Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Internet Masih Dilarang di Wilayah Gilgit Baltistan yang Diduduki Pakistan

20 September 2023   09:33 Diperbarui: 20 September 2023   15:19 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di kota Gilgit, Gilgit Baltistan. | Sumber: ANI

Oleh Veeramalla Anjaiah

Gilgit Baltistan, wilayah yang diduduki Pakistan, telah menghentikan semua layanan internet di wilayah tersebut sejak dua minggu lalu, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi penduduknya, lapor kantor berita ANI.

Hal ini disebabkan oleh ketegangan sektarian antara Syiah dan Sunni serta komunitas Sunni yang melakukan protes besar-besaran terhadap Pakistan dan amandemen baru undang-undang penistaan agama.

Menurut ANI, Gilgit Baltistan --- wilayah yang sebagian besar miskin --- hanya memiliki layanan internet di beberapa wilayah saja.

Masyarakat di sana baru saja mulai menjajaki kemungkinan bisnis online dan peluang pendidikan, serta pemerintahan yang didukung Pakistan di wilayah yang diduduki secara ilegal tersebut memberlakukan larangan layanan internet sehingga sejumlah pelajar di kota Gilgit tidak dapat mengikuti kelas online rutin mereka.

"Akibat tidak tersedianya layanan internet selama 15 hari terakhir, studi kami terganggu. Kami meminta pemerintah memulihkan layanan internet" lapor ANI mengutip ucapan seorang pelajar dari kota Gilgit.

Menurut kantor berita digital India Blooms, masyarakat merasa frustrasi karena bisnis mereka juga terpukul akibat tidak tersedianya internet.

"Saya bekerja untuk Easypaisa [aplikasi layanan keuangan]. Sekitar 20-25 pengecer Easypaisa menjalankan bisnis di area ini. Semuanya menganggur hari ini. Karena pemadaman internet selama 20 hari terakhir, kami semua kehilangan pekerjaan. Kami mendesak pemerintah untuk memulihkan layanan internet karena hal ini akan memungkinkan kami untuk memulai bisnis kami lagi," ujar seorang pengusaha kecil yang bekerja di bidang jasa keuangan.

Seorang pemuda lain, yang mulai bekerja lepas beberapa bulan lalu, mengatakan bahwa ia merasa terganggu dengan penangguhan layanan internet di wilayah tersebut, dan menambahkan bahwa ia telah kehilangan sekitar 8-10 proyek kerja selama periode tersebut.

"Kami adalah pekerja lepas dan internet adalah kebutuhan dasar kami. Kami meminta pemerintah setempat untuk memulihkan layanan internet karena pekerjaan kami terhambat. Kami sedang menghadapi banyak masalah. Kami telah kehilangan sekitar 8-10 perintah kerja selama periode ini," ungkap pemuda tersebut.

Penangguhan akses internet di wilayah tersebut telah menambah penderitaan yang dialami penduduk setempat di wilayah yang diduduki secara ilegal selama beberapa dekade.

Menurut surat kabar Indian Express, Menteri Informasi sementara Pakistan Murtaza Solangi mengatakan pada tanggal 3 September bahwa situasi di Gilgit Baltistan "benar-benar damai", di tengah laporan ketegangan sektarian di wilayah tersebut yang memaksa pihak berwenang untuk menghentikan layanan internet seluler tanpa batas waktu.

Suasana tegang di Gilgit Baltistan. | Sumber: Twitter/NEP_IKGMBL
Suasana tegang di Gilgit Baltistan. | Sumber: Twitter/NEP_IKGMBL

"Situasi di Gilgit Baltistan benar-benar damai dan berita serta spekulasi yang beredar di media mengenai pengerahan Angkatan Darat Pakistan sama sekali tidak berdasar," jelas Solangi dalam sebuah postingan di platform X, mengutip pernyataan yang dikeluarkan oleh departemen dalam negeri wilayah tersebut.

Ia mengatakan bahwa semua jalan, pusat perdagangan, kegiatan bisnis dan lembaga pendidikan dibuka seperti biasa di wilayah tersebut, yang memiliki sejarah persaingan antara Muslim Sunni dan Syiah.

Sang Menteri mengatakan bahwa layanan Angkatan Darat Pakistan dan angkatan bersenjata sipil telah diminta "hanya untuk menjaga hukum dan ketertiban" pada malam chehlum atau Arbaeen (yang menandai peringatan hari berkabung ke-40 setelah pembunuhan cucu Nabi Imam Hussain pada abad ketujuh dalam pertempuran Karbala di Irak).

Ia menambahkan bahwa tindakan khusus telah diambil demi keamanan rute prosesi dan Imambargah sesuai praktik sebelumnya dan pasal 144 telah diberlakukan di seluruh wilayah untuk menjaga hukum dan ketertiban, melindungi nyawa dan menghindari insiden yang tidak diinginkan.

"Protes damai kadang terjadi sebagai reaksi terhadap kekhawatiran agama dan sektarian, namun situasi hukum dan ketertiban tetap tenang," jelas menteri tersebut.

Terlepas dari klaim menteri bahwa Gilgit Baltistan tenang dan damai, internet sudah mati selama lebih dari dua minggu dan kawasan tersebut pun masih tegang. 

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun