Perbaikan infrastruktur dan rencana adaptasi yang berkelanjutan membutuhkan ketersediaan dana yang besar untuk dilaksanakan, namun sangat tidak mungkin semua negara Asia Selatan memiliki kapasitas untuk berinvestasi dalam jumlah tersebut.
"Langkah-langkah mitigasi dan adaptasi memerlukan dana untuk memastikan layanan publik yang paling efisien, solusi berbasis alam dan infrastruktur," ujar EFSAS.
Meskipun emisi GRK mereka rendah, setiap tahun negara-negara Asia Selatan menghadapi ancaman iklim yang luar biasa yang memicu kematian ribuan orang. Ada tanggung jawab moral bagi negara-negara maju, yang juga merupakan pencemar utama, untuk membantu negara-negara Asia Selatan.
"Negara-negara berkembang seperti Pakistan, Bangladesh dan India telah menunjukkan kesediaan mereka untuk menurunkan emisi mereka dan menerapkan perangkat yang lebih baik demi memitigasi dan mengadaptasi, serta mempercepat transisi hijau mereka, namun, beban menahan konsekuensi bencana dari perubahan iklim tidak boleh diserahkan kepada negara-negara yang paling menderita karenanya, tetapi harus lebih bergantung pada negara-negara maju, yang sejak lama telah berkontribusi secara besar-besaran terhadap emisi GRK, dan oleh karena itu harus bertanggung jawab dengan menurunkan emisi mereka dan memberikan bantuan kepada negara-negara yang paling terkena dampak, memenuhi janji-janji yang dibuat di bawah kesepakatan Paris," papar EFSAS.
Perubahan iklim adalah masalah yang hebat dan tidak ada negara, termasuk semua negara Asia Selatan yang bebas darinya. Strategi pertumbuhan rendah karbon sangat penting dan harus diterapkan di setiap negara.
Penulis adalah wartawan senior yang berdomisili di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H