Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Selebriti Global Dalai Lama Merayakan Ulang Tahun ke-87

6 Juli 2022   08:31 Diperbarui: 6 Juli 2022   08:35 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalai Lama ke-14 | Sumber: www.dalailama.com

Oleh Veeramalla Anjaiah

Semua pecinta perdamaian, terlepas dari agama, profesi, etnis dan kebangsaan mereka, di seluruh dunia hari ini merayakan ulang tahun seseorang yang ke-87. Orang-orang berdoa untuk umur panjangnya.

Siapakah dia?

Ia tidak lain adalah Dalai Lama ke-14, pemimpin spiritual dari sekitar 7 juta umat Buddha Tibet di seluruh dunia. Nama aslinya adalah Lhamo Thondup. Ia juga dipanggil sebagai Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso, Bstan-'dzin-rgya-mtsho, atau Tenzin Gyatso.

Dalai Lama ke-14 lahir pada tanggal 6 Juli 1935 di desa Taktser, Amdo, timur laut Tibet dari sebuah keluarga petani.

Selama lebih dari 600 tahun sejarah Dalai Lama, Dalai Lama ke-14 adalah Dalai Lama yang hidup paling lama. Dalai Lama ke-1 hidup selama 84 tahun (dari 1391 hingga 1474) sedangkan Dalai Lama ke-9 meninggal pada usia muda, yaitu 9 tahun (dari 1805 hingga 1815).

Dalai Lama adalah selebritas global di antara seniman, penyanyi, cendekiawan, pemimpin agama dan pemimpin banyak negara.

Menurut situs web www.dalailama.com, ia menjadi tokoh global sebagian besar karena pembelaannya terhadap agama Buddha dan hak-hak rakyat Tibet. Ia menjadi lebih dikenal oleh banyak orang untuk advokasi kebijakan non-kekerasan. Ia benar-benar orang yang damai. Ia bisa disandingkan dengan Mahatma Gandhi dari India, pembawa pesan perdamaian dan non-kekerasan, Martin Luther King dari AS dan pemimpin besar Afrika Selatan Nelson Mandela.

Dalai Lama menggambarkan dirinya "sebagai biksu Buddha yang sederhana".

Dalai Lama ke-14 pada upacara kenaikan tahta di kota Lhasa, Tibet, pada tanggal 22 Februari 1940. | Sumber: www.dalailama.com
Dalai Lama ke-14 pada upacara kenaikan tahta di kota Lhasa, Tibet, pada tanggal 22 Februari 1940. | Sumber: www.dalailama.com

Komunis China menginvasi Tibet, yang merupakan negara merdeka, pada tahun 1950. Mereka telah memerintah Tibet dengan tangan besi sejak tahun 1950. Rakyat Tibet telah memperjuangkan hak dan kedaulatan mereka selama 72 tahun terakhir. Pemimpin mereka adalah Dalai Lama.

Dengan kesuksesan besar dalam pembangunan ekonomi, China mengklaim telah menjadi kekuatan global. China ingin menantang negara adidaya yang ada saat ini, AS, untuk menjadi yang nomor satu di dunia.

Sayangnya, tidak ada pemimpin Komunis, termasuk Mao Zedong, Deng Xiaoping dan Presiden Xi Jinping, dari China yang dapat menandingi Dalai Lama dalam hal popularitas global.

Dalai Lama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tanggal 10 Desember 1989 dan Hadiah Templeton pada tahun 2012. Ibu Teresa dari India dan Desmond Tutu dari Afrika Selatan juga menerima Hadiah Templeton. Memenangkan penghargaan internasional bukanlah hal baru bagi Dalai Lama. Ia menerima Penghargaan Ramon Magsaysay pada 31 Agustus 1959.

Ia lebih memilih dialog daripada kekerasan atau perang.

"Kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Sebagian besar masalah pada dasarnya adalah buatan manusia, jadi dialog sangatlah penting. Kita harus mempromosikan dialog. Abad ke-21 ini seharusnya menjadi abad dialog. Dan untuk itu, kita membutuhkan dua jenis perlucutan senjata -- eksternal dan internal. Perlucutan senjata eksternal telah dimulai, ada pembatasan senjata nuklir, dan itu harus dilanjutkan. Tetapi untuk melaksanakan perlucutan senjata eksternal secara efektif, kita membutuhkan perlucutan senjata internal. Jika kita penuh kebencian, penuh amarah, perlucutan senjata eksternal akan sangat sulit. Perdamaian dunia sejati yang kita inginkan hanya akan datang melalui kedamaian batin," kata Dalai Lama kepada www.buddhistchannel.tv beberapa waktu lalu.

Mungkin, Dalai Lama adalah salah satu dari sedikit Peraih Nobel yang diakui kepeduliannya terhadap masalah perubahan iklim.

