"Pakistan menghadapi banyak tantangan yang sangat merugikan pasar tenaga kerja dan mendorong meningkatnya informalitas dan migrasi keluar. ILO, melalui Program Pekerjaan Layak Nasional [DWCP] yang keempat, berdedikasi untuk mengatasi penderitaan pekerja dan perusahaan yang mengalami kesulitan serta mencari solusi yang akan membantu untuk meningkatkan keamanan penghidupan mereka melalui masa-masa sulit ini," kata Geir Tonstol, Direktur ILO untuk Pakistan, kepada Dawn.
Ia menambahkan bahwa organisasi tersebut akan memperkuat dialog sosial sebagai instrumen stabilitas sosial dan mengembangkan strategi pemulihan inklusif tingkat provinsi yang terintegrasi untuk penciptaan lapangan kerja yang layak, dengan fokus khusus pada perempuan dan pemuda.
Rasio lapangan kerja terhadap jumlah penduduk diperkirakan sebesar 47,6 persen pada tahun 2023, hampir dua poin persentase di bawah rasio sebelum krisis di tahun 2019.
Dibandingkan dengan skenario kontrafaktual tanpa krisis pasca-COVID-19, jumlah lapangan kerja pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 1,8 juta lebih rendah dari angka yang seharusnya. Perkiraan "kesenjangan pekerjaan" akan meningkat menjadi 2,4 juta di tahun 2023.
Pakistan, sebuah negara di Asia Selatan, saat ini sedang menghadapi krisis keuangan yang serius. Produk domestik bruto (PDB) saat ini adalah senilai $376,49 miliar. Dengan PDB per kapita sebesar $1,658.36, negara ini merupakan salah satu negara termiskin di Asia. Negara ini mempunyai banyak utang dan tidak memiliki cukup uang untuk membayar impor.
Ditambah dengan banjir terburuk yang terjadi pada tahun 2022 dan krisis keuangan yang sedang berlangsung, perekonomian Pakistan mengalami pertumbuhan negatif dan tekanan inflasi yang semakin sulit ditanggung oleh perusahaan dan rumah tangga.
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H