyak lagi, yang merupakan komponen penting dalam berbagai industri, seperti elektronik, kendaraan listrik, satelit dan pesawat terbang. Nilai potensial dari sumber daya ini telah menyebabkan perebutan pengaruh dan kendali atas kekayaan mineral Afghanistan.
China, negara komunis dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, telah memainkan peran nyata di Afghanistan sejak Taliban, kelompok militan garis keras, merebut kekuasaan pada tahun 2021.
Keterlibatan politik China pada awalnya agak terbatas, namun hubungan perdagangan masih berlanjut dengan China sebagai mitra dagang terbesar Afghanistan dan China memberikan bantuan jutaan dolar kepada Afghanistan selama perang. Pengaruh China dan peran diplomatiknya di Afghanistan juga telah berkembang selama bertahun-tahun. China, seperti negara-negara lain di tahun 2023, tidak mengakui kembali Imarah Islam Taliban. Meskipun tidak mengakuinya, China menegosiasikan masalah perdagangan, investasi dan bantuan dengan pemerintah Taliban.
Pada tanggal 13 September, China telah menominasikan Zhao Sheng sebagai Duta Besar barunya untuk Afghanistan.
Taliban, menurut situs Al Jazeera, menyambut baik duta besar baru China untuk Afghanistan, dan Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi mengatakan pencalonan Zhao Sheng adalah "langkah signifikan dengan pesan yang signifikan".
Ini adalah pertama kalinya sejak pengambilalihan Taliban pada tahun 2021, seorang duta besar untuk Kabul diberikan protokol mewah seperti itu, dan para pejabat Afghanistan mengatakan bahwa kedatangan utusan baru tersebut adalah tanda bagi negara-negara lain untuk maju dan menjalin hubungan dengan pemerintah pimpinan Taliban.
"Ini adalah rotasi normal duta besar China untuk Afghanistan, dan dimaksudkan untuk terus memajukan dialog dan kerja sama antara China dan Afghanistan," lapor Al Jazeera mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
"Kebijakan China terhadap Afghanistan jelas dan konsisten," kata Kementerian Luar Negeri China.