Ia disambut di lebih dari 65 negara dan menerima begitu banyak penghargaan.

"Yang Mulia telah melakukan perjalanan ke lebih dari 67 negara yang mencakup 6 benua. Ia telah menerima lebih dari 150 penghargaan, gelar doktor kehormatan, hadiah, dll., sebagai pengakuan atas pesannya tentang perdamaian, non-kekerasan, pemahaman antar agama, tanggung jawab universal dan kasih sayang. Ia juga telah menulis atau ikut menulis lebih dari 110 buku," ungkap situs dalailama.com.

Ada yang bilang China iri dengan popularitas Dalai Lama.

Para pemimpin China bingung mengapa para pemimpin semua negara besar di dunia menyambut hangat Dalai Lama. Bahkan banyak Paus bertemu dengan Dalai Lama.

Dalai Lama menggambarkan Islam sebagai agama yang penuh kasih dan memuji negara-negara Muslim atas kerja keras mereka untuk mengentaskan kemiskinan di negara mereka. Ia bertemu dengan beberapa ulama Islam.

Ada yang bilang Dalai Lama adalah manusia yang hebat. Ia dihormati bukan karena ajaran Buddhisnya dan memperjuangkan hak-hak rakyat Tibet tetapi karena banyak kualitas dan pandangannya yang baik. Ia adalah pemimpin spiritual dan moral yang terkenal di dunia.

"Saya telah mendedikasikan diri saya untuk mendorong praktik non-kekerasan dan kasih sayang yang menjadi inspirasi kehidupan dan budaya kita. Memang, dengan rasa kesatuan kemanusiaan yang mendalam, saya percaya praktik ini dapat diadopsi oleh siapa saja yang ingin berkontribusi pada kesejahteraan umum saudara dan saudari kita di seluruh dunia," ujar Dalai Lama baru-baru ini.

Dalai Lama telah menyerukan kebaikan hati di antara manusia.

"Di satu sisi, permasalahan Tibet adalah tentang kebenaran, di sisi lain, ini melibatkan pemahaman tentang cara kerja pikiran dengan pandangan untuk menumbuhkan kasih sayang serta kedamaian batin. Oleh karena itu, ini bukan hanya masalah politik, tetapi juga berkaitan dengan penanaman kedamaian pikiran yang tidak didasarkan pada iman, tetapi pada akal," tutur Dalai Lama dalam pesan video kepada para peserta Konvensi Parlemen Dunia ke-8 tentang Tibet, yang diadakan dari tanggal 22 hingga 23 Juni di Washington.

"Kami orang Tibet dapat memberikan contoh kepada orang lain. Jika kita dapat memperluas budaya dan nilai-nilai kita lebih luas, saya yakin itu akan bermanfaat bagi banyak orang. Saya ingin menjelaskan bahwa saya tidak mendesak siapa pun untuk menyebarkan agama Buddha, tetapi saya berbicara tentang mengembangkan hati yang baik."

Konvensi tersebut dihadiri oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi. Anggota parlemen dari 28 negara ikut serta dalam konvensi tersebut.

Komunis China menggambarkan dalam medianya Dalai Lama sebagai pembuat onar.

Diplomat prajurit serigala China menjelek-jelekkan Dalai Lama sebagai "serigala berbaju biksu" yang berusaha untuk menghancurkan kedaulatan China dengan mendorong kemerdekaan.

Tibet adalah "isu inti" yang sensitif bagi China. Orang China tidak suka memperlakukan Dalai Lama seperti VIP, atau bahkan disamakan dengan kepala negara, karena mereka memandangnya sebagai tantangan terhadap kedaulatan nasional China.

"Apa pun yang dapat merusak persatuan nasional adalah berbahaya, itu sebabnya tidak dapat ditoleransi. Advokasi dan aktivitas Dalai Lama beserta para pengikutnya sebenarnya berbahaya, terutama karena mereka menggunakan kata-kata seperti 'kebebasan', 'demokrasi' dan 'hak asasi manusia' untuk mendapatkan simpati dari luar negeri," jelas Gao Yi, seorang profesor sejarah di Universitas Peking kepada CNN baru-baru ini.

Orang mungkin bertanya ada perselisihan apa antara China dengan orang-orang Tibet?

Masalahnya berkisar pada dua masalah utama. Yang pertama adalah tentang status hukum Tibet dan yang kedua tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terus menerus dilakukan oleh China.

Status hukum Tibet

Tibet adalah negara Buddhis yang bebas selama berabad-abad. Pada abad ke-18, Tibet menjadi protektorat kekaisaran Qing. Seperti Republik China (ROC), yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1912, setelah penggulingan kekuasaan dinasti Qing, Dalai Lama ke-13 mendeklarasikan kemerdekaan Tibet pada tahun 1912. Itu bukan masalah bagi ROC karena orang Tibet bukan China Han dan bahasa, budaya, suku serta agama mereka benar-benar berbeda dengan orang China.

