Proyek Samudrayaan diharapkan dapat direalisasikan pada tahun 2026 dan sedang dirancang dan dikembangkan oleh National Institute of Ocean Technology (NIOT) di Chennai. Kendaraan selam yang diberi nama MATSYA 6000 ini memiliki ketahanan 12 jam dalam pengoperasian normal dan 96 jam dalam keadaan darurat demi keselamatan manusia.
Misi ini penting karena memungkinkan personel ilmiah untuk mengamati dan memahami wilayah laut dalam yang belum dijelajahi melalui intervensi langsung. Hal ini juga sejalan dengan visi pemerintah pusat mengenai "India Baru", yang menyoroti Ekonomi Biru sebagai salah satu dari 10 dimensi inti pertumbuhan.
Biaya Misi Laut Dalam, yang mencakup proyek Samudrayaan, diperkirakan mencapai Rs 4,077 crores (AS$4,9 juta) selama periode lima tahun dan akan dilaksanakan secara bertahap.
Proyek ini akan diluncurkan pada tahun 2024 di Teluk Benggala.
Dengan misi ini, India dapat bergabung dengan kelompok elit negara-negara yang memiliki teknologi dan kendaraan khusus untuk melakukan misi bawah laut, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Jepang dan China.
Serangkaian proyek ambisius ini menggarisbawahi percepatan India dalam penelitian luar angkasa dan kelautan. Keberhasilan pendaratan lunak di Bulan membantu India mengabaikan kekecewaan atas pendaratan darurat misi Chandrayaan-2 empat tahun lalu. Kini, dengan Samudrayaan, bangsa ini nampaknya akan kembali menorehkan sejarah, kali ini di kedalaman lautan bumi.
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H