Pada tahun 2012, perbedaan pendapat terhadap China di Hong Kong telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan karena masuknya turis, pebisnis, investor dan pekerja China.
Sejak tahun 2014, pengunjuk rasa mahasiswa Hong Kong menuntut sistem yang lebih demokratis. Mereka telah membentuk beberapa kelompok politik, termasuk partai yang lebih radikal dan anti-Beijing seperti Youngspiration, Hong Kong Indigenous dan Demosisto.
Gerakan Payung
Namun pada bulan Agustus 2014, China memutuskan bahwa pemilih hanya dapat memilih dari daftar yang telah dipilih sebelumnya. Banyak orang di Hong Kong menganggapnya sebagai pengkhianatan besar-besaran.
Hal ini menyebabkan protes massa Occupy Central dengan payung di mana ratusan ribu orang berkumpul dengan damai di jalan-jalan setiap malam selama berminggu-minggu. Itulah alasannya disebut sebagai Gerakan Payung.
Polisi menindas protes damai dengan kekerasan menggunakan gas air mata dan pendekatan yang kasar. Hal ini menyebabkan lebih banyak protes dan munculnya generasi baru pemimpin mahasiswa pro-demokrasi di tahun-tahun berikutnya.
Kekerasan terhadap protes damai juga menandai titik nadir baru dalam hubungan Hong Kong-China.
Ada juga kelompok kecil yang sangat mendukung polisi dan Beijing.
Hong Kong dibagi menjadi dua kelompok -- "kuning" yang mendukung demonstrasi anti-pemerintah dan "biru" yang pro-pemerintah dan pro-Beijing.
Protes RUU Anti Ekstradisi 2019
Protes dipicu oleh RUU ekstradisi yang kontroversial pada bulan Juni 2019.