Tibet tetap merdeka sampai tahun 1950. Partai Komunis China yang ekspansionis dan Tentara Pembebasan Rakyatnya menyerbu serta menduduki Tibet pada tahun 1950. Orang-orang memberontak melawan pendudukan China.

Pada tanggal 23 Mei 1951, delegasi pejabat Tibet dan pejabat komunis China menandatangani apa yang disebut sebagai Perjanjian 17 Poin di Beijing, yang disiapkan oleh China dan diberlakukan kepada orang Tibet, yang mengesahkan pendudukan China. Tapi orang Tibet, termasuk Dalai Lama, mengatakan itu ditandatangani di bawah tekanan. Delegasi tidak berwenang untuk menandatangani perjanjian.

Dalai Lama ke-14 (paling kanan) bertemu dengan para pemimpin China di Beijing pada tahun 1955. | Sumber: Courtesy Tibet Images/www.dalailama.com
Dalai Lama ke-14 (paling kanan) bertemu dengan para pemimpin China di Beijing pada tahun 1955. | Sumber: Courtesy Tibet Images/www.dalailama.com

Penguasa sah Tibet Dalai Lama melakukan perjalanan ke Beijing pada tahun 1954 dan 1955 dan bertemu dengan Mao Zedong, Deng Xiaoping dan Zhou Enlai untuk membuat penyelesaian damai tetapi ia gagal dalam usahanya untuk menyelesaikan masalah Tibet secara damai.

Narasi China tentang Tibet sering berubah.

"China pernah mengatakan bahwa Tibet adalah bagian dari China sejak abad ke-7, dan mereka tidak dapat mempertahankannya, kemudian mereka mengatakan Tibet adalah bagian dari China sejak abad ke-13, yang juga tidak dapat bertahan, kemudian abad ke-18, yang juga tidak dapat bertahan. Pada satu titik, mereka mengatakan bahwa Tibet adalah bagian dari China sejak zaman kuno, dan sekarang mereka berbicara tentang Tibet sebagai bagian dari China sejak dahulu kala," kata Penpa Tsering, yang merupakan Sikyong (setara dengan Presiden) dari Administrasi Tibet Pusat (CTA, pemerintah di pengasingan), mengatakan kepada WION baru-baru ini.

China menghancurkan pemberontakan Tibet pada tahun 1950-an dengan kekerasan, membunuh ribuan orang dan menghancurkan biara-biara.

Pada tahun 1959, Dalai Lama memutuskan untuk pergi ke pengasingan di India. Ia bersama ribuan pengikutnya memasuki India pada tanggal 31 Maret 1959. Dan banyak pengungsi Tibet kemudian bergabung dengan Dalai Lama. India telah menyediakan akomodasi di Dharamsala, sebuah kota di Himachal Pradesh, untuk para pengungsi Tibet. Di bawah kepemimpinan Dalai Lama, mereka mendirikan pemerintahan pengasingan Tibet atau Administrasi Tibet Pusat.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan tiga resolusi atas masalah Tibet pada tahun 1959, 1961 dan 1965.

Pelanggaran HAM

Menurut buku terbaru berjudul "China Versus the World Recalibrating Global Geopolitics", yang diterbitkan oleh The Democracy Forum yang berbasis di London pada tahun 2021, situasi hak asasi manusia di Tibet saat ini sedang dalam kondisi yang sangat buruk.

"Sejak invasi China ke Tibet pada tahun 1950, lebih dari 1,2 juta orang Tibet telah terbunuh, lebih dari 6.000 biara telah dihancurkan dan ribuan orang Tibet telah dipenjarakan," kata buku itu.

Ribuan orang China Han bermigrasi ke Tibet, membuat orang Tibet menjadi minoritas di tanah air mereka. Bahasa China telah diberlakukan sebagai bahasa resmi dan budaya Tibet secara sistematis dimusnahkan.

Baru-baru ini, lebih dari setengah juta orang Tibet dipindahkan dari rumah mereka dan dikirim ke kamp kerja paksa yang dikelola militer. Tibet adalah daerah tertutup. Orang Tibet tidak diizinkan untuk bepergian di dalam negeri.

Dalai Lama membawa demokrasi di CTA atau pemerintahan pengasingan pada tahun 1990. Sekarang pengungsi Tibet di seluruh dunia dapat memilih perwakilan mereka dan memilih pemimpin mereka di bawah sistem hak pilih universal.

Pada tahun 2011, Dalai Lama pensiun dan menyerahkan wewenang kepada pemimpin yang dipilih secara demokratis.

Tahun ini, menurut Tsering, Ketua Menteri (Chief Minister) Himachal Pradesh Jai Ram Thakur akan menjadi tamu utama untuk perayaan ulang tahun ke-87 Dalai Lama.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun