Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989

4 Juni 2023   08:11 Diperbarui: 4 Juni 2023   08:35 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lautan mahasiswa berdemonstrasi di Tiananmen Square di Beijing di tahun 1989. | Sumber: ABC News

Beberapa acara diselenggarakan oleh kelompok pro-demokrasi diaspora terkenal atau akun media sosial anonim. Beberapa mengenakan kostum Presiden Xi Jinping sementara yang lain mengenakan pakaian hitam. Banyak yang menutupi wajah mereka karena takut akan pembalasan oleh otoritas China terhadap mereka atau keluarga mereka di China. Banyak anak muda yang lahir setelah pembantaian tersebut ikut serta dalam aksi unjuk rasa di kawasan Los Angeles.

Pemerintah China telah lama mengabaikan seruan internasional untuk keadilan atas Pembantaian Tiananmen, dan beberapa sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) dan AS sebagai tanggapan selama bertahun-tahun telah dilemahkan atau dihindari.

Menurut Human Rights Watch, kurangnya tanggapan yang berkelanjutan, terkoordinasi dan internasional terhadap pembantaian tersebut serta tindakan keras berikutnya merupakan salah satu faktor pelanggaran hak asasi manusia Beijing yang semakin berani.

Ini termasuk kontrol yang diperketat atas masyarakat sipil, media dan media sosial serta internet, penahanan massal terhadap sekitar 1 juta Muslim Uyghur di Xinjiang, dan pemberlakuan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong yang menekan kebebasan fundamental.

"Tidak peduli seberapa keras pemerintah Presiden Xi Jinping berusaha, ia tidak akan berhasil untuk menghapus memori Tiananmen dari benak rakyat China. Semakin banyak anak muda di China yang bergabung bersama untuk menuntut kebenaran dan akuntabilitas," papar Wang kepada hrw.org.

Pemerintah China tidak pernah menerima tanggung jawab atas pembantaian tersebut atau meminta pertanggungjawaban pejabat mana pun secara hukum atas tragedi tersebut. Mereka tidak mau menyelidiki peristiwa tersebut atau merilis data tentang mereka yang terbunuh, terluka, dihilangkan secara paksa atau dipenjara.

Baru pada tahun 2019, Menteri Pertahanan China saat itu Wei Fenghe dengan tegas membela tindakan keras China terhadap pengunjuk rasa Lapangan Tiananmen.

"Insiden itu adalah gejolak politik dan pemerintah pusat mengambil langkah-langkah untuk menghentikan gejolak itu, yang merupakan kebijakan yang tepat," lapor BBC mengutip ucapan Wei pada Dialog Shangri-La di Singapura pada tahun 2019.

China adalah penandatangan banyak perjanjian hak asasi manusia global dan saat ini menjadi anggota Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Merupakan tugas utama China untuk meminta maaf kepada keluarga korban dan mempublikasikan nama semua orang yang meninggal di Lapangan Tiananmen. Selidiki semua pejabat yang bertanggung jawab, yang memerintahkan pembantaian dan adili mereka sesuai peraturan.

Penulis adalah wartawan senior yang berdomisili di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun