Oleh Veeramalla Anjaiah
Kongres Uyghur Sedunia (WUC), sebuah kelompok hak asasi manusia Uyghur yang berbasis di Jerman, telah dinominasikan untuk Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.
Anggota parlemen Kanada dan pemimpin Liberal Muda di Norwegia, sayap pemuda partai politik Venstre Norwegia, menominasikan organisasi Uyghur untuk Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini.
"Kongres Uyghur Sedunia memiliki tujuan utama untuk mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan bagi Rakyat Uyghur dan mendukung penggunaan cara damai, tanpa kekerasan serta demokratis untuk membantu Uyghur mencapai penentuan nasib sendiri," bunyi surat nominasi tersebut.
Alexis Brunelle-Duceppe, salah satu dari dua anggota parlemen Kanada yang menominasikan kelompok tersebut, membagikan surat tersebut kepada situs web berita Voice of America (VOA).
Surat tersebut mencatat bahwa WUC telah menarik perhatian global terhadap perlakuan China terhadap Uyghur dengan "kampanye represi fisik, agama, bahasa dan budaya yang luar biasa" oleh pemerintah China.
Komite yang berbasis di Oslo yang memilih pemenang Nobel Perdamaian tidak mengungkapkan nama-nama calon kepada media berita atau kepada para kandidat. Di bawah aturannya, informasi semacam itu harus dirahasiakan selama beberapa dekade. Upacara penghargaannya akan berlangsung pada tanggal 10 Desember tahun ini di Oslo.
Agustus lalu, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis sebuah laporan tentang Xinjiang, yang menyatakan bahwa perlakuan pemerintah China terhadap Uyghur dan minoritas Muslim lainnya di pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. Amerika Serikat dan beberapa negara lain telah mengklasifikasikan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut sebagai genosida.
Xinjiang, provinsi terbesar dengan nama Daerah Otonomi Uygur Xinjiang (XUAR) di China, dulunya adalah negara merdeka dengan nama Republik Turkistan Timur. Penduduknya adalah Muslim Turki.