Oleh Veeramalla Anjaiah
Hari ini, 75 tahun yang lalu pada tanggal 22 Oktober 1947, militer Pakistan menggunakan ribuan milisi suku Pashtun bersenjata melancarkan serangan ke Jammu dan Kashmir (J&K), sebuah wilayah kerajaan (princely state) yang diperintah oleh Maharaja Hari Singh. Banyak tentara Pakistan juga bergabung dengan satuan sipil dalam invasi tersebut.
Itu adalah awal dari penderitaan rakyat Kashmir, yang masih menderita dari kegiatan teroris lintas batas.
Orang-orang Kashmir menyebut 22 Oktober sebagai "Hari Hitam" dalam sejarah mereka.
Anggota suku dilatih dan dipersenjatai oleh militer Pakistan, menurut Brigjen Angkatan Darat Pakistan Akbar Khan, yang memainkan peran sentral dalam invasi ini.
Para anggota suku yang buta huruf dan sifatnya biadab, diberi senapan, senapan mesin ringan dan senjata berat seperti senapan mesin dan mortir.
Akbar Khan mengungkapkan rincian lebih lanjut dalam bukunya tahun 1975 yang berjudul "Raiders in Kashmir".
Milisi tersebut menjarah beberapa kota besar dan kota kecil dan berkomitmen untuk melakukan genosida terhadap warga Kashmir. Mereka membunuh tanpa ampun warga sipil yang tak bersenjata dari komunitas Hindu dan Sikh. Muslim pun tidak terhindarkan. Mereka memperkosa ribuan wanita Kashmir dan membakar kota-kota besar dan kecil.
Tujuan utama invasi ini, yang juga dikenal sebagai "Operasi Gulmarg" adalah untuk menduduki J&K yang mayoritas Muslim dan menggulingkan penguasa Hindunya, Hari Singh.
Para anggota suku diberitahu bahwa itu adalah perang suci untuk membantu atau mendukung sesama Muslim di J&